Terlalu naif, polos atau bodoh?

4.6K 74 0
                                    

Seperti yang mereka khawatirkan sebelumnya bahwa kak Andri bukan lelaki yang baik. Seperti yang mereka wanti-wantikan, bahwa kak Andri hanya memanfaatkan kepolosanku saja.

Seperti yang mereka katakan sebelumnya, bahwa kak Andri hanya menginginkan mahkota kesucianku saja ....

Dan itu bukanlah isapan jempol belaka, apa yang pernah kudengar ternyata benar adanya. Kak Andri bukan lelaki baik-baik seperti yang kukira, ia tak pernah mencintaiku, ia hanya menginginkan sesuatu yang paling berharga dalam hidupku.

***

"Tega kamu kak melakukan ini. Apa salahku, kak? Jangan  mendekat! Jijik aku, ternyata ini yang kakak inginkan selama ini."

"Tidak Ken, bukan ini yang ku inginkan. Maafkan aku, aku mohon jangan marah! Kakak khilaf, dengarkanlah sayang ... Please!!!"

Aku hanya mendiamkannya, hanya tangis tiada henti yang bisa kulakukan saat ini. Menyesal pun tiada guna, nasi telah menjadi bubur. Yang sudah hilang tak mungkin bisa kembali seperti semula, jujur aku pun terhanyut dalam buaiannya beberapa saat yang lalu.

Kata-kata manisnya telah menguasai alam bawah sadarku, sehingga aku terlena dengan segala perlakuannya.

"Ken, aku menyesal telah membuatmu sedih. Aku tidak bermaksud untuk melakukan ini semua, aku khilaf. Please, percayalah!  Aku sayang dan mencintaimu, aku janji akan bertanggung jawab. Pagi nanti saat mengantarmu pulang, temui aku dengan orangtuamu ya!"

Aku hanya mengangguk perlahan, masih tak percaya dengan apa yang telah terjadi. Kak Andri faham dengan kebimbanganku saat ini ....

Ditariknya tanganku dalam genggamannya erat. Tangannya meraih daguku, kecupan lembut mendarat penuh kehangatan.

"Kamu mau kan menjadi istriku? Mengarungi bahtera rumah tangga bersamaku. Jangan bekerja lagi! cukup aku saja yang bekerja menafkahi kamu ya sayang," ucapnya, yang senantiasa membuatku tak berdaya.

Kali ini aku tersenyum dan mengangguk tanda setuju, dipenuhi kegembiraan tiada tara, entah mengapa secepat itu aku telah melupakan kejadian tadi. Entah mengapa aku begitu percaya akan janji manisnya, yang tak kutahu kalau ternyata berakhir tak sesuai harapanku.

Aku pun tak menyangka pelarianku dan kak Andri dari kejaran orang-orang mabuk beberapa waktu yang lalu, malah menjadikan aku harus kehilangan hartaku satu-satunya yang paling berharga.

***

Flashback On

Sore itu mega di langit begitu gelap, kilatan cahaya petir tampak dari kejauhan. Gemuruh angin menerbangkan dedaunan kering dan debu di jalanan, mengotori sebagian lantai.

Sore itu para waitress di biliar sedang berkemas membersihkan meja  sebelum habis jam pergantian shift. Menanti satu jam begitu lama, aku ingin segera pulang merebahkan tubuh yang lelah, setelah aktifitas seharian.


Kak Andri ...
Tiba-tiba terbesit namanya dalam ingatanku.

"Kemana saja kamu Kak? Sudah tiga hari kau tak menampakan batang hidungmu. Aku merindukanmu, Kak. Datanglah!" Hatiku bergumam.

Tak kusadari kedatangannya, tiba-tiba ada jari yang menutupi kedua mataku.

Aku mengenali jari-jemarinya ... aku mengenali aroma parfumnya ...
Kubuka telapak tangan yang menutup kedua mataku, menoleh dan mencari tahu siapa sosok di belakangku. Dan benar, dialah sosok pria tampan yang sedang kurindukan saat ini.

"Kak Andri ... sudah kuduga. Kemana saja kak? Aku kangen, kirain kak Andri sudah tak mau datang lagi,"

Penuh manja kubenamkan wajahku pada dada bidangnya. Ia membalas pelukanku dengan sangat mesra, kecupannya singgah di keningku. Jadi merinding diperlakukan seperti itu ...

"Aku Terlalu Polos" (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang