EPILOGUE: My Love (Taegi Version)

7.7K 417 100
                                    

Sahabat jadi cinta. Sebuah kalimat klasik yang membuat Taehyung dilema selama lebih dari lima belas tahun lamanya. Tak mengerti manakah cinta sejatinya. Mungkin Taehyung bodoh. Mungkin Taehyung buta. Sampai-sampai keberadaan Yoongi yang selalu setia dianggapnya tiada. Tanpa Taehyung sadari, kesetiaan Yoongi itulah yang justru menyelamatkannya. Menyelamatkan dirinya dari trauma, dari kegelapan yang membelenggunya. Kini Taehyung bersyukur, Tuhan masih memberinya nyawa. Setidaknya, ia tidak akan menyia-nyiakan keberadaan Yoongi untuk kedua kalinya.

Sebuah mobil berwarna hitam berhenti tepat di depan toko bunga berplang 'Jiflorist'. Dengan santainya pemuda tinggi nan tampan itu turun sekaligus mempersilahkan pekerja tempat itu memindahkan ratusan bunga potong yang dibawanya.

"Kau sudah datang, Tae-ah?"

Si empunya nama menoleh, memberikan senyum kotak khasnya untuk si penginterupsi. Mereka berpelukan sejenak. Sekadar melepas rindu karena sahabatnya tersebut belum sempat mengunjungi Samjicheon dua minggu belakangan ini.

"Bagaimana kabarmu, hm?" suara baritonnya bertanya lebih dulu.

"Sangat baik, Tae. Bagaimana denganmu, Yoongi Hyung, dan juga Chaera?" tanyanya balik.

"Baik, Jim. Yoongiku juga menitip salam untukmu dan Jungkook" balasnya.

"Kalau begitu tolong sampaikan salam balik dariku untuknya, ya" ujarnya seraya terkekeh. "O iya, ayo, masuk dulu. Kita mengobrol di dalam saja" ajaknya.

Keduanya kini duduk bersebelahan di sofa yang berada di dalam ruangan Jimin. Pemilik ruangan itu tersenyum simpul. Dengan sabar ia menunggu Taehyung yang sedang menghangatkan tubuhnya dengan meminum teh.

"Jadi, bagaimana dengan rencanamu?" Jimin mencoba memulai obrolan.

"Hmm, aku ingin memberikan sesuatu yang spesial untuk kado natal Olafku dan juga Chaera, tapi—" ia menjeda seraya menatap lekat pemuda manis di sampingnya. "—aku binguuung" erangnya frustasi.

Melihat tingkah kekanakan sahabatnya, alunan tawa ringan milik Jimin meluncur. "Bingung kenapa?" ia bertanya balik.

Pemuda tan itu menghela nafas panjang sembari membenarkan posisi duduknya, sehingga berhadapan langsung dengan Jimin. "Coba tolong kau ingatkan aku, hal-hal seperti apa yang paling Olafku sukai" ujarnya dengan tampang serius.

"Tidur"

Wajah Taehyung berubah datar dalam hitungan detik. "Tanpa kusuruh atau kuberi hadiah di hari natal pun, dia akan tidur dengan sendirinya, Jimin" ketusnya.

Mendengar penuturan sahabatnya itu, tawa Jimin lagi-lagi tergelak. Berbeda halnya dengan Taehyung yang justru semakin kesal saja karena terus ditertawai.

"Oh, ayolah, Jim. Jangan tertawa terus dan bantu aku menemukan sesuatu yang spesial untuknya" protes Taehyung dengan wajah memelas.

"Oke, oke, maaf. Hmm, kalau tahun lalu dan tahun-tahun sebelumnya, kau sudah pernah memberi istrimu apa saja?" selidik Jimin.

Taehyung terdiam sambil mengingat-ingat. "Baju, bunga, sepeda motor, alat pijat elektrik—"

"Sebentar, sebentar, kau pernah menghadiahi alat pijat elektrik untuknya?" potong Jimin dengantatapan takjub.

"Iya, memangnya— Hey, setidaknya kado dariku masih lebih baik darinya, ya. Kau tahu, Olafku itu hobi sekali menghadiahiku foto selfie–nya sendiri, Jimin. Kau bisa membayangkan betapa narsis dan hematnya istriku itu, bukan?" curhatnya dramatis.

Tawa Jimin kembali tergelak mendengar penuturan Taehyung. Bahkan tawanya sukses membuat kedua matanya hilang dari peredaran.

"Jim, aku serius. Awalnya dia hanya memberiku fotonya dalam bentuk polaroid atau figura mini. Tapi lama-lama, dia malah mencetak fotonya menjadi mug, lalu kaos, stiker, dan yang terakhir casing handphone. Lebih parah siapa coba?" keluhnya.

[END] Tuan Muda Jeon (Kookmin) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang