Do I Love You?_19

7.6K 538 2
                                    

Jungkook melangkah keluar dari kamar mandi seraya mengusap rambut basahnya dengan handuk putihnya. Kaos polosnya masih dikenakannya, dia memang suka mengenakan kaos putih polos beserta celana santai saat malam hari. Namun sebenarnya Jungkook belum mengenakan celana santainya seperti biasa karena dia masih belum cukup berani ke lemari dan bertemu Lisa yang ada di kamar.

Kenapa lagi kalau bukan karena kejadian dia memeluk Lisa?

Astaga! Membayangkan kejadian itu saja, wajahnya kembali memanas. Kalau sampai Lisa penasaran dan bertanya apa mimpinya, bagaimana dia bisa menjawabnya? Astaga! Dia benar-benar sangat malu!

Jungkook menarik napasnya, berusaha menenangkan dirinya sendiri. Jungkook memang gugup sekali, tapi jika terlihat gugup didepan Lisa maka itu lebih memalukan, dia harus beesikap cool atau setidaknya bersikap biasa saja. Jungkook pun memberanikan diri melangkah ke lemari, melirik ke kasur dan Jungkook benar-benar lega karena tidak menemukan Lisa disana atau di lemari.

“Dia pasti bersama Eomma.” Jungkook berucap seraya tersenyum lega.

Jungkook lekas menggantung handuknya ke tempat yang sudah disediakan, mengganti celananya dan berbaring di kasur. Yang Jungkook benci adalah sekarang setiap saat dia bisa memikirkan kejadian itu. Tapi walau malu, dia bisa merasakan detakan jantung Lisa yang berdebar kencang di pelukannya, menyenangkan bisa merasakannya.

Sebenarnya Jungkook bisa melakukannya karena dia masih setengah sadar dan efek mimpi sialan itu juga dan ketika sadar, dia malu setengah mati.

Tapi sungguh pelukan itu cukup membuatnya nyaman dan kali pertama mereka berpelukan. Jungkook mengembangkan senyumannya, menjadi salah tingkah sendiri.

“Apa?!”

Hingga teriakan itu berhasil membuat pandangan Jungkook teralih ke balkon, sumber suara. Jungkook yang penasaran, sontak berjalan perlahan ke balkon, berusaha tidak menimbulkan suara karena rasa penasaran yang mendorongnya untuk mengintip.

Raut wajah Jungkook berubah kala melihat Lisa tengah memegang ponselnya, mengarah ke wajahnya dan tersenyum tipis, wajahnya tampak panik juga karena baru saja lawan bicaranya berteriak. Tapi Jungkook menjadi kesal karena tahu siapa yang sedang bertelepon dengan Lisa.

Itu Bambam.

“Syut! Suaramu itu besar sekali, Bam!” Lisa memperkuat keyakinannya, memang itu Bambam.

Jungkook tahu menguping pembicaraan seseorang tak baik, dia jarang melakukannya. Namun sekarang, Jungkook merasa kakinya tidak mau bergerak, dia membenarkannya posisi agar tidak ketahuan dan menguping pembicaraan mereka.

Maaf, aku kelepasan. Tapi bukankah dia kurang ajar? Kenapa dia tiba-tiba memelukmu seperti itu?”

Lisa melihat raut wajah kesal Bambam dan seharusnya reaksinya sama. Namun Lisa tak tahu kenapa dia malah tak marah, mungkin malah bereaksi sebaliknya.

“Tanyakan itu ke dirimu sendiri, sialan.” Jungkook yang mendengar merutuk pelan. “Aku dan dia adalah suami istri, kalau aku ingin memeluknya seharian sampai malam menjelang dan meteor jatuh, tidak masalah. Tapi kau menelponnya malam-malam seperti ini, padahal sudah berstatus sebagai istriku, bahkan ingin memeluknya terus didepan umum.”

“Hm, kau memang tak salah, tapi kurasa dia mimpi buruk, dia sampai berkeringat.”

“Mimpi saja sampai berkeringat? Seperti wanita saja.”

“Kapan-kapan aku akan taruh tikus disampingmu dan semoga kau memimpikan itu agar keringatmu seperti tsunami.” Jungkook berucap kesal karena Bambam memang selalu mengejeknya di setiap kesempatan.

“Entahlah, tapi memang benar dia sampai berkeringat.”

Kau penasaran kan? Kau tanya saja.”

Lisa berdecak mendengarnya. “Kau pikir semudah itu? Jika memang iya, aku sudah bertanya kepadanya sejak tadi.”

“Ah iya benar juga. Eh Reyn, kenapa kau masuk?”

“AH ADA EOMMA!! EOMMA!!”

Jungkook melebarkan mata ketika mendengar itu. Eomma? Ibu?

“Iya Sayang.”

Sayang? Oh astaga! Dari perangkat Bambam ada suara anak kecil dan memanggil Lisa 'Eomma' dan Lisa membalasnya juga. Oke, ini aneh, bahkan sangat gila.

“Mereka bahkan punya anak sebelum Lisa menikah denganku, apa begitu? Sial!” Jungkook merutuk kemudian membuka pintu balkon dengan cepat dan penuh kekesalan.

Mendengar pintu dibuka, Lisa sontak menoleh, terkejut menemukan Jungkook sudah ada di balik pintu balkon. “Eoh? Jungkook?” tanyanya dengan kening berkerut, namun tak lama dia tampak mengerti. “Ah, kau sudah selesai mandi kan?”

Jungkook sendiri tak memedulikan pertanyaan Lisa, dia malah berjalan ke Lisa, merebut ponselnya dan mematikan sambungan videocall-nya dengan Bambam yang masih berlangsung. Lisa sontak melebarkan mata tak percaya, terkejut, sekaligus kesal.

Ya! Jeon Jungkook! Apa yang kau lakukan? Kenapa kau—”

“Aku suamimu dan aku berhak.” Jungkook menyela, setelahnya meletakkan ponsel Lisa ke meja yang ada disana, menatap Lisa lekat sukses membuat jantung Lisa berdebar tak karuan. “Apa maksud anak kecil itu? Eomma?”

“Hah?” Lisa malah ikut bingung.

“Ck! Anak itu! Dia memanggilmu Eomma!”

Mendengar ucapan Jungkook Lisa melebarkan mata, raut wajahnya berubah menjadi kesal kala menyadari sesuatu, kakinya lamgsung menginjak kaki Jungkook membuat Jungkook sontak melepas kedua tangannya dari lengan Lisa dan memegang kakinya yang diinjak begitu keras.

Senjata andalan Lisa memang menginjaknya.

“Aku bertanya kepadamu! Kenapa malah diinjak?!” protes Jungkook seraya mengusap kaki malangnya.

“Karena kau kurang ajar!” seru Lisa. “Kau mendengar pembicaraan kami? Astaga! Kemana sopan-santunmu!” sentaknya membuat Jungkook menyadari alasan kenapa Lisa menginjak kakinya.

“Ck! Tadi aku—”

Suara telepon dari Lisa menyela ucapannya. Jungkook menoleh dengan kesal ke ponsel Lisa karena tahu itu pasti dari Bambam. Jungkook akan mengambilnya, namun Lisa sudah menyela, berjalan mendahuluinya dan mengambil ponselnya, melihat memang benar Bambam meneleponnya, tidak dalam media videocall, hanya telepon biasa.

“Tunggu sebentar, Bam,” ucap Lisa ketika sambungan teleponnya sudah tersambung dengan Bambam. “Jangan meneleponku dulu, aku akan meneleponmu saat menemukan tempat yang bagus untuk menelepon, kalau tidak ada yang mendengarkan percakapan kita, tunggu aku.” Setelahnya Lisa memutuskan sambungan telepon.

Lisa melirik Jungkook sejenak, sebelum dengan kesal berjalan keluar balkon dan hendak keluar dari kamar. Namun belum sempat dia melangkah ke pintu, Jungkook sudah berdiri didepannya sontak membuat langkahnya terhenti.

“Kau mau kemana?” tanya Jungkook heran.

“Berteleponan di luar agar orang tak tahu sopan santun sepertimu tak menguping pembicaraanku. Pergi!” Lisa mendorong Jungkook yang menghalangi jalannya dan kembali beranjak ke pintu kamar.

Namun mendengar langkah kaki Jungkook yang mengikutinya, Lisa sontak menoleh dan memang Jungkook mengikutinya. “Tak usah mengikutiku!”

“Aku—”

“Aku hanya didepan pintu rumah, jadi tetap disini!”

Lisa setelahnya berjalan pergi darisana, keluar kamar, meninggalkan Jungkook yang menghela napas frustasi. Semua masalah berawal dari rasa penasarannya yang semakin menjadi, terlebih dengan anak yang memanggil Lisa 'Eomma' dia hanya penasaran.

Tapi rasa penasaran itu menimbulkan masalah.

.
.
.
.
.
.

—To Be Continue—

Seperti biasa jangan lupa vote ya manteman,dadah👋👋.

Do I Love You? [LK] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang