Jangan Pergi!

1.1K 49 4
                                    

"Jika aku dihadapkan pada pertanyaan yang sulit, yaitu hidup serba kekurangan tapi bersama kamu. Atau hidup serba kecukupan, namun harus membiarkanmu pergi. Jawabanku ialah, aku ingin senantiasa bersamamu apapun kondisi dan keadaannya. Meniti kebahagiaan bersama, susah senang dialami bersama. Karena aku mencintaimu apa adanya..."

🍁🍁🍁

"Tidaaaak..."

Ternyata hanya mimpi, teriakanku tadi, membuat seisi rumah terkejut. Tak lama datang Kak Imay masuk ke kamar. Ketika pintu dibuka, terdengar suara pengajian di luar sana.

"Ken, kamu kenapa?"

"Ga ada apa-apa. Aku hanya mimpi buruk, Kak."

Ia tersenyum, berjalan menghampiri lalu duduk di sisi ranjang. Tangan mungilnya menyibak anak rambut di dahiku.

"Ga terasa ya, adikku sudah besar. Sebentar lagi jadi seorang Ibu..."

"Maksud Kakak?"

"Ken, kami semua sudah tau apa yang kamu alami saat ini. Jangan banyak fikiran! Kerja juga jangan diporsir, fikirkan kesehatan kamu juga calon anakmu."

"Jadi... Semua sudah tau?"

Kak Imay menganggukan kepalanya," iya, tadi Ranto sudah menceritakan semuanya."

"Terus, Bapak?"

"Awalnya Bapak syok, bukan cuma Bapak. Tapi semua juga kaget dengar berita ini, tapi... Mau gimana lagi? Nasi sudah jadi bubur, ga mungkin kan kalau Bapak harus marah-marah. Ranto kayanya lelaki baik dan bertanggung jawab. Dengan besar hati ia mengutarakan niat untuk menikahimu, dia juga berani jujur mengakui perbuatannya. Bahkan kalau Bapak hendak menghukumnya, dia bilang rela dihukum asalkan tidak dipisahkan olehmu. Hebat, jarang ada lelaki seperti dia. Jangan dilepas!"

Aku tersenyum simpul mendengar penyturannya, Kak Ranto memang pandai mengambil hati orang lain karena ketulusannya.

"Sekarang Kak Ranto nya masih ada, Kak?"

"Bapak menyuruhnya pulang, dia disuruh mengabari kedua orangtua nya untuk mempersiapkan lamaran kalian berdua."

"Serius, Kak?"

"Serius, selamat ya... Sebentar lagi kamu akan menjadi seorang Istri sekaligus Ibu."

"Terima Kasih, Kak."

"Iya sama-sama adikku yang manja, sini Kakak kangen pengen peluk Kamu!"

Kami pun berpelukan penuh haru, untuk pertama kalinya Kak Imay begitu baik. Bahkan mau memelukku begitu eratnya.

"Kak"

"Iya, Ken?"

"Aku ga bisa nafas!"

"Aku Terlalu Polos" (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang