◎ Hoodie 08 ◎

2.6K 175 11
                                    

Happy Reading guys
Jangan lupa vote and comment
(●♡∀♡)

•••

"Casya!" panggil Heru, Ayah dari Casya yang bekerja sebagai tukang kebun di kampus itu. Dia berdiri di bawah pohon besar halaman depan kampus dengan memegang sapu lidi di tangannya.

Casya berhenti, dia menoleh ke samping kiri. Menemukan sang Ayah. Ya, Casya tidak pernah merasa malu memiliki seorang Ayah yang bekerja di sana. Seluruh kampus juga tahu siapa Ayahnya. Jadi tidak perlu di sembunyikan apalagi minder. Casya menghampiri lelaki paruh baya itu dengan senyumannya. Saat mendekat Casya mencium punggung tangan Ayahnya.

"Iya Ayah?" jawab Casya sopan.

Heru tersenyum memegangi pundak Casya. "Gimana belajarnya tadi?"

"Ya gitu. Lancar seperti biasa."

Heru manggut-manggut paham.
"Baguslah. Nggak ada kejadian aneh kan?"

Casya menggeleng tersenyum.
"Nggak ada. Oh ya, kenapa Ayah manggil Casya?"

"Cuma kangen."

"Cie ... kangen nih ye .... Tenang, besok kan libur. Casya akan nginep di rumah Ayah, oke."

"Baiklah, sudah dapat pekerjaan?"

"Belum. Masih nyari, nggak ada yang cocok."

Di tengah perbincangan hangat mereka. Bryan tidak sengaja melihatnya. Sedari tadi dirinya berputar-putar kampus mencari gadis aneh itu dan ketemu di halaman depan. Bukankah dirinya sudah memperingati untuk tunggu di kelasnya biar dirinya yang menyusul nanti? Memang gadis aneh susah di peringati, batin Bryan.

Tanpa buang waktu Bryan menghampiri mereka dengan langkah lebar. Wajahnya menyirat kemarahan mendalam pada gadis aneh itu. Matanya terus saja menajam.

"Eghm," kacau Bryan kala didekat mereka.

Keduanya menoleh serempak, merasa terganggu dengan kehadiran Bryan. Karena di saat mereka mengobrol senang, lelaki itu harus datang. Terutama Casya yang kentara sekali bila dia terganggu.

"Lo lagi! Sekarang apa?" tanya Casya sinis.

"Dia ... siapa kamu Cas?" tanya Heru penasaran.

"Cowok gila," jawab Casya santai.

Bryan melotot. "Elo aneh."

"Lanjutkan pertengkaran kalian. Casya, jangan lupa nanti," kata Heru sebelum berlalu, dia tidak mau mengganggu pertengkaran anak muda.

Melihat Ayahnya pergi. Casya ikut pergi, meninggalkan lelaki gila di sebelahnya. Bryan mendengus lelah. Apakah gadis itu tidak bisa menghargai betapa lelahnya dia mencarinya tadi? Bryan mengekori Casya.

Casya merasa risih, sebab lelaki itu terus mengekorinya. Casya sengaja berhenti mendadak dan membuat Bryan yang belum siap berhenti malah berakhir menabrak punggung Casya. Tubuh gadis itu sedikit terhuyung ke depan menahan keseimbangannya. Dirinya sudah sampai di depan pintu kostnya.

Bryan mundur beberapa langkah. Menatap sinis perempuan yang juga berani menatapnya di balik kaca mata. "Kalo mau berhenti itu bilang" sungut Bryan.

Hoodie (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang