01. Hai

2.8K 70 16
                                    

Mobil ferari putih berhenti di parkiran sebuah sekolah. Seorang gadis cantik keluar dari mobil tersebut dengan memegang erat tali tasnya. Ia menatap bangunan sekolah di depannya.

Ia menghela nafas, kemudian berusaha melukis senyum di bibir indahnya.

Satu langkah ia masih biasa, namun langkah seterusnya hatinya mulai gusar. Seluruh siswa dan siswi menatapnya dengan tatapan berbeda-beda dengan mulut yang tak henti membicarakannya.

"Itukan kak Calista. Cantik ya, pantes kak Raka suka"

"Udah cantik, pinter, murah senyum. Fix cocok banget sama Raka"

"Oh jadi ini yang namanya Calista. Cih, pake pelet apa dia sampe Raka nempel mulu sama dia?"

"Bening banget. Mata gue pagi-pagi dah disuguhin kayak gini"

Ya, itu hanya sebagian komentar orang tentang gadis tersebut.

"Ita!!" Seorang gadis berkacamata berlari menghampirinya.

"Gk usah didengerin ya" lanjut gadis berkacamata sambil menepuk pundaknya.

"Udah biasa kok" ujar gadis itu.

Calista Safa Azzahra, seorang gadis yang daritadi menjadi sorotan para siswa dan siswi.

Gadis yang kerap di panggil Ita, sudah biasa dengan berbagai komentar yang dilayangkan oleh para siswa dan siswi disekolahnya.

Gadis berparas cantik itu bukan hanya terkenal karena kecantikan dan kepintarannya dalam bidang academik, namun gadis itu juga terkenal karena bisa dekat dengan seorang most wanted berhati dingin.

"Ke kelas aja Na"ajak Ita kepada gadis berkacamata.

Aldena Qalisya, gadis berkacamata itu adalah salah satu sahabat Calista.

Gadis dengan panggilan Dena ini memang selalu berada disamping Calista dalam situasi apapun.

Kedua gadis itu pun berjalan menuju kelas mereka, yaitu 11 IPA3 di SMA Angkasa.

"Assalamualaikum" mereka berdua pun berjalan menuju bangku mereka.

Oh iyh. Selain mereka bersahabat, mereka juga merupakan teman sebangku.

Di dalam kelas memang baru beberapa orang yang datang, termasuk mereka berdua.

"Ta mau ikut ga?" Tanya Dena.

"Kemana?" Tanya balik Calista sambil membersihkan lensa kameranya.

Calista memang selalu membawa kameranya kemanapun, itu sudah menjadi kebiasaannya dari dulu.

"Gue mau ke perpus. Minjem buku uji soal fisika" jawab Dena.

"Ikut"ucap Calista sambil menyelempangkan kameranya.

Mereka pun berjalan menuju perpustakaan. Seperti biasa perjalanan mereka selalu di hiasi dengan tatapan dan omongan siswa-siswi yang melihat mereka.

Calista menghentikan langkahnya di pinggir lapangan sepak bola, dia menatap seorang laki-laki yang ia kenali. Ia menatap Dena sambil tersenyum manis, Dena hanya menghela nafas.

"Yaudah sana samperin aja. Gue bisa jalan sendiri kok" ujar Dena sambil memutar bola matanya malas, ia sudah sangat hafal akan gelagat Calista.

Calista pun tersenyum sangat lebar, kemudian berlari kebawah pohon dipinggir lapangan.

Jarinya tak henti menjepret setiap gerakan laki-laki yang ia kenal, bibirnya pun tak henti tersenyum melihat hasil jepretannya.

Laki-laki yang menjadi objek fotonya pun berjalan perlahan mendekatinya, Calista pun mematikan kameranya.

CalistaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang