◎ Hoodie 14 ◎

2K 127 2
                                    

     Paginya mereka berempat ada di kampus lama Casya. Mereka membolos kelas, tidak jadi melakukannya di hari libur. Karna mendengar tolakan pendapat dari David tepat di hari H. Katanya, "Bahaya kalau di hari libur, kalau ada hantu gimana? Atau ada sesuatu yang membahayakan kita, misal nih ya. Arwah Cinta gentayangan, kan dia meninggalnya di kampus itu. Coba kalian pikir lagi". Menyebalkan bukan. Dan itu tepat pula waktu mau berangkat di hari libur tersebut. Di dalam mobil tepatnya lelaki itu berkata. Spesies apa sebenarnya pria itu, sampai-sampai Bryan ingin menerkamnya hidup-hidup.


"Kita mulai darimana, nih?" tanya Stevan mengingat apa yang seharusnya ia mereka lakukan.

"Kita 'kan belum buat rencana." David mengingatkan.

Casya menepuk jidatnya penat. Ia juga lupa rencana apa yang harus mereka lakukan setelah ini.

"Kenapa kemaren-kemaren nggak ada yang ngingetin sih?" sebal Casya meluruhkan badannya sedikit ke bawah, pasalnya mereka berempat tengah di dalam mobil. Tepat berada di depan gerbang kampus lama Casya.

"Guenya baru inget," jujur Stevan.

"Terus ini gimana?" tanya Casya kembali menegakkan tubuhnya. "Elo juga ngomong dong," semburnya mendorong bahu Bryan membuatnya terhuyung ke samping

"Emang mau ngomong apa?" ujar Bryan tanpa dosa.

Casya menghela nafas pelan. "Sia-sia gue bolos kelas. Ujung-ujungnya nggak berfaedah sama sekali. Gue pulang dulu," katanya sebelum membuka pintu mobil dan keluar.

Stevan ikut mendorong bahu Bryan keras dari belakang. "Ngambek tuh, samperin gih," suruhnya.

"Biarin ajalah, entar juga balik tu cewek," abai Bryan.

"Serah lo dah," pasrah David memulai memainkan game onlinenya.

Di lain sisi, Casya terus berjalan menunduk dengan kepala tertutup hoodie tanpa kacamata hitamnya. Ia berjalan melewati gerbang sekolah lamanya, menjauh dari mobil lelaki yang sama sekali seperti tidak berniat untuk membantunya. Padahal ia sudah berharap besar padanya. Sungguh menyebalkan, jika tahu akhirnya seperti ini ia tidak akan membolos pelajaran. Ia juga ingat kata-kata kakaknya, yaitu jangan pernah bolos hal apa pun yang terjadi, kecuali dalam hal serius semacam sakit. Meskipun cuma sepenggal kata, Casya menganggapnya sebagai patokan hidupnya hingga sekarang.


Melihat seseorang yang sepertinya ia kenali. Pria itu langsung mendekati Casya, menarik tangannya menjauh dari area lalu lalang mahasiswa agar tidak ada yang melihatnya.

Serasa sudah sampai, Casya langsung saja menghempaskan tangan yang tercekal erat, rasanya nyeri. Untuk melihat orang itu ia membuka hoodienya dengan kasar dan menatap tajam lelaki itu di iringi perkataan, "Lo apa-apaan sih? Main nar—" Ucapannya terpotong ketika menyadari siapa lelaki di depannya.


"Elo? Kok lo tahu itu gue?" herannya.

Pria itu tertawa miring. "Lo pikir gue bakal ngelepasin lo gitu aja? Mimpi."

Lelaki itu melihat penampilan Casya dari bawah hingga atas, menatap lekat mata itu yang dari dulu selalu menatap balik mata tajamnya tanpa rasa takut. Mengetahui ada perubahan kecil di wajah cewek itu, pria tersebut menarik tengkuk Casya untuk lebih mendekatinya.

Hoodie (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang