◎ Hoodie 31 ◎

1.8K 119 0
                                    

     David mengelus puncak kepala Casya. Tadi dia bertemu dengan Yogi, dan dia menjelaskan semuanya tentang Cinta dan Casya. Ia akhirnya paham seluk beluk kisah dua gadis bersaudara itu.


Casya mengerang pelan, dia ingin memiringkan badannya tapi malah merasakan sakit di bagian perut. "Aww," ringisnya pelan.

"Jangan banyak gerak Sya," beritahu David membantu Casya untuk menerlentangkan kembali tubuhnya.

Mata Casya perlahan terbuka. "Udah, tidur lagi sana," kata David memejamkan mata Casya dengan tangannya.

Casya menyingkirkan tangan David dari matanya. "Sejak kapan lo ada di sini?"

"Baru setengah jam."

"Yogi mana?"

"Udah pulang. Tadi dia juga cerita ke gue apa yang kalian bicarakan di kampus lama lo. Lain kali kalo mau keluar ngomong ke gue Sya."

"Ya maaf, tadi gue lupa, Vid."

"Lupa karna orang lain lagi, berapa kali gue harus bilang hah? Pikirin diri lo juga."

Casya menunduk, tak berani menatap matanya lagi. Ia akui dirinya memang salah. "Maaf," sesalnya.

David menghela nafasnya, ia menyodorkan undangan yang sejak tadi ada di nakas pada Casya.

Casya memicingkan matanya. "Undangan siapa Vid?"

"Kakak lo nikah."

Mata Casya berbinar lebar mendengarnya. "Serius?" Dia menyomot undangannya lalu membuka.

"Lusa, kita ke sana ya?" minta Casya memelas.

"Nggak, luka lo belum kering."

"Yah Vid, gue kan mau hadir juga. Masa iya adiknya nggak hadir sih ...."

David memikirkannya sebentar.
"Nikahnya sama Bryan loh, lo nggak papa?"

"Maksud lo?"

"Ya ... secara lo masih suka sama Bryan. Lo nggak sakit hati?" takutnya.

Casya tersenyum, dia kira ada apa.
"David ... gue tuh milik lo, Bryan cuma sahabat gue. Gue udah nggak ada rasa sama sekali sama dia. Percaya sama gue, buat apa suka sama cowok yang mau jadi suami Kakak gue. Bisa-bisa disebut pelakor nanti," candanya.

David tertawa kecil. "Iya iya percaya, tapi harus ada bukti 'kan?" mintanya.

"Mau bukti apa?"

Dengan senyum jahil David menyerahkan pipinya. "Dasar cowok!" cibir Casya mencubit pipi tirus itu.

"Tau ah, ngambek nih," ambeknya memalingkan wajah.

Lalu otak kecil Casya berjalan. "Aduh Vid, mata gue Vid," adunya pura-pura merasakan sakit di matanya.

"Eh! Kenapa Sya?" bingung David terlihat khawatir.

"Nggak tahu nih, coba lo liat mata gue, kali aja ada hewan masuk," beritahunya.

David menurut saja, dia menyingkirkan rambut Casya yang mengganggu, menangkup wajahnya untuk melihat lebih dekat daerah mata gadis itu.

Hoodie (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang