Do I Love You?_26

7.2K 498 8
                                    

Jimin berlari sekencang-kencangnya bersama Jennie dan satpam ke ruang pendinginan. Mendengar penjelasan Jungkook sukses membuatnya begitu terkejut dan secepat mungkin pergi ke ruang pendinginan. Jimin begitu panik dan dia mendengar dari satpam, memang setiap ruang ada kunci cadangan dan kunci gandanya hilang, kemungkinan besar dicuri pelaku.

“Jungkook!”

Jimin langsung menggedor pintu, berharap Jungkook masih sadar. Jungkook sendiri yang awalnya duduk disamping Lisa seraya mengusap tangannya sontak mendongak dengan mata melebar mendengar teriakan itu.

“Kau masih didalam? Kau masih sadar?!”

“Masih! Cepat keluarkan kami! Lisa tak akan bertahan lama!” teriaknya lagi dan Jimin mengangguk diluar.

“Kami sudah datang!” Jimin kemudian memandang satpam itu. “Buka ini, cepat!” perintahnya. Aura tegas dan dominasi Jimin keluar begitu saja, tidak main-main memang membuat satpam itu mengangguk patuh dan lekas mencari kunci di sekian banyak kunci.

Namun beberapa saat berlalu, satpam itu belum juga menemukan kuncinya membuat Jimin dan Jennie menjadi gereget sendiri. Jungkook sendiri didalam, mati-matian mempertahankan kesadarannya.

“Lis, bertahan. Mereka sudah datang,” bisik Jungkook di telinga Lisa. Namun Lisa tentu saja tak menjawabnya. Jungkook berkali-kali mengusap tangan Lisa agar tetap hangat dan memeluknya erat. “JIMIN! KENAPA LAMA SEKALI?!” teriaknya lagi, panik karena tubuh Lisa yang semakin dingin.

“IYA JUNG! CEPAT AHJUSSI!”

Satpam itu sontak terkejut karena teriakan Jimin, pertama kali melihat Jimin marah membuatnya lekas mengangguk. “Iya, aku sedang mencarinya.”

“Kenapa lama sekali? Apakah tidak ada?” tanya Jennie. “Mereka sudah lama berada didalam.”

“Aku sedang mencarinya, Nona.”

Jennie sendiri menghela napas pasrah. Setelahnya dia dan Jimin kembali menoleh ke pintu, berkali-kali berteriak agar Jungkook jangan sampai ikut kehilangan kesadaran.

”Ah, aku menemukannya,” ujar satpam itu seraya menunjukkan kunci yang berhasil ditemukannya membuat Jennie dan Jimin sontak lega.

“Ya sudah, cepat buka,” perintah Jimin dibalas anggukan kepala satpam itu.

Setelahnya dia segera membuka pintu ruang pendinginan, memutar kuncinya dan setelahnya berhasil terbuka. Jungkook yang awalnya memejamkan matanya, membuka mata ketika mendengar suara kunci yang dibuka bersamaan pintu ruang pendinginan yang terbuka membuatnya tersenyum lega.

“Jungkook! Lisa!”

Teriakan itu terdengar setelah pintu terbuka. Jungkook melihat Jimin masuk bersama Jennie dan satpam yang ikut. “Jung, untunglah,” ujar Jimin lega melihat Jungkook masih sadar.

“Lisa.” Gumaman Jennie terdengar jelas di ruangan itu. “Dia baik-baik saja?” tanyanya cemas seraya jongkok didepan Lisa. Tangannya memegang tangan Lisa dan sontak terkejut. “Astaga! Tubuhnya dingin sekali,” ucapnya seraya memegang tangan Lisa yang begitu dingin.

“Jungkook juga tak jauh berbeda,” ujar Jimin setelah merasakan suhu tubuh Jungkook.

“Keluarkan Lisa darisini, cepat.”

Jimin dan Jennie sontak memandang Jungkook yang baru saja berbicara dengan lemasnya. Jungkook sendiri mati-matian mempertahankan kesadarannya yang sudah diambang batas.

“Dia sudah pingsan karena tubuhnya tak kuat lagi. Bawa dia keluar, telepon ambulance. Cepat,” desak Jungkook lagi.

Jimin mengangguk. “Ahjussi, telepon ambulance, cepat.”

“Baik, Jimin-ssi.” Satpam itu segera keluar untuk menelepon polisi.

“Kau bisa berjalan kan?” tanya Jimin khawatir dan Jungkook hanya mengangguk lemah. “Aku akan memapahmu,” ucapnya.

Baru saja dia hendak melingkarkan tangan Jungkook di lengannya, Jungkook malah sengaja menurunkan tangannya, menolak untuk dibawa membuat Jimin sontak mengerutkan keningnya heran, padahal Jungkook harus segera keluar dari ruangan ini.

“Kenapa Jungkook? Ayo keluar.”

“Bawa gadis itu keluar dulu, dia sudah tak sadarkan diri. Cepat.”

Jimin sontak menoleh ke arah Lisa yang tengah diusap tangannya oleh Jennie. Jimin kemudian mengangguk, mengikuti ucapan Jungkook. Awalnya dia hendak membawa Jungkook, kemudian baru menggendong Lisa keluar. Dia segera menghampiri Lisa dan menggendongnya keluar.

Jungkook hanya menatap mereka dengan lemasnya, lega ketika Jimin sudah menyandarkan tubuh Lisa di tembok, dan Jennie menyandarkan Lisa di tubuhnya sementara. Tak lama, Jimin menghampiri, ikut membawanya keluar dengan cara memapahnya keluar, sampai akhirnya Jimin mendudukkan dirinya disamping Lisa, bersandar di tembok.

“Jimin-ssi! Nanti mereka yang akan datang dan membawa mereka dengan tandu!”

Jimin mengangguk. “Baik.”

Dia mengerti maksud satpam itu, artinya petugas ambulance yang akan datang kesini dan membawa tandu karena tubuh keduanya sudah lemas. Jimin memang sempat meneriakkan itu kepada satpamnya.

“Jung, kau baik-baik saja?” tanya Jimin dan Jungkook hanya mengangguk lemah.

Jimin sendiri menoleh ke arah pandang Jungkook yang selalu memandang Lisa. “Dia akan baik-baik saja,” ucap Jimin yang tahu apa yang dipikirkan Jungkook. “Saat sampai, petugas akan kenari dan membawa kalian ke rumah sakit.”

Jungkook sendiri mengangguk lagi mendengarnya. Rasanya tenaganya habis untuk menimpali atau merespon Jimin dengan kata-kata singkat. Jungkook sendiri masih memandang Lisa yang wajahnya memucat, Jennie juga tampak panik dan Jimin berusaha menenangkannya seraya tetap berada didepan Jungkook, meminta istrinya untuk tidak panik sekarang. Jennie memang mudah panik.

“Jimin.”

“Iya?” Jimin lekas menoleh.

“Selamatkan Lisa.”

Jimin mengangguk dengan tatapan seriusnya, dia masih jongkok didepan Jungkook. “Kami akan menyelamatkan kalian berdua, bertahanlah,” ujarnya dan Jungkook hanya mengangguk—lagi.

Setelahnya beberapa saat, Jungkook merasa pandangannya mulai mengabur ketika melihat Lisa, tenaganya seakan sudah habis membuat dia perlahan mulai memejamkan matanya, walau berusaha mempertahankan kesadarannya pada awalnya, tapi tetap saja itu gagal.

Yang samar-samar Jungkook dengar hanyalah suara teriakan Jimin dan terakhir yang dilihatnya adalah Lisa.

.
.
.
.
.
.

—To Be Continue—

Do I Love You? [LK] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang