◎ Hoodie 22 ◎

2K 146 0
                                    

     Pantulan sinar mentari membuat badannya menggeliat karena silau di mata. Lima jari tangannya merogoh sebelah, mencari benda pipih. Tapi tak kunjung ia temukan, indra perasanya pun merasakan ada yang berbeda dengan ranjang ini. Setahunya ranjang miliknya tidak senyaman ini. Perlahan Casya membuka mata, melihat sekeliling sebelum mendudukkan tubuhnya seraya memegangi kepala yang masih terasa pening.


"Gue di mana?" paraunya dengan muka bantal.

Terdengar knop pintu terbuka, Casya langsung menoleh. Setelah menutup pintu kembali, David menghampiri Casya dengan membawa nampan berisikan bubur ayam dan minuman. Duduk di bibir ranjang selepas meletakkan nampan di atas nakas.

"Gimana? Udah baikan?"

Casya mengangguk. "Gue di rumah lo? Kamar lo juga?"

"Bukan, ini kamar adek gue."

"Terus adek lo tidur di mana?"

"Dia ada di Inggris. Mending lo makan dulu deh, daripada nantinya sakit." Ia mengambil buburnya. "Makan sendiri atau—"

"Suapin." Sifat manjanya keluar dengan sedikit membuka mulut, siap menerima suapan cowok itu.

David terkekeh kecil, ia mulai menyuapi Casya lembut. Ia jadi teringat dengan adiknya yang bila sakit harus ia yang menyuapi bubur. Dan tak terasa buburnya habis dengan cepat. David meletakkan mangkoknya lagi, diganti dengan mengambil air putih. Menyodorkannya ke Casya.

"Makasih, gue ngerepotin ya?"

David menggeleng. "Nggak kok, hari ini jangan ngampus dulu ya. Gue takut lo kenapa-napa nanti," ucapnya tulus mengelus puncak kepala Casya.

Casya yang merasakannya, seakan ada yang hilang dan kini kembali lagi. Hanya dengan elusan lembut itu, hatinya merasa sedikit damai dan yang ia rasakan lagi adalah ada seseorang yang akan senantiasa menjaganya.

"Lo nggak ngampus, Vid?"

"Nggak, gue di sini jaga lo."

"Kalau orang tua lo marah gimana?"

"Kami tidak akan marah." Itu suara Mama David yang berdiri di ambang pintu.

Papa dan Mama David berjalan menghampiri mereka dan itu membuat Casya merasa tidak enak harus merepotkan mereka.

"Biarkan David bermain denganmu saat ini. Jarang sekali dia membolos dari kampus, bahkan tidak pernah membolos," beritahu Mamanya.

David dan Casya hanya terkekeh menanggapinya.

"Benarkah?" Sepertinya Casya mulai tertarik dengan topik ini.

"Iya, sampai Om dan Tante yang maksa dia untuk bolos sehari saja. Malah dianya yang ngambek karena disuruh gitu."

"Mama ...," sewot David merasa tersindir.

"Apasih Vid, memang bener 'kan?"

"Udahlah Ma, jangan ganggu David terus. Kita pergi sekarang, temen-temen Papa sudah nunggu," beritahunya.

Hoodie (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang