Bertemu lagi

1.1K 55 2
                                    

Mungkin mudah bagiku memaafkanmu, tapi begitu sukar bagiku untuk melupakan.

Mungkin mudah bagimu mengucap kata Maaf, tapi begitu enggan hatiku berkata bahwa Aku baik-baik saja.

🌺🌺🌺

Sejak siang aku rebahan saja di kamar, baru ingat kalau aku saat ini di rumah Kak Dila.

Kulihat jam sudah menunjukan pukul 5 sore, tak lama terdengar ketukan pintu.

"Ken, Niken ... Sudah sore, bangun. Mandi sana, terus makan!"

"Iya Kak, sebentar lagi aku keluar."

*
Setelah selesai mandi, aku menemui Kak Dila di ruang tamu. Ia tengah menonton acara televisi bersama Suci, putrinya dari suami terdahulu.

"Hei, makan sana! Kakak sudah masak."

"Nanti saja lah Kak, aku lagi males makan."

Seketika Kak Dila mengecilkan volume Televisi, serta menoleh ke arah Suci.

"Suci, kamu mainnya di kamar dulu ya, Nak! Mama mau bicara sama Tantemu."

"Iya, Mah."

Setelah memastikan Suci kembali ke kamarnya, Kak Dila menghadap ke arahku.

"Kakak melihat ada sesuatu yang kamu sembunyikan, ada apa?"

"Aku gak ada apa-apa, Kak."

"Hei! Kakak tau gimana kamu, ceritakanlah! Meskipun Kakak ga janji bisa memberi solusi, setidaknya bisa diandalkan untuk jadi pendengar yang baik."

"Iya Kak, aku pulang karena rindu Emak sama Bapak. Kak Dila, Kak Imay, dan adik-adik semua."

"Yakin bukan kangen sama... Andri?"

"Huuhh apaan sih, merusak mood aku aja Kakak ini."

"Hehehe, bercanda gitu aja sih marah. Tapi bener bukan karena rindu dia?"

"Ya bukanlah, dia tuh udah aku anggap mati."

"Hush, ga boleh bilang begitu! Orangnya masih hidup, bahkan sehat banget."

"Maksudnya udah mati di hati aku. Ish, apaan sih Kak. Kenapa jadi bahas dia?" jawabku seraya mencebik kesal.

Kak Dila terkekeh melihatku merajuk.

"Iya, iya ... Maaf! Makanya ceritakanlah, kamu sedang punya masalah apa?"

Air mata yang sempat ditahan akhirnya tumpah juga, tak kuasa kutahan lagi tangis yang sedari tadi menganak di pelupuk mataku. Kak Dila memelukku intens.
Ketika sudah tenang barulah kuceritakan tentang hubunganku dengan Candra, serta kabar duka akan kepergiannya.

Tampak Kak Dila juga turut sedih di wajahnya, ia mengusap punggungku seraya menyuruhku untuk bersabar.

"Sabar ya, Ken! Kakak turut berduka cita, semoga Ia tenang di sana. Percayalah, dibalik semua kisahmu ada rencana Tuhan yang indah tengah dirancang untuk hari yang akan datang. Jangan sedih lagi! Kalau kamu sedih, Candra juga pasti akan sedih di sana. Doakan yang terbaik untuknya."

"Aamiin, makasih ya, Kak!"

"Iya sama-sama, ya sudah sana kamu makan dulu! Nanti selesai shalat Maghrib kita ke rumah Bibi. Katanya kamu kangen sama Emak, Bapak?"

"Aku Terlalu Polos" (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang