Do I Love You_28

7.5K 529 7
                                    

Sudah cukup lama Jungkook berada di ruangan Lisa. Tapi Jungkook tak beranjak sama sekali dari kursinya, hanya sesekali berdiri ketika suster atau hendak memeriksa atau ketika dia hendak ke toilet. Jennie dan Jimin terus mengingatkannya untuk makan, jika tidak mungkin Jungkook tak akan makan. Jungkook sendiri tengah tersenyum tipis seraya mengusap tangan Lisa yang masih memejamkan mata.

“Eugh.”

Lenguhan itu sontak membuat Jungkook melebarkan mata karena itu keluar dari bibir Lisa. Dia memperhatikan wajah Lisa, keningnya sudah berkerut, matanya tampak sedang berusaha untuk membuka.

“Lisa!” Jungkook sontak memekik, begitu senang. Tangannya menggenggam tangan Lisa semakin erat. “Ayo bangun! Jangan pejamkan matamu lagi,” ujarnya agar Lisa dapat mendengarnya.

Akhirnya hal yang ditunggu-tunggu pun terjadi sesuai harapan. Perlahan kedua mata Lisa mulai terbuka, mengerjap-ngerjap berkali-kali sebelum akhirnya Lisa berhasil menyesuaikan diri dengan cahaya di ruangannya. Jungkook langsung tersenyum lega, begitu lebar.

“Lisa.” Dia kembali memanggil dengan senyumannya yang tak pudar sama sekali.

Lisa sendiri berusaha mengumpulkan kesadarannya secara penuh. Bau antiseptik, obat-obatan menyambut indra penciumannya. Lisa merasakan tangannya yang digenggam seseorang, tangannya terasa hangat dan begitu nyaman yang membuatnya memandang tangannya dan terkejut ketika melihat pemilik tangan yang menggenggamnya.

Jungkook.

Namun melihat Jungkook yang terys tersenyum membuat Lisa akhirnya ikut tersenyum lemah untuk membalas. Dia mengingat kejadian terakhir yang menimpanya membuatnya bertanya-tanya sudah berapa lama dia tidak sadarkan diri? Dia malas mengakuinya, tapi berkali-kali Jungkook masuk kedalam tidur panjangnya.

“Kau sudah sadar ternyata,” ujar Lisa dengan suara serak. “Syukurlah.”

“Sial.”

Lisa mengerutkan kening mendengar umpatan itu. “Kenapa kau malah mengumpat?”

“Aku boleh memelukmu?”

“M-Maksud—”

Lisa menghentikan ucapannya ketika Jungkook sudah memeluknya, tanpa mendengarkan terlebih dulu jawabannya. Lisa sendiri melebarkan mata, cukup terkejut. Sebenarnya Lisa jarang memeluk dan dipeluk seseorang kecuali keluarganya dan Bambam. Tapi ketika dipeluk Jungkook, dia tak bisa memungkiri ada perasaan aneh yang mengalirinya dan dia menyukai pelukan hangat Jungkook, begitu nyaman.

“Sudah berapa lama kau tidak sadar? Apakah hobimu adalah membuat semua orang khawatir?” tanya Jungkook, masih memeluk istrinya.

Lisa terkekeh kecil. Walau terdengar seperti protes, dia tahu kalau itu adalah bentuk kekhawatiran Jungkook, Lisa mengetahuinya, bahkan pelukan Jungkook cukup erat, walau tidak terlalu karena Lisa baru saja sadar.

“Aku baru bangun, apakah bagus kau sudah marah-marah seperti itu?” protesnya. Namun Lisa tersenyum. “Tapi secara tak langsung kau mengakui kalau kau mengkhawatirkanku kan? Jeon.”

“Terserah kau. Lagipula itu benar,” ujar Jungkook tak berniat menutupi-nutupi. “Jadi jangan membuatku lebih khawatir dari ini.”

“Iya Tuan Jeon, aku mengerti.”

Jungkook terkekeh mendengarnya. Kemudian melepaskan pelukannya usai mengusap matanya karena terasa hangat dan ada air mengenang disana. Air mata bahagia, dia begitu bahagia karena Lisa sudah sadar, juga begitu lega karena Lisa bisa sadar. Sebenarnya Lisa sendiri juga merindukan Jungkook.

Lisa terkekeh kecil ketika melihat wajah Jungkook yang teekena air matanya sendiri ketika menghapusnya. “Kau menangis ya?” tanyanya dengan nada mengejek dan Jungkook hanya menghela napas mendengarnya karena itu benar.

“Iya,” sahutnya tanpa tak mau menutup-nutupi. “Kau sudah tahu alasannya kan?”

“Karena kau khawatir?”

“Iya dan karena aku mencintaimu juga.”

Lisa sontak terdiam mendengarnya, matanya melebar, menatap Jungkook yang menatapnya serius, sama sekali tidak ada kebohongan disana. Lisa sendiri menjadi ingat, apa yang dia katakan di dalam ruangan itu dan setelahnya apa yang Jungkook katakan, walau dia hanya mendengarnya sedikit, sebelum dia hilang kesadaran. Seketika dia merutuki dirinya, ternyata dia masih hidup. Tidak mati seperti dugaannya.

“M-Maksudmu apa?” Dan bodohnya pertanyaan itu meluncur keluar dari bibirnya membuatnya sontak merutuk.

Jungkook sendiri perlahan memegang dan menggenggam tangan Lisa membuat Lisa benar-benar harus mempertahankan dan menjaga kesehatan jantungnya. Terlebih tatapan Jungkook yang menusuk, begitu serius.

“Aku sungguh-sungguh mencintaimu. Aku sudah mengatakannya di ruang pendinginan itu, tapi tampaknya kau tidak mendengarnya. Kau sudah pingsan.” Oke, berarti dugaan Lisa memang benar. “Aku mencintaimu, sudah lama. Itu kenapa, aku selalu bertengkar dengan Bambam, selalu perhatian denganmu, tanpa kau tahu karena aku memang menyembunyikannya,” sambung Jungkook.

Lisa mematung. Rasanya semua begitu mengejutkan dan dia tidak menyangka akan begitu terkejut seperti ini. Dia baru saja sadar dari pingsannya, tapi rasanya dia ingin pingsan lagi karena apa yang Jungkook katakan. Lidahnya kelu, rasanya sulit untuk berkata-kata.

“Sekarang, aku ada satu pertanyaan lagi untukmu,” ujarnya sukses membuat jantung Lisa berpacu semakin gila. “Apa kau mencintaiku? Apa kau merasakan hal yang sama sepertiku?” tanyanya.

Tentu saja, Lisa tidak langsung menjawab. Semua ini begitu mengejutkan dan mendebarkan. Lisa bahkan bisa mengira ini mimpi kalau saja genggaman Jungkook tak terasa begitu nyata, seakan menunjukkan semuanya bukan mimpi. Namun tatapan serius Jungkook dan dorongan perasaannya sukses membuat Lisa menghela napasnya.

Ini waktu yang tepat untuk mengatakan semuanya.

“Jika tidak bisa menjawab, tak masalah.” Jungkook kembali berucap, dia menarik senyuman tipisnya seraya menurunkan tangan Lisa dan melepas genggaman mereka. “Aku tahu ini begitu mendebarkan, mungkin kau masih ragu. Tak masalah, aku menunggumu,” ujarnya sukses membuat Lisa tersenyum.

Lisa merasa beruntung sekarang, dicintai Jungkook.

“Akan aku panggilkan dokter,” ujarnya lagi.

Jungkook kemudian berbalik, hendak memanggil dokter. Namun Lisa menahannya dengan cara memegang pergelangan tangannya membuatnya kembali menoleh.

“Kenapa? Kau butuh sesuatu?” tanyanya dengan kening berkerut.

Lisa sendiri menggeleng. “Kemari,” ujarnya membuat Jungkook semakin heran.

“Maksudmu?”

“Dekatkan wajahmu, aku ingin memberitahu sesuatu.”

Jungkook heran. Namun karena Lisa terus menahannya, dia tidak akan dapat memanggil dokter jika begini. Akhirnya dengan pasrah, Jungkook mengangguk patuh, kemudian mendekatkan wajahnya ke wajah Lisa, sedikit memiringkan karena Lisa mengatakan ingin memberitahukan sesuatu, jadi tentu mereka berbisik.

”Aku juga mencintaimu.”

Bisikan pelan itu sontak membuat mata Jungkook melebar. Bahkan dia hanya mematung selama puluhan detik. Sebelum akhirnya dia menarik senyumannya, menyadari ini bukan hanya sekedar mimpinya. Dia langsung memeluk Lisa yang dibalas oleh Lisa, namun tidak terlalu erat karena baru saja tersadar, dan Jungkook juga memeluknya tak terlalu erat.

“Terima kasih, kau mau mencintaiku,” bisik Jungkook tulus. “Aku akan selalu bersamamu dan tidak akan berpisah.” Jungkook dapat merasakan air matanya mengenang. Bukan air mata kesedihan, melainkan bahagia.

Lisa sendiri tidak juga. Dia ikut tersenyum tulus, namun air matanya sudah mengalir turun. Tak jauh berbeda dari Jungkook, dia juga begitu bahagia.

“Aku tahu,” jawab Lisa seraya memeluk Jungkook erat. “Aku juga akan selalu bersama dan mencintaimu, Jeon.”

.
.
.
.
.
.
—To Be Continue—

Akhirnya si Jungkook sama Lisa sudah menyatakan perasaan masing-masing,sekarang tinggal menunggu konflik lainnya.

Dan seperti biasa jangan lupa vote manteman,dadah 👋👋👋👋.

Do I Love You? [LK] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang