Cewek itu mengerjapkan matanya. Terasa sejuk di bagian leher dan seluruh kakinya saat angin berhembus. Yang ia dengar saat ini adalah air yang mengalir deras. Kemudian semakin dingin di dasar kakinya. Ketika matanya sudah benar-benar terbuka, ia memandangi sekitar dengan panik.
"Gue di mana?" tanya Casya sendiri.
Dia hendak berdiri, tetapi rasanya ada yang tertahan di kedua tangannya. Ia menunduk melihat kedua tangannya.
"Kenapa tangan gue di rantai? Ini juga, kenapa ada tiba-tiba ada air. Gue sebenarnya di mana?" Ia kembali duduk di tempatnya saat mengetahui pakaiannya yang aneh. Hanya memakai celana pendek hitam dan kaos putih yang tembus pandang, karena bahannya yang tipis. Seingat dia kemarin malam ia memakai jeans dan jaket untuk menutupi semuanya. Kenapa sekarang hanya tertanggal pakaian minim ini?
Ia kembali mengamati sekitar, yang ia lihat hanya ruangan besar yang berkeramik biru. Casya menatap atas, ruangan ini terbuka menampilkan langit biru. Barulah Casya tersadar ketika melihat tangga berkeramik di depannya.
"Ini kolam renang!" pekiknya histeris. Suara air mengalir deras tadi juga ada di depannya. Itu artinya kolam ini akan penuh dengan air dalam waktu beberapa jam ke depan. Dan dirinya akan tenggelam lalu mati di tempat jika tidak ada yang menolongnya untuk melepaskan rantai itu.
"Tolong ...!" teriak Casya kencang hingga otot di lehernya terlihat jelas.
Ia menangis, tidak ada yang mendengarnya di sini. Kini air itu sudah sedikit naik. Ia meringkuk memeluk lututnya.
"Siapa aja tolong gie ...," teriaknya lagi.
Casya teringat kejadian semalam. Mungkinkah kakaknya akan menyelamatkannya? Apakah Cinta tidak mencarinya? Apa dia lupa bersama siapa dia semalam? Begitu banyak pertanyaan mengapa kakaknya lari sendiri bersama kekasihnya, sementara dirinya tersiksa di sini. Apakah ia sudah tak di anggap olehnya? Mana Kakak yang baik? Mana Kakak yang selalu membantunya, mengalah, membahagiakan dirinya? Semua itu mana? Secepat itukah Cinta melupakan adiknya sendiri?
Casya merindukan itu semua, selama dua tahun ini ia juga berharap kakaknya kembali. Menghiburnya lagi dan bermain dengannya. Ia yakin bila ikatan saudara tak akan pernah lepas apa pun yang terjadi. Casya percaya itu. Mungkin saat ini mereka tengah mencari dirinya. Ya, semoga saja.
•••
Di kantin, keduanya sama-sama membagi kebahagiaan. Mereka rindu hal ini, dan saat ini terjadi juga. Berbeda dengan satu pria itu, ia memikirkan sesuatu. Seperti ada yang menjanggal di hatinya.
Stevan menepuk bahu David. "Kenapa lo?"
David menggeleng tersenyum.
"Kenapa sih Vid, mikirin seseorang?" tanya Bryan akhirnya.
"Lagi punya cewek nih?" timbrung Cinta diikuti tawa kedua lelaki lainnya.
"Udah nggak jomblo, siapa ceweknya?" Stevan semakin gencar menggoda.
Barulah ia ingat sesuatu. "Oh ya, Casya janji mau nraktir gue sekarang. Kalian ada yang lihat dia nggak?" Moodnya pun seketika kembali.
"Eh! iya ya, gue nggak ngeliat Casya dari pagi. Biasanya kan dia bareng lo Yan," kata Stevan.
"Dia udah pulang ke kosnya kemarin. Terakhir kali dia kan sama lo Vid," salur Bryan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hoodie (TAMAT)
Teen FictionCerita masih lengkap :' Semua orang pasti mempunyai rahasia. Tidak terkecuali gadis ini. Rela pindah ke kampus lain demi menyembunyikan identitasnya yang asli. Dibalik hoodie, kaca mata hitam dan rambut panjangnya ada rahasia. Hanya keluarga dan Tuh...