Seorang gadis yang tengah terbaring lemah, perlahan membuka kedua matanya dengan sangat penuh hati-hati.
Ia melihat kearah sekelilingnya, dan menemukan sosok yang membuatnya mengingat akan kejadian sebelum dirinya hilang kesadaran.
"Gue harap itu mimpi" gumam Calista pelan sambil mengusap rambut Raka yang sedang tertidur.
Raka sebenarnya sudah bangun sedari tadi, ia mendengar apa yang di gumamkan oleh Calista. Bahkan sekarang secerca lelehan keluar dari mata indahnya.
Seorang Raka menangis, menangis karena Calista. Menangis karena tak sanggup melihar gadisnya menangis karenanya.
"Em" ucap Raka sambil menghapus air matanya dengan berpura-pura bangun tidur.
"Udah enakan?" Tanya Raka setenang mungkin.
"Hm" jawab Calista sambil menunduk tak ingin melihat Raka.
Raka tersenyum maklum namun juga sedih. Gadisnya tak ingin menatapnya.
Mereka berdua terdiam dalam waktu yang cukup lama. Keduanya tak tau harus memulai sebuah percakapan bagaimana.
"Em. Ka lu beneran bakal pergi?" Tanya Calista dengan suara pelan.
"Gue bakal jawab asal lu tenang oke"
"O-ke" ucap Calista ragu.
Raka menghela nafas untuk menguatkan hatinya. Ia menatap Calista dengan tatapan sendu, tak pernah berpikir akan seperti ini pada akhirnya.
"Maaf. Maaf. Gue gak bisa nempatin janji gue Ta. Maafin gue. Bahkan gue juga gak mau ini semua jatuh menimpa gue. Gue masih pengen jagain lu Ta.
Maaf karena gue gak bisa lagi ada disamping lu. Maaf karena gue harus pergi ninggalin lu. Maaf karena gue gak ngasih tau lu soal ini. Dan maaf kalo gue gak bisa kembali" jelas saja air mata Raka tak bisa tertahan saat mengucapkan sederetan kalimat diatas.
Calista tentu ikut menjatuhkan airmatanya, Dena yang sedang duduk di sofa pun bahkan sudah ada dipelukan Daniel yang tengah menenangkannya.
"Ita... ita" teriak Raka kecil sambil memegang mobil-mobilan miliknya.
"Apacih? Aka belicik" ujar Calista kecil sambil mem-pout bibirnya sebal.
"Hehehe. Aka cuman manggil doang" kata Raka kecil menunjukkan giginya.
"Ih Aka mah nyebelin"Calista kecil mulai menghentak-hentak kakinya kesal. Kemudian berjalan terburu-buru menghindari Raka.
Calista kecil terus berjalan dengan menghentak-hentakkan kakinya tanpa memperhatikan jalannya.
Ada sebuah genangan air yang membuat tubuh kecil Calista terpeleset saat menginjaknya. Calista yang kesakitan mulai menangis histeris dan Raka yang menyaksikannya kaget sekaligus binggung.
"Ita gak boleh nangis ya. Kan Ita kuat" ucap Raka sedikit kewalahan dengan suara tangisan Calista.
"Cakit Aka" Calista masih saja terisak sambil menatap nanar darah yang krluar dari lututnya.
Raka langsung berlari kedalam rumahnya meninggalkan Calista yang masih terisak. Selang beberapa menit, Raka datang dengan membawa kotak P3K dengan kewalahan.
"Mau ngapain?" Tangis Calista mulai mereda setelah melihat Raka.
"Kalo Aka jatoh atau berdalah, bunda selalu obatin lukanya kayak gini"
Raka mempraktikkan seperti apa yang sering bundanya lakukan. Pertama, ia membersihkan luka Calista dengan air bersih. Dan kemudian memasangkan plaster pada luka Calista.
KAMU SEDANG MEMBACA
Calista
Teen FictionCalista. Seorang gadis yang bertahun-tahun telah mencintai orang yang sama, jatuh pada orang yang sama, dan terluka oleh orang yang sama. Mencintai dalam diam adalah pilihan baginya. Pilihan untuk tetap bertahan pada zona nyamannya atau melepaskan d...