Awal Kehancuranku

2.3K 54 0
                                    

"Maafkan aku ya sayang, semalam aku tak jadi datang menjemputmu. Semalam Raffa demam, jadi aku harus mengantarnya ke Klinik"

"Raffa?" Jawabku menautkan alis.

"Iya, Raffa nama anakku. Maaf belum menceritakan sebelumnya"

"Oh ... Anakmu kak, maaf aku tak tau. Lupakanlah! Aku tak penting"

Sebelum aku beranjak dari sofa, kak Andri telah siaga dengan mencekal lenganku agar tak pergi meninggalkannya.

"Aahh ... sakit kak, lepas!"

"Aku mohon, Ken. Duduklah! Aku masih ingin bicara dan jelasin ke kamu."

"Apa lagi kak yang harus dijelaskan? Sudah jelas ada keluarga kakak yang perlu kakak fikirkan. Aku ini siapa? Tak penting kan untuk kakak?"

Tak terasa bulir air mata menganak di pelupuk mataku, terasa sesak dadaku menahan isak yang sejak tadi tak kuperlihatkan. Kak Andri memeluk lalu menghapus airmata yang membasahi pipiku.

"Siapa bilang? Kamu penting bagiku, sangat penting. Jikalah tak penting untuk apa aku ke sini pagi begini ... aku sampai bolos tidak masuk kerja, hanya untuk menemuimu," ucapnya lirih.

"Lagi pula status kakak masih punya istri, aku tak berhak menuntut lebih."

"Hubunganku dengan istriku  sedang tidak baik, tapi bukan berarti aku mengabaikan anakku. Asal kamu tahu, istriku memilih bekerja jadi TKW. Sudah empat tahun dia bekerja belum juga pulang. Aku juga Raffa sangat kesepian, kalau bukan aku yang mengurus Raffa siapa lagi?"

Aku terdiam, mencoba merenungi setiap ucapannya.

"Ketahuilah sayang, kamu terlanjur mengisi hatiku, maka kamu juga penting bagiku. Masalah janji itu kamu tak perlu meragukannya lagi, nanti sore aku antar kamu pulang ya. Perkenalkan aku dengan ibu bapakmu! Setelah ini aku akan pulang dulu, memastikan kondisi anakku. Kamu tidak keberatan kan sayang?" Ucapnya lagi yang membuatku luluh.

"Kenapa harus keberatan kak, kan kalau aku jadi istrimu kelak. Anakmu akan menjadi anakku juga. Aku hanya kecewa, semalam aku harap cemas menunggumu tidak datang, sampai malam lho kak aku menunggu."

"Maafkan aku ya, Ken. Terima kasih atas pengertianmu, tak salah hatiku memilihmu. Lalu kamu pulang dengan siapa?"

"Aku pulang dengan kak Ranto"

"Oh Ranto, aku dengar-dengar dia suka sama kamu kan?"

"Emm ... Iya benar, tapi perasaanku biasa saja padanya. Aku menerima tawarannya karena hari sudah malam, angkot menuju kampungku juga pasti sudah tak ada kak. Aku takut kejadian seperti malam itu dengan kak Andri terulang di jalan kalau aku pulang sendirian."

"Cup ... Cup, sudahlah! Maaf aku salah bicara, aku percaya kamu tak akan mengkhianatiku. Ingat satu hal sayang, aku mencintaimu. Kamu hanya milikku"  jawabnya penuh penekanan.

"Iya kak, kakak jangan meragukan kesetiaanku. Cintaku hanya untuk kakak."

"Terima kasih. I love you"

"I love you to, kak Andri" ucapku lalu jubenamkan wajahku pada pelukan hangatnya.

****

Setelah berpamitan padaku, kak Andri pulang meninggalkan biliar, kupandangi punggungnya yang semakin lama semakin menjauh karena laju sepeda motornya. Semangatku bekerja hari ini sangat besar, sampai semua waitress bilang kalau wajahku sangat tampak jelas sumringahnya.

Sore hari kak Andri menepati janjinya untuk menjemput, ia menungguku sampai jam pulang bekerja.

Jam pergantian shift pun sudah tiba, setelah bersiap dan menyelesaikan urusan pekerjaan aku pun pulang bersamanya. Tak ada hambatan selama perjalanan, kak Andri berhenti sejenak ke pedagang buah, katanya untuk diberikan ke orangtuaku di rumah.

"Aku Terlalu Polos" (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang