◎ Hoodie 13 ◎

1.9K 136 0
                                    

     "Serius lo?!" pekik David.

Bryan menggangguk lemah. Mengetahui mengapa kekasihnya menghilang beberapa tahun yang lalu. Ia langsung menceritakannya pada kedua temannya. Hanya mereka yang mengetahui hubungannya dengan Cinta waktu SMA hingga sekarang. Termasuk isi buku diary Casya.

"Berarti Casya itu adiknya Cinta?"

Bryan mengangguk lagi.

"Kakaknya cantik tapi kenapa adiknya kek gitu?" tanya Stevan heran.

"Sebenarnya selama ini gue udah curiga sama dia. Casya itu mirip sama Cinta, dari situ gue terus ngincar dia. Lalu berakhir dengan tahu keberadaan Cinta," kata Bryan tanpa sadar. Kepalanya saja ia letakkan di atas meja kantin dengan tumpuan kedua tangan yang terlipat.

David dan Stevan saling pandang. Ada sesuatu yang menjanggal di telinga mereka.

Stevan lebih dulu membuka suara. "Lo udah liat muka dia? Kok lo rahasiain ke kita."

"Curang lo ah," desis David.

Mendengar hal itu Bryan langsung menegakkan tubuhnya. Ia merutuki kebodohannya, kenapa juga ia harus keceplosan berkata itu.

"Diem kan lo?" kata Stevan.

"Oke Yan, kita emang tahu isi diary Casya. Tapi lo nggak pernah cerita kan gimana lo bisa ambil buku itu. Lo juga nggak cerita siapa cewek yang ada di mobil lo waktu itu," kata David, "Kalo emang kita sahabat, seharusnya lo cerita ke kita. Nggak main rahasiaan kek gini."

"Gue bisa jelasin, gue sama Casya itu ...." Ucapan Bryan menggantung. Lelaki itu bingung harus menjawab apa. Di lain sisi ia sudah berjanji untuk tidak memberitahu siapa-siapa

"Apa?" tanya Stevan terlihat tidak sabar.

Bryan menghembuskan nafas kasar sebelum menjawab, "Iya, gue tahu muka dia. Gue tahu rumahnya, diary itu juga gue ambil dari rumahnya. Gue ketiduran di dalam mobil sama cewek dan cewek itu adalah Casya." Dalam satu tarikan nafas ia menjawab itu semua.

Keduanya tercengang mendengar jawaban dari sahabat mereka. Sampai sejauh itukah Bryan mengetahui asal-usul gadis itu dalam waktu belum genap sebulan? Sebagian besar mereka percaya, mengetahui Bryan jarang sekali bermain dengan mereka akhir-akhir ini.

Semoga lo nggak marah sama gue.

•••

     Gadis itu duduk di sebuah taman belakang kostnya. Tempat itu sepi, jadi wajar Casya tidak menutup sebagian wajahnya. Dia mendengarkan ucapan ini dan itu dengan tanggapan datar.

"Terus, lo mau ngasih tahu mereka muka gue?"

Bryan mengangguk tersenyum.

Namun berbeda halnya dengan Casya yang setia mununjukkan wajah datarnya. "Nggak. Gue bakal nunjukin wajah gue ke mereka asalkan luka ini sembuh."

Bryan mengamati wajah Casya, dari dahi hingga bagian bawah matanya. Luka itu memang sembuh namun berbekas. Kemudian pertanyaan baru muncul di benak Bryan.

Hoodie (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang