Komitmen

1K 43 0
                                    

*Jika cinta itu adalah milikmu, ia tak akan tersesat ketika datang. Meski kau tak tahu entah kapan masanya....

🌺🌺🌺

Sebelum kembali ke Kota, kusempatkan mengantar Kak Ranto ke Cafe miliknya. Seluruh pegawai bersorak riuh disertai tepuk tangan menyambut kedatanganku dengan Kak Ranto.

Kak Ranto menyalami seluruh pegawainya, ia juga tak lupa mengucapkan terima kasih.

"Mba Niken."

"Hai Kayla, terima kasih ya untuk informasi nya. Kamu penolong yang pertama."

"Iya Mba sama-sama, btw semalam lanjut ga Mba?" tanya nya sambil berbisik di telingaku.

"Hush, ngaco kamu!"

"Hehehe, maaf bercanda."

"Oiya, Kay. Motor milik Kak Ranto masih di parkiran hotel. Nanti minta tolong ke siapa gitu untuk mengambilnya!"

"Iya Mba, paling nanti saya suruh Yoga atau Dimas untuk mengambi motor Pak Ranto. Karna cuma mereka yang tahu lokasinya."

"Oke, kalau begitu aku mau antar Kak Ranto ke ruangannya dulu."

"Iya Mba, silahkan!"

Kuhampiri Kak Ranto, lalu mengajak ia masuk ke ruangannya. Suara konstruksi bangunan di atas sana amat bising, sampai terdengar ke ruangan Kak Ranto.

"Kak apa ga sebaiknya Kakak pulang saja? Di Sini berisik, aku khawatir Kakak ga bisa istirahat."

"Tak apa, aku lebih betah di sini. Di sinilah rumah keduaku, terlebih di sini pula ada moment kiss sama kamu."

"Ish Kak Ranto...."

"Hehehe, becanda kok!"

"Kakak Istirahat sana!"

"Kamu ga kemana-mana kan?"

"Aku masih harus  kembali ke Kota, menyelesaikan sisa masa kerjaku. Bersabarlah, Kak! 3 minggu bukan waktu yang lama. Masalah renovasi di atas, aku juga kan ga faham. Bukan desk job aku, hehe. Lagipula aku harus menemui temanku dulu, aku konsultasikan ke dia masalah desain interiornya nanti."

"Okay, tapi aku boleh tau ga tempat kerjamu di mana?"

"Kenapa gitu?"

"Ya ingin tahu aja, barangkali kalau aku lagi lewat arah sana nanti aku mampir."

"Aku kerja di Billiar Terkini di Ibukota bagian selatan."

"Oke, sudah aku save dalam memory aku."

"Xixi Kakak lucu, oiya ini bubur yang tadi kita beli belum dimakan. Aku siapkan dulu ya. Kakak harus makan!"

"Suapin!!!"

"Ih dasar manja"

"Ga apa-apa, manjanya sama kamu aja."

Aku pun menyiapkan, Bubur yang tadi kami beli di jalan. Dengan perlahan kusuapi sesendok demi sendok, ia sangat lahap menghabisinya.

"Hebat, makannya. Cepat besar ya anak manis. Hahaha" ucapku seraya mencubit gemas kedua pipinya.

Ia pun terkekeh, baru kali ini kulihat Kak Ranto dengan begitu lepasnya. Berbeda dengan biasanya yang kulihat dulu, ia jarang tertawa. Terlalu serius, bahkan senyum saja mungkin hanya padaku saja.

Saat aku hendak berdiri, ia memegang pergelangan tanganku.

"Kamu mau kemana?"

"Ya aku mau buang dulu bekas buburnya!"

"Aku Terlalu Polos" (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang