Do I Love You?_38

5.9K 381 5
                                    

Lisa lekas menarik senyumannya ketika melihat mobil Jungkook yang dapat terlihat saat dia baru saja keluar dari rumah sakit. Lisa segera berjalan dan masuk kedalam mobil Jungkook. Lisa langsung tersenyum ke arah Jungkook setelah masuk dan duduk. Jungkook juga tersenyum tipis untuk membalasnya. Namun kening Jungkook berkerut kala menemukan kejanggalan.

Mata Lisa memerah. Jungkook menyadarinya.

"Lis," panggilnya dengan tatapan menyelidik.

"Iya?" Lisa menoleh seusai selesai memasang sabuk pengaman, tepat setelah dipanggil Jungkook tadi.

Namun mata Lisa melebar ketika Jungkook mendekat, mencondongkan tubuhnya sedikit, setelahnya meraih satu tangannya dan digenggam dengan tangan yang lebih besar dan berotot darinya, milik Jungkook. Tatapan serius sekaligus menyelidik yang Jungkook berikan kepadanya sukses membuatnya menelan ludahnya sendiri.

Aura Jungkook sangat keluar sekarang.

"Jung, ada apa?" tanyanya, canggung diperhatikan seperti ini oleh Jungkook.

"Jujur kepadaku. Kenapa kau menangis?" tanya Jungkook tanpa basa-basi.

"Aku tidak menangis, Jung. Kenapa kau terus mengatakan aku menangis?" Lisa menjawab cepat karena jika terdiam sejenak akan menimbulkan kecurigaan.

"Mata kau memerah, berair sedikit, suaramu berubah," ucap Jungkook dengan datarnya. "Jujur saja kepadaku, kenapa kau menangis?" desak Jungkook. Dari wajahnya, terlihat jelas dia begitu khawatir.

"Jungkook, aku tidak menangis." Lisa masih tak mau Jungkook mengetahuinya. Lisa menarik senyumannya sembari merekatkan balasan genggaman di tangan Jungkook. "Mataku tadi termasuk debu, mungkin karena itu memerah dan sedikit berair. Tentang suaraku, aku tidak merasa aneh. Mungkin kau hanya berhalusinasi. Aku tidak menangis sama sekali," ujarnya berusaha memberikan pengertian terbaiknya.

Dia berharap, Jungkook akan percaya kepadanya. Namun tampaknya tidak semudah itu menyakinkan Jungkook. Jungkook jelas masih curiga. Menyadari perdebatan ini bisa berujung ke dirinya yang mengatakan semuanya, Lisa memilih untuk membuka suara.

"Jung. Lebih baik kau menyetir, aku ingin segera pulang kalau kau masih ingin diam saja diluar rumah sakit." Lisa mengalihkan topik seraya melepaskan genggamannya dari tangan Jungkook.

Jungkook sendiri menghela napasnya, kemudian membenarkan posisinya menjadi seperti semula. "Ya sudah," ucapnya, akhirnya memilih untuk percaya. Walau masih ada rasa curiga kalau Lisa menangis dan entah kenapa Jungkook begitu yakin dengan itu.

Lisa sendiri tersenyum, mengalihkan pandangan ke jendela mobil dan diam-diam menghela napasnya lega. Lisa bersyukur bisa melewati pertanyaan Jungkook kali ini. Namun tentu saja kedepannya jika terjadi hal yang sama, tidak akan mudah untuk menyakinkan Jungkook. Jungkook sendiri bahkan tak yakin, dia hanya menuruti ucapannya dan memilih percaya. Lisa tahu, Jungkook masih curiga dan dia tidak boleh membuat hal yang dapat menambah kecurigaan Jungkook.

"Ah ya, Lis." Lisa yang berpikir lekas menoleh saat Jungkook memanggilnya. "Dokter mengatakan apa? Kau baik-baik saja kan?" tanyanya seraya menyetir.

Lisa menarik senyumannya. "Aku baik-baik saja. Dokter mengatakan ini hanya pusing biasa dan nanti akan hilang," jawabnya.

"Benarkah? Apa penyebabnya?"

"Kurang tidur."

Untungnya, Lisa sudah menyiapkan alasan yang baik sebelum memasuki mobil Jungkook.

Jungkook masih terdiam beberapa detik. "Ya sudah." Sampai akhirnya dia memilih untuk percaya, walau rasa curiganya masih mendominasi.

Di perjalanan, suasana begitu hening, hanya sesekali suara klakson mobil yang memecah keheningan atau berbagai suara dari luar mobil. Namun didalam mobil, tak ada pembicaraan. Lisa masih terlarut dalam kesedihannya sendiri, sedangkan Jungkook sesekali meliriknya heran karena perbedaan sikap Lisa karena Lisa adalah tipe orang yang pintar membuka topik. Jadi setiap keheningan yang terjadi, Lisa biasanya akan segera membuka topik seperti menanyakan apa urusannya dengan Jimin sudah selesai misalnya.

"Lis." Jungkook memilih untuk membuka suara.

Lisa yang melamun seketika tersadar dan menoleh. "Iya?"

"Beberapa hari kedepan kau tak ada urusan apa-apa kan?"

Lisa tampak berpikir sejenak, sebelum akhirnya menggeleng. "Tidak."

Jungkook tersenyum. "Beberapa hari lagi aku hendak membawamu ke suatu tempat, sebenarnya rencananya besok. Tapi kau harus banyak istirahat dulu. Jadi beberapa hari kedepan, aku-"

"Besok saja." Lisa menyela. "Aku baik-baik saja. Aku sendiri juga butuh untuk keluar dan jalan-jalan. Ayolah, besok saja, Jungkook," bujuknya.

Jungkook sendiri terkekeh kecil dan mengangguk. "Oke, kita pergi besok."

"Memangnya kita mau kemana?"

"Tentu saja rahasia."

Lisa memaksakan tawa kecilnya agar terlihat lebih natural dan Jungkook tak curiga. "Ah, sudah mulai rahasia sekarang."

Jungkook tertawa kecil mendengarnya, menjawab dengan anggukan tipis dan setelahnya menjawab semangat. Setelahnya suasana kembali hening. Lisa mendadak teringat perkataan dokter perihal hidupnya yang tak akan lama lagi sukses membuat matanya memanas, namun dia berusaha menahannya agar air matanya tidak jatuh.

Lisa tahu, waktunya tak akan lama. Dia tak mau menghabiskan waktunya untuk bersedih saja. Dia harus menghabiskan sisa waktunya dengan orang-orang yang dia sayangi, termasuk Jungkook. Dia harus membuat kenangan indah sebelum dia pergi setidaknya.

"Jung." Lisa akhirnya membuka suara.

"Iya?" Jungkook menoleh sekilas sebelum kembali fokus menyetir dan sesekali melirik..

"Besok kau membawaku pagi, siang, atau malam?"

"Malam. Memangnya kenapa?"

"Besok aku ingin ke mall dulu, aku mau berbelanja. Boleh tidak?" Lisa tersenyum, begitu antusias. Namun ke-antusiasan Lisa sukses membuat Jungkook heran.

Bukannya bermaksud apapun, tapi Lisa bukan tipe wanita yang suka ke mall, terlebih berbelanja. Menurut Lisa, baju di mall itu kebanyakan cukup mahal. Jadi biasanya Lisa ke mall hendak makan saja dan semua keperluan lainnya, dia beli diluar mall.

"Kenapa kau mendadak mau ke mall?" Akhirnya Jungkook memilih menanyakannya.

"Aku mau membelikanmu baju, bajumu kan masih sedikit. Aku juga mau membelikan untuk orang tua kita dan foto bersama.

"Foto bersama? Untuk?"

"Tak usah banyak bertanya, Jung. Lebih baik kau fokus menyetir," ucap Lisa dengan senyuman lebar di wajahnya.

Sebenarnya Lisa hendak membeli bingkai foto untuk memasukkan fotonya dan Jungkook di bingkai foto itu. Dia akan foto di suatu tempat seperti photobox. Setelah difoto, kemudian Lisa akan meminta untuk dibuatkan bingkai sebagai kenang-kenangan dirinya dengan Jungkook.

Jungkook yang mendengar ucapan Lisa, memasang muka cemberutnya. Tentu saja, dia tak marah, hanya saja dia memang suka seperti ini ketika bersama Lisa. Itu sukses membuat Lisa menjadi gemas, kemudian mencubit pipi Jungkook membuatnya sontak meringis, setelah puas baru dilepaskan.

"Sakit Lisa. Kenapa kau mencubitku?" protes Jungkook seraya mengusap sebelah tangannya dan sebelah tangannya untuk menyetir.

"Siapa suruh kau cemberut? Sudah, sekarang fokus menyetir."

"Iya Nyonya Jeon. Tapi lain kali jangan mencubitku ketika menyetir, itu berbahaya."

"Siap Tuan Jeon." Setelahnya keduanya tertawa kecil.

Kemudian Lisa mengalihkan pandangan ke jendela mobil, memandang langit berwarna putih. Dalam hati Lisa berdoa agar Tuhan dapat memberikannya waktu untuk bersenang-senang dan menghabiskan waktu. Lisa berharap, Tuhan bisa mendengar dan mengabulkan doanya ini.

.
.
.
.
.
--To Be Continue--

Seperti biasa jangan lupa votenya ya manteman,see you next chapter,dadah👋👋👋👋.

Do I Love You? [LK] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang