Candra telah tiada

1.2K 56 0
                                    

Hubunganku dengan Candra makin serius, setiap enam bulan sekali Candra mendarat. Yang pertama kali ia temui adalah aku. Menjelang tahun kedua, ia mengenalkan aku pada kedua orangtuanya.

Syukurlah kedua orangtuanya menyambutku dengan sangat baik, mereka tak mempermasalahkan pekerjaanku. Bahkan tak perduli latar belakangku, yang beliau ingin itu hanya kebahagiaan anaknya.

Singkat cerita, pada tahun 2008 Candra berpamitan padaku akan berlayar ke negeri ginseng. Ia mendapatkan kontrak kerja di sana selama setahun, setelah selesai kontrak ia berjanji akan melamar dan segera menikahiku.

Namun sayang janji tinggal janji, harapan hanya tinggal kenangan. Impian tinggal kedukaan ....

Sepekan setelah keberangkatannya datang kabar duka padaku, yaitu kapal tempat ia mencari nafkah mengalami kebakaran hebat. Semua awak tak ada yang selamat, kecuali kapten kapal yang sempat kritis. Namun sayang beberapa jam setelah mendapat penanganan medis, akhirnya kapten kapal itu menghembuskan nafas terakhir juga.

Awalnya aku tak tahu kalau Candra adalah salah satu awak dari kapal itu, aku hanya tahu kejadian itu dari berita di televisi. Aku baru tahu kalau Candra adalah bagian korban yang tak selamat, dari orangtuanya yang secara tiba-tiba menghubungiku. Serta merta beliau mengabari berita duka tentang Candra.

Dunia seakan runtuh saat itu juga, tak sanggup kutahan lagi airmata. Tubuhku luruh ke lantai bersamaan dengan tangis yang kian pecah.

Seluruh rekan kerja saat itu mengerubungiku, mereka juga tak menyangka kalau Candra yang sejatinya Customer tetap di tempat kerjaku selama ini, adalah salah satu korban yang tak selamat.

Bela sungkawa diucapkan oleh seluruh rekan dan atasanku, entah mengapa fikiranku sejak itu menjadi kosong. Sepertinya semangatku telah sirna, beruntunglah seluruh teman dan atasanku begitu baik. Mereka senantiasa support aku agar bisa lebih tegar.

Untuk kedua kalinya, aku harus mengalami kegagalan dalam menjalani sebuah hubungan. Tapi kejadian bersama Candra terlalu dalam untuk dikenang, begitu besar rasa sayangku padanya. Hanya dia yang mampu membuatku lupa akan kelamnya masa laluku.

Sebulan kemudian, aku pun pulang ke kampung halaman. Rindu Emak, saat sedih begini biasanya Emak senantiasa jadi pendengar yang baik, selama ini petuah beliau amat bijak dan menenangkan fikiranku. Setelah menempuh perjalanan beberapa jam, akhirnya aku menjejakan kaki lagi di tanah kelahiranku.

Di gapura Desa kupandangi sekitarnya yang sudah mulai berubah, jika dulu masih sepi pemukiman dan banyak pohon. Sungguh berbeda dengan keadaan sekarang yang telah banyak berdiri perumahan juga kios-kios untuk berjualan.

Bahkan sawah-sawah yang dulu membentang di jalur menuju rumahku, kini telah dipenuhi rumah-rumah penduduk pendatang. Begitu berat kutelusuri jalan ini, banyak kalimat yang berkecamuk dalam fikiran. Apa yang akan terjadi ketika aku sampai rumah ya??

🌺🌺🌺

Dan benar saja, kedatanganku disambut riuh ramai para tetangga. Mereka seakan mengintimidasiku dengan berbagai pertanyaan, aku yang saat itu begitu lelah karena perjalanan yang lumayan lama tadi ... Hanya menanggapi pertanyaan mereka dengan senyuman.

Sesampainya di ... Di mana rumah Emak Bapak? Kulihat rumah yang dahulu kokoh kini rata dengan tanah, hanya sisa-sisa puing yang berserakan di sekitar bangunan.

"Ya Allah, ada apa ini?
Dimana Emak dan Bapakku, juga seluruh saudaraku tinggal saat ini?"

Ditengah kegalauanku, ada sebuah tepukan halus pada bahuku.

"Niken, kamu kah itu?"

Aku pun menoleh, karena aku sangat mengenali suaranya.

"Kak Dila ...."

"Niken, Alhamdulillah kamu pulang."

Suasana haru tak bisa ter'elakan, kami berhambur saling berpelukan menumpahkan rasa rindu  karena sekian tahun tak berjumpa. Kulihat ada yang berbeda dengannya, iya ... Kak Dila tampak berisi dengan perut membuncit.

"Kakak hamil?"

"Iya Ken, sudah jalan 8 bulan."

"Kakak sudah menikah lagi?"

"Alhamdulillah sudah. Kamu kemana saja? Kenapa tak pernah ada kabar?"

"Aku ... Aku ga kemana-mana kok kak, oiya kenapa rumah kita seperti ini? Emak sama Bapak sekarang di mana?"

"Oh, ini rumah rencananya mau direnovasi. Di robohin dulu karena lapuk di makan rayap, untuk sementara Emak, Bapak, sama adik-adik tinggal di rumah Paman dan Bibi."

"Kak Imay ikut juga?"

"Dia sudah menikah dan sekarang ikut suaminya tinggal di Kota."

Entah mengapa yang ada dalam benakku, kak Imay sudah menikah dengan Kak Andri. Syukurlah, semoga mereka berbahagia.

Seakan faham dengan fikiranku, kak Dila tersenyum.

"Imay menikah bukan dengan Andri."

"Lho?"

"Ke rumah kakak dulu yuk! Nanti kakak ceritakan, kamu pasti capek dan lelah. Istirahat di rumah kakak dulu yuk!"

"Baiklah kak"

Akupun mengikuti langkah kak Dila, dalam hatiku terus berkecamuk. "Apa yang akan kak Dila ceritakan nanti ya?"

"Aku Terlalu Polos" (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang