Perkenalanku

9.1K 143 9
                                    

Sebut saja namaku Niken.
Aku adalah seorang gadis putus sekolah yang tak tamat di bangku SLTA, hanya menyelesaikan pendidikan sampai di bangku kelas dua.

Saat itu aku berusia enam belas tahun, terlalu muda untuk mengenyam pahitnya kehidupan.
Aku berparas biasa saja, cantik? Relatif.

Kesulitan ekonomi yang membuat aku terpaksa bekerja di tempat yang menurut orang kampungku sangat tabu dan hina, padahal kalau di kota pekerjaan yang kujalani itu bukan pekerjaan yang buruk. Terlebih aku bukan wanita yang menjual harga diri.

============================

Dimulai dari diriku yang terlalu lama menganggur, saat itu ada tawaran pekerjaan menghampiriku.

"Ken, ada kerjaan nih. Tapi di biliar,"
sapa Imay, kakak sulungku.

Imay ini adalah sosok kakak yang paling killer bagiku, aku tak begitu akrab dengan kak Imay. Tapi bukan berarti Imay tak perduli akan adik-adiknya, meskipun ia rada galak, sebenarnya Imay adalah sosok kakak yang baik.

Usiaku dengan kak Imay terpaut tujuh tahun, kegagalannya dalam berumah tangga membuatnya jadi wanita yang tegas, keras dan acuh pada lelaki di luaran.

Tetapi tidak bagi saudaranya di rumah, ia sosok yang tidak pernah mengeluh meski posisinya saat ini sebagai tulang punggung, untuk kedua orangtua juga adik-adiknya.

***

"Biliar? Apaan tuh, Kak?"

"Kamu ikut aja dulu hari ini berangkat bersama Kak Uli! Dia kerja di sana. Nanti kamu perhatikan cara kerjanya, ingat ... Itu tempat hiburan! Jaga diri kamu baik-baik, banyak lelaki yang datang. Tujuan kamu itu kerja!"

Berangkatlah hari itu aku bersama kak Uli ke biliar tempat dimana aku akan mencari nafkah sehari-hari.

Berangkatlah hari itu aku bersama kak Uli ke biliar tempat dimana aku akan mencari nafkah sehari-hari

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sebagai gadis remaja yang polos, aku sangat asing dengan suasana baru yang kujalani saat itu.
Lambat laun hari demi hari, aku pun mulai terbiasa dan berbaur.

Hingga pada suatu hari aku berkenalan dengan seorang lelaki jangkung, tampan dan hampir seluruh Waitress di tempat kerjaku saat ini mengenal lelaki itu, namanya Andri.

Hingga pada suatu hari aku berkenalan dengan seorang lelaki jangkung, tampan dan hampir seluruh Waitress di tempat kerjaku saat ini mengenal lelaki itu, namanya Andri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Andri
(Tsaah ... Author lap iler)


Kak Uli tampaknya kurang menyukai melihat keakrabanku dengan kak Andri, karena semua tahu bahwa dia itu lelaki hidung belang yang selalu menggoda wanita mana saja terutama waitress di biliar.

Aku yang lugu ini, menganggap pujian dan kata-kata manis kak Andri adalah tanda cinta. Padahal itu hanya karena aku terlalu polos .

"Kak Uli perhatikan kamu akrab sekali sama Andri ya, Ken?"

"Biasa saja Kak, namanya juga karyawan yang berusaha ramah terhadap customer," sahutku.

"Kamu yakin? Asal kamu tahu, Andri itu punya istri dan sudah punya anak seusia adik bungsumu. Saran kak Uli, jangan bangga dipuji olehnya, itu hanya akal bulusnya untuk memperdaya kamu!"

"Ingat kamu kerja di tempat hiburan! Sejatinya biliar itu tempat olahraga. Tapi bagi orang di kampung kita, wanita yang bekerja di biliar itu wanita tidak benar meskipun kamu disini selalu jaga diri dengan baik."

"Tetaplah jaga diri! Biarlah di kampung kau dicap buruk, setidaknya kamu di sini tetap Niken gadis lugu, polos, yang tidak pernah tersentuh lelaki hidung belang macam Andri," sambungnya lagi dengan penuh penekanan.

Ada rasa sedih di hatiku mendengar penjelasan kak Uli, terlebih aku memang menyembunyikan perasaanku yang sesungguhnya, bahwa aku ... mencintai kak Andri.

Sakit hati? Jelas.
Aku terlanjur jatuh cinta pada sosok lelaki yang dikenal hidung belang itu, gadis remaja seusiaku belum tahu kehidupan yang keras. Yang aku tahu hanya sebuah rasa nyaman dari sebuah pujian lelaki yang aku dambakan saat ini.

"Persetan dengan omongan orang tentangnya, aku mencintai dia. Apa peduliku dengan istri, terlebih anaknya. Jika Kak Andri memang hanya mempermainkan aku, untuk apa dia setiap hari datang kesini? Kak Andri selalu membawakan aku makanan, ia begitu perhatian dan khawatir. Ia tak mau aku sakit ucapnya.

"Kak Andri ... andai kau tahu bahwa aku mencintaimu," batinku.

"Aku Terlalu Polos" (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang