Lisa menarik napas dalam. Setelah mempertimbangkan baik-baik, dia memilih untuk duduk di salah satu kursi yang disediakan di luar rumah sakit. Dia sudah menelepon Jungkook sebelum kemari kalau dia sudah selesai dan Jungkook memintanya menunggu diluar rumah sakit. Selagi menunggu, dia memilih untuk duduk dan hendak membuka diagnosa yang sudah diberikan oleh rumah sakit.
Lisa tak bisa tenang rasanya. Jantungnya berdebar kencang, rasanya tangannya mulai berkeringat. Cemas, takut semua bercampur menjadi satu. Lisa hanya bisa berharap, semoga dia bukan orang yang positif kanker otak disini. Jika sampai iya, hidupnya dikatakan tak akan lama lagi.
Lisa menghembuskan napasnya. “Tenang, Lisa. Kau akan baik-baik saja,” ujarnya untuk menenangkan dirinya sendiri.
Dengan gugup, Lisa mulai membuka lem yang menutup amplop itu. Setelah terbuka, dia mengambil kertas yang ada didalam sana dan mengambil kertas yang terlipat disana. Setelahnya dia membuka kertas yang terlipat itu dan lekas membaca hasilnya.
Mata Lisa sontak melebar melihat hasilnya. Rasanya tenaganya hilang begitu saja. Rasanya Lisa tak percaya dengan matanya sendiri dan hasilnya.
Lisa dinyatakan positif kanker otak.
***
“Jimin. Aku akan pergi, Lisa sudah meneleponku, dia sudah menyelesaikan urusannya,” ujar Jungkook setelah sambungan teleponnya dan Lisa sudah terputus. “Kau yakin semuanya akan baik-baik saja kan? Aku bisa membawanya kesana kan?” tanya Jungkook usai memberikan jeda.
Jimin mengangguk. “Iya. Semua akan baik-baik saja, tenang saja,” ujar Jimin diakhiri kekehan kecilnya karena Jungkook benar-benar sangat bersemangat dan begitu rinci dengan hal ini.
Jungkook sendiri lega mendengarnya, menarik senyumannya dan mengangguk. “Syukurlah. Kalau begitu aku pergi dulu, terima kasih.”
“Iya, hati-hati.”
Jungkook mengangguk untuk meresponnya. Setelahnya dia keluar dari rumah Jimin, masuk ke mobilnya, dan segera menjalankan mobilnya ke rumah sakit tempat Lisa melakukan pemeriksaan. Tak lama, Jungkook sudah sampai didepan rumah sakit. Dia berharap tak ada masalah apa-apa dengan Lisa. Dia lekas membuka kaca mobil, mencari Lisa.
Namun keningnya berkerut karena tak menemukan Lisa disana. Padahal Jungkook memintanya untuk menunggu diluar rumah sakit. “Mungkin ke toilet.” Jungkook berujar yakin. “Aku akan menelponnya,” ujarnya, kemudian segera menelepon Lisa.
***
Toilet wanita.
Disanalah Lisa berada. Lisa begitu terkejut dan sedih melihat hasilnya membuatnya pergi ke toilet dan menangis sejadi-jadinya di wastafel yang tersedia disana. Lisa tak bisa menahan isakannya yang terdengar begitu jelas. Lisa bersyukur karena toilet ini sepi, jadi tak ada yang mendengar tangisannya. Lisa benar-benar tak menyangka, dia positif kanker otak.
Lisa benar-benar berharap semua mimpi. Mimpi terburuknya. Dia tak mau meninggalkan orang tuanya, Jungkook, dan yang lainnya.
Namun sayang, ini bukan mimpi, ini kenyataan. Kenyataan yang begitu pahit untuknya.
Hingga perhatian Lisa teralih ketika ada yang meneleponnya membuatnya langsung menoleh ke samping, tepatnya ke arah tasnya yang dia letakkan disampingnya, dimana didalamnya terdapat ponselnya yang tengah berdering. Lisa sudah menduga siapa yang menelponnya.
Itu Jungkook. Jungkook sudah sampai.
Lisa menarik napasnya. Tentu saja dia tak mau kalau Jungkook tahu dirinya menangis. Lisa memutuskan untuk menyembunyikannya dan akan mengatakannya ketika waktunya sudah tepat. Lisa akan berusaha secepat mungkin mengatakannya, saat dia sudah siap. Walau dia tak tahu berapa lama dia bisa bertahan hidup.
Entah kapan dia akan mengatakannya.
“Halo?” Lisa berujar usai mengambil ponselnya dan mengangkatnya.
“Halo? Kau ada dimana, Lisa? Aku tak bisa melihatmu diluar rumah sakit.”
“Aku sedang di toilet. Tapi—”
“Lis, kau menangis?”
Lisa terdiam ketika Jungkook menyelanya dan memberikan pertanyaan semacam itu. Ternyata aktingnya gagal, Jungkook bisa mengetahui dia habis menangis. Sebenarnya Jungkook tipe pria yang cukup peka, walau terkadang ada saat dimana, dia tak peka juga. Tapi setidaknya dia bukan pria semacam patung es yang tak tahu apapun dan tak peka sama sekali.
“Apa maksudmu menangis, Jungkook? Aku tidak menangis. Kenapa kau bisa memikirkan hal semacam itu?” Lisa tertawa kecil, membuat seakan-akan pertanyaan Jungkook adalah lelucon agar Jungkook percaya dirinya baik-baik saja. Dia tentu saja masih tak mau Jungkook tahu sekarang.
“Suaramu seperti orang menangis, Lisa.” Jungkook masih curiga, jelas sekali.
“Tidak Jungkook. Kau yang banyak berpikir. Suaraku baik-baik saja, kau saja yang berpikir negatif.” Lisa masih berusaha mengelak.
Jungkook sendiri didalam mobil, mengerutkan kening. Sebenarnya sudah curiga sejak Lisa mengangkat teleponnya. Dia hendak bertanya lagi, namun menyadari ini akan menjadi perdebatan panjang dan bisa-bisa Lisa tidak keluar-keluar, dia memilih untuk menanyakannya nanti saja.
“Ya sudah, kau keluar, aku sudah menunggumu. Saat keluar, kau akan melihat mobilku.”
“Iya, kalau begitu aku matikan dulu. Sampai jumpa!”
Setelahnya Lisa lekas memutuskan sambungan teleponnya sebelum Jungkook sempat menjawab. Lisa kemudian memandang pantulan dirinya sendiri yang ada di kaca. “Jangan menangis, Lisa.” Lisa menyemangati dirinya sendiri dari pantulan dirinya yang ada di kaca.
Setelahnya Lisa menarik napas, memutar keran dan membasahi wajahnya dengan air, mengeringkan wajahnya dengan tissue yang dibawanya untuk menutupi jejak-jejak dirinya yang baru saja menangis. Lisa juga melengkapi aktingnya dengan senyuman lebarnya, memasak senyumannya.
Setelah dirasa cukup, Lisa mengambil tasnya dan beranjak keluar darisana.
.
.
.
.
.
—To Be Continue—Seperti biasa jangan lupa votenya ya,see you next chapter,dadah👋👋👋👋.
KAMU SEDANG MEMBACA
Do I Love You? [LK] ✔
RomanceLalisa Manoban yang biasa dipanggil Lisa, terpaksa harus menikahi pria yang sangat menyebalkan baginya bernama Jeon Jungkook yang biasa dipanggil Jungkook. Jungkook juga terpaksa menikahinya. Keduanya terpaksa menikah karena perjodohan yang dilakuka...