Malamnya, Casya tidak bisa tidur. Mondar-mandir di depan ranjangnya, ia bingung. Apakah dirinya akan berubah besok? Atau menunggu waktu yang lebih tepat. Ia berhenti di depan cermin yang memantulkan semua tubuhnya.
Casya mengangkat semua rambutnya, seakan rambut itu terkuncir satu.
"Kalau gue gini, bekas lukanya masih basah."Ia kembali menggerainya. "Emang cantik sih, tapi rambutnya nggak kepanjangan ya? Mau di potong tapi sayang."
"Ah! Bingung. Gara-gara perban ini masih nempel bingung mau di kuncir apa. Bodo amat lah, digerai juga bagus."
Casya langsung menghempaskan tubuhnya, lelah sudah memikirkan hal sepele macam itu. Dan tak lama ia mulai memasuki alam mimpi dengan posisi tetap tidur tengkurap dengan kaki menggelantung.
•••
Dia memberikan polesan lip glos pink tipis pada bibirnya agar tak terlihat kering. Menjepit ujung rambutnya dengan jepit biru biasa. Menggemblok tasnya sebelum keluar dari kamar. Dirinya sudah siap menghadapi dunia luar dengan mata terbuka dan dagu terangkat. Kali ini jika ada yang membullynya, dia tidak akan tinggal diam. Akan melawan jika dirinya tak salah.
"Selamat pagi semua," sapa Casya beda drastis seperti kemarin, gadis itu terlihat lebih ceria dan sumringah. Ia langsung mendudukkan pantatnya di tempat kemarin.
"Bahagia karena apa ini?" tanya Arini bermaksud menggoda.
"Nggak ada kok Tan, cuma hari ini lebih seger aja," jujurnya, ya. Segar karena akhirnya dia bisa menjadi dirinya sendiri setelah sekian lama.
"Billa sama Bryan mana Tan?" tanya Casya yang hanya melihat pasangan suami istri.
"Billa hari ini libur jadinya masih ngebo. Kalo Bryan bangunin gih," suruh Arini tetap pada maksud awal, sementara Zonie mengikuti alur istrinya.
"Bangunin aja Cas, jangan sungkan. Dia orangnya memang susah di bangunin." Zonie menimpali.
"Oke." Casya langsung menyetujuinya, bagaimana tidak jika orang tuanya sudah memberikan izin. Casya berdiri naik ke lantai dua, menyusuri berbagai pintu. Tanpa bertanya pun dirinya sudah tahu di mana letak kamar Bryan. Yaitu karena di pintu kamarnya ada nama pemilik kamarnya.
Tanpa basa-basi, Casya langsung masuk. Untung saja pintunya tidak dikunci. Terlihat tubuh seorang pria terbalut selimut menikmati mimpi indah. Casya tidak langsung menghampirinya, melainkan berbelok ke arah kamar mandi. Mengambil gayung yang beriisi air, lalu mengguyur wajah pria itu dalam satu tuangan.
"Haah!" Bryan langsung terduduk merasakan dinginnya air yang mendadak turun di wajahnya. "Siapa sih, orang lagi tidur juga," gumamnya dengan suara orang khas bangun tidur.
Sementara Casya berkacak pinggang di sebelah Bryan. "Udah tidurnya?"
Bryan menoleh dengan sedikit mendongkak. "Oh, udah bangun? Mentang-mentang bangunnya lebih awal dengan seenaknya lo bangunin gue dengan cara nyiram gue. Belum tahu gue kalo lagi marah."
"Bacot, udah sana mandi. Kelas gue pagi, awas aja gue dibikin telat." Dua langkah selanjutnya Casya berhenti, berbalik badan menatap lelaki itu lalu melempar gayung yang masih di tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hoodie (TAMAT)
Teen FictionCerita masih lengkap :' Semua orang pasti mempunyai rahasia. Tidak terkecuali gadis ini. Rela pindah ke kampus lain demi menyembunyikan identitasnya yang asli. Dibalik hoodie, kaca mata hitam dan rambut panjangnya ada rahasia. Hanya keluarga dan Tuh...