◎ Hoodie 09 ◎

2.5K 157 5
                                    

Happy Reading guys
Jangan lupa vote and comment
(●♡∀♡)

•••

"Assalammua'laikum," salam Casya sembari membuka pintu rumah orang tuanya.

"Waalaikumsalam," balas kedua orang tuanya dari dalam.

Casya melempar tas ranselnya ke atas sofa. Menghampiri kedua orang tuanya dan menyalami keduanya. Kemudian duduk di sebelah Wita, mamanya.

"Bertengkarnya sudah?" kata Heru mengingat putrinya tadi di hampiri lelaki.

Wita menatap putrinya yang tengah makan kerupuk di atas meja. "Kamu bertengkar?" tanya Wita.

Casya menggeleng. "Cuma adu mulut," jawabnya santai.

"Lelaki tadi siapa? Pacar?" tanya Heru.

"Lebih tepatnya orang gila," jawab Casya memakan kerupuknya dengan acuh.

"Kamu sudah punya pacar? Kapan-kapan kenalin ke mama," minta Wita berharap.

"Ma ... Casya kan udah bilang. Casya nggak mau pacaran dulu. Aku masih trauma sama kakak. Aku mohon," melas Casya menatap Wita.

"Casya ...," panggil Wita.

Casya sendiri pergi setelah mengucapkan kata itu. Dia terlalu muak membicarakan soal pasangan. Di tambah saat melihat kakaknya sendiri tersakiti akibat laki-laki. Casya membanting dirinya di atas kasur dengan terlentang.

"Hah ... ayolah lupakan itu ...," paksa Casya sendiri. Ia menghidupkan salon kecil yang ada di atas nakas. Mengencangkan suaranya sampai seisi rumah pun mendengar musik itu. Dengan lihai Casya meliukkan tubuhnya. Jika sudah strees seperti ini, dia akan berjoget sendiri sampai puas. Tidak peduli apa kata tetangga.

Lagipula mereka sudah tahu kebiasaanya sejak kecil. Menghidupkan musik sekencang-kencangnya. Tetapi dia tidak pernah sekalipun menginjak club. Ya, baiklah dia pernah sekali. Bersama lelaki gila itu. Siapa lagi yang mengajaknya ke sana coba?

Sementara di sana. Kedua orang tuanya mengingat masa lalu putrinya yang pertama. Sama menyenangkannya bermain bersama adik kakak itu. Namun sekarang, semuanya seakan hanya masa lalu. Hanyalah sebuah kenangan. Mereka tahu betul kenapa putri keduanya tidak mau berhubungan dengan lelaki, bahkan berteman pun tidak pernah apalagi mendekati lelaki.

Ada sesuatu yang menjanggal di kepala Heru. Waktu di halaman kampus tadi, dia sempat berbincang hangat dengan putrinya. Kemudian ada lelaki yang mengahampiri mereka. Datang ke tengah-tengah mereka dengan gaya coolnya. Filing Heru akan hal itu adalah putrinya sudah mulai berubah dan memulai mengenal sosok lelaki.

Entahlah. Heru tidak memahami akan putrinya yang kedua ini. Dia lebih paham akan putrinya yang pertama. Karena dia memang anak yang terbuka, tidak seperti Casya yang selalu tertutup dan menyelesaikan masalahnya sendiri. Ya, itu memang cara yang dewasa. Namun, kedua orang tua butuh di curhati oleh anaknya. Mereka merindukan ocehan anak sulungnya. Sangat berbeda dengan Casya. Mereka sangat mudah untuk di bandingkan ini itu. Dia yang pandai, terbuka, jujur, humoris sangat bertolak belakang dengan Casya yang hanya berotak pas-pasan, tertutup, terkadang berbohong, dan susah untuk diajak bercanda. Seakan senyuman manis itu sangatlah mahal bagi Casya.

Hoodie (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang