◎ Hoodie 11 ◎

2.2K 144 21
                                    

Happy Reading guys
Jangan lupa vote and comment
(●♡∀♡)

•••

Casya memukul kepalanya beberapa kali. Otaknya tidak bisa bekerja lancar. Padahal tugas dari kampusnya menumpuk sekarang. Satu persatu tugas itu harus dikumpulkan. Tetapi otaknya sekarang tidak bisa diajak berkompromi.

"Ayolah ... bekerja sedikit saja," minta Casya memukul dahinya. "Huuuuh," keluhnya seraya menempelkan kepala belakang ke tembok dengan posisi menghadap atas.

"Gue nggak bisa ngerjain tugas ini," Casya menyerah. Otaknya tidak bisa berpikir kritis seperti di kebanyakan orang. Andai saja ada orang yang mau membantunya mengerjakan tugas sesusah ini. Namun itu mustahil.

"Ayo ... bekerjalah otak ...," stres Casya membanting tubuhnya ke samping. Ia ada di ranjang, di kost sekecil ini mana muat meja belajar. Casya memang orang pesimis, mudah sekali menyerah. Kepalanya terasa full entah terisi apa. Pikirannya berhamburan ke sana kemari. Biasanya di saat otaknya sedang down, kakaknya lah yang akan mengajari pelajaran ini.

Mengingat bayang-bayang kakaknya. Casya kembali mengingat sosok gadis itu. Orang yang senantiasa membantunya dalam berbagai hal kesulitan. Entah itu masalah di sekolah atau masalah lainnya. Kenapa Tuhan menyayangi Kakaknya, sehingga Kakaknya harus pergi. Casya tidak akan kuat mengingat kenangan indah bersama kakaknya tiga tahun yang lalu. Di mana seorang Kakak sangat menyayangi Adiknya.

•••

Flashback

Di sebuah taman yang tak begitu luas. Kedua anak kecil kakak beradik ini tengah bercanda ria. Saling kejar-kejaran tanpa ada pengawasan dari orang tua, karena mereka hanya bermain sendiri.


"Kak berhenti, Casya, sudah capek," keluh Casya memegangi lututnya, mengatur napas karena kelelahan.

Cinta berhenti di sebelah adiknya.
"Kamu kok cepet lelah gitu sih ...
finishnya dikit lagi," beritahunya menunjuk garis putih di depan.

"Tapi Casya capek, haus Kak," keluhnya.

"Ya udah ayo pulang, kita main boneka di rumah," usul Cinta.

Casya menegakkan tubuhnya. "Ide bagus, ayo Kak," ajaknya menggandeng tangan Cinta sebelum berlari bersamanya.

Setibanya di rumah, Casya langsung membuka kulkas. Meminum air dingin dengan duduk tepat di hadapan kulkas yang tertutup. Cinta berkacak pinggang di hadapan Casya. Adiknya itu selalu saja minum di depan kulkas. Cinta akui adiknya itu memang pemalas.

"Casya, minggir. Kakak mau minum juga," suruh Cinta.

Casya tak bergutik. Dia terus melanjutkan minumnya hingga air botol itu tandas. "Ah ... lega," racaunya dengan mengelus leher. Maksudnya adalah agar Kakaknya pengen.

"Minggir Casya," suruh Cinta lagi.

"Iya iya." Akhirnya Casya berdiri. Mengambil tangan kakaknya dan memberikan botol kosong padanya.
"Tolong kembaliin ya Kak," suruhnya sebelum pergi.

Cinta berbalik menatap punggung Casya sambil berkacak pinggang. Wajahnya memang kesal, tapi tidak sekalipun dia menolak suruhan atau permintaan adiknya.

Hoodie (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang