Hukuman sang Ayah yang awalnya dianggap petaka, kini berubah menjadi karunia. Siapa mengira, pertemuannya dengan Park Jimin di desa membuat kehidupan Tuan Muda Jeon berubah drastis. Cintanya pada anak petani berwajah manis itu membuat Jungkook mengerti makna sebuah perjuangan. Berjuang untuk menjadi generasi penerus yang layak untuk J-Corp, berjuang mendapatkan cinta sejati, dan berjuang menemukan jati dirinya. Ya, kini ia percaya bahwa Tuhan adalah pemilik skenario terbaik untuk menuntun hambaNya menuju kebahagiaan yang sesungguhnya.
H-23
Sudah hampir dua jam berlalu. Selama itu pula Jungkook sibuk melamun sambil mengetukkan jemari di atas meja. Ia tak peduli pada berkas-berkas menumpuk yang seakan merengek minta disentuh. Pun komputernya yang terus menyala minta dilirik.
Ia mendesah kasar tiba-tiba. Kepalanya mulai berdenyut perlahan saking jenuhnya tak mendapatkan solusi. Sebelah tangannya lantas berpindah meraih gagang telepon. Menekan tombol yang dapat menyambungkan dirinya dengan sang sekretaris, Henry.
"Hyung, masuk ke ruanganku sekarang"
Dalam hitungan detik setelah komunikasi berakhir, terbukalah pintu ruangan tersebut. Pelaku yang merupakan seorang pria berparas oriental segera masuk, lalu menghadap pimpinannya setelah menutup pintu dan memberinya bungkukan hormat.
"Ada yang bisa kubantu, Sajangnim?"
"Duduklah. Aku mau curhat"
Henry mendengus kasar sembari mendudukkan diri. Kalimat menyebalkan itu adalah pengubah mutlak jabatannya. Dari sekretaris pribadi, menjadi konsultan. Dan obrolan ini pasti berujung panjang dan pelik jika yang digalaukan Jungkook adalah Jimin.
"Mau curhat apa?" desak Henry.
Pemuda dihadapannya tiba-tiba menyondongkan tubuh di atas meja. Mata bulatnya terlihat memelas. Ditambah lagi bibirnya yang menyebik. Jangan harap Henry akan menganggapnya imut atau menggemaskan, menatapnya tiga detik saja sudah mual.
"Hyung, tiga minggu lagi adalah wedding anniversary–ku dan Jimin yang ke-5"
Dahi Henry mengernyit. "Lalu masalahmu apa?" tanyanya lagi.
"Apa yang harus kulakukan, Hyuuungggg?" erangnya frustasi.
Raut wajah Henry berubah datar. Terkesan malas setelah mendengar kegalauan Jungkook. Oh ayolah, jadi pimpinannya itu meminta dirinya segera meninggalkan tumpukan pekerjaannya hanya untuk perkara ini? Luar biasa.
"Kau gali tanah, lalu masuklah ke dalamnya. Setelah itu kau timbun dirimu sediri dan jangan lupa hiasi atasnya dengan batu nisan bertuliskan 'Tuan Muda Jeon goes to alam baka'" jawabnya asal.
"Sialan! Kau menyumpahiku mati atau apa?!" Jungkook menghardik dengan wajah cemberut. Merutuki sekretarisnya yang justru menertawainya puas. "Berhentilah tertawa, Hyung! Aku benar-benar serius dan membutuhkan saranmu" omelnya.
"Sorry, I'm just kidding. So... kau ingin memberi surprise untuk Avatar Chim dalam rangka merayakan wedding anniversary kalian, begitu?"
"Ya, tapi aku tidak tahu harus memberinya surprise apa. Kupikir, karena dua minggu lagi kau dan Hoseok Hyung merayakan anniversary duluan, aku bisa mendapatkan pencerahan darimu" kata Jungkook.
"Kebetulan orang tuaku berencana datang ke Seoul dua minggu lagi. Sekalian mereka temu kangen dengan Jason juga. Jadi sepertinya kami sekeluarga akan makan malam bersama. Tentu aku akan memberinya hadiah, tapi aku belum memutuskan hadiahnya apa" Henry menjelaskan.
Jungkook menghembus perlahan nafas beratnya. Rasanya ia semakin galau, terlebih mendengar Henry sudah memiliki acara keluarga sendiri.
"Kira-kira apa yang harus kuberikan untuk Jiminku, Hyung? Aku bingung" keluhnya sambil mengusap kasar wajahnya yang kusut.
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Tuan Muda Jeon (Kookmin) ✔
FanfictionHighest Rank: #1 book #3 kookmin #3 jikook #1 fanbook #2 fanficindo [Kookmin/Jikook] Kehidupan Tuan Muda Jeon Jungkook berubah 180° Berkat hukuman dari sang ayah, Jungkook terpaksa memulai hidupnya dari nol di bawah kuasa penuh Park Jimin; seorang p...