Sesuai janji Raka ke Calista, ia langsung menyeret Calista waktu denget suara bel pulang berbunyi. Sesampainya di parkiran, Calista binggung biasanya Raka bawa mobil lah ini bawa motor.
"Gak biasanya bawa motor" ucap Calista.
"Lagi pengen" kata Raka sambil memakaikan helm pada Calista.
Calista hanya tersenyum sambil mengucapkan "makasih" pelan banget.
"Nih buat nutupin" Raka menyodorkan jaket kearah Calista. Calista langsung mengambilnya.
"Bukannya pake yang matic aja"
"Kenapa?"
"Tinggi, susah naiknya"
Calista pun menaiki motor. Raka langsung menjalankan motornya dengan kecepatan sedang.
"Pegangan"
"Hah?" tanya Calista karena enggak kedengeran.
Raka langsung menggerakkan tangan Calista kearah pinggangnya. Mimik muka Calista seketika langsung berubah, pipinya merah. Raka yang melihatnya melalui spion hanya tersenyum dibalik helm full face.
Motor Raka berhenti di sebuah taman yang cukup terbilang lumayan ramai. Raka menuntun Calista kesebuah bangku di pinggir danau yang ada di taman.
"Indah ya" ucap Calista sambil melihat kedepan.
"Hm. Tapi ada yang lebih indah"
"Apa?"
"Yang lebih indah itu bisa bersama lu dan buat kisah bersama"
"Lu kenapa sih Ka gombal mulu dari pagi?"
"Gak papa dong. Gombalnya kan ke lu bukan ke yang lain"
"Bodo amat"
"Oh iya, ice cream gue mana?" lanjut Calista.
"Lu tunggu disini"
Raka pun pergi meninggalkan Calista sendiri. Calista yang gampang sekali bosan bila sendirian akhirnya memutuskan untuk membaca novel yang ia bawa.
Selang beberapa menit, Raka datang dengan dua cup ice cream ditangannya. Ia berjalan di belakang Calista. Calista yang tengah fokus pada novel tak menyadari hal tersebut.
"Jangan perhatiin novel mulu Ta, nanti yang merhatiin gue siapa?" tanya Raka yang duduk disamping Calista dengan dua cup ice cream ditangannya. Dan tentu itu membuat Calista terkejut.
"Aish Ka, lu mah bikin gue kaget mulu. Lagian ya kapan sih gue gak merhatiin pangeran gue yang satu ini" ucap Calista sambil mencubit pipi Raka gemas.
"Sakit Ta"
"Nah itu yang gue rasain waktu lu cubit pipi gue"
"Maaf. Nih"
"Thanks"
Raka dan Calista pun melahap ice cream masing-masing sambil bercanda. Mereka duduk di bangku taman tersebut sampai matahari hampir terbenam.
"Pulang yuk mau hujan" ajak Raka sambil beranjak.
"Ayo" Calista pun langsung memasukkan buku novelnya kedalam tas.
Namun saat mereka berjalan menuju tempat dimana Raka memarkirkan motornya, hujan turun dengan lebatnya. Raka langsung menarik Calista kesebuah warung kecil terdekat.
"Maaf, kita disini dulu sampe hujannya reda"
"Gak usah minta maaf, gue yang salah. Lama banget masukin novelnya kedalem tas"
"Bukan salah lu, ini salah gue parkir motornya terlalu jauh"
Always kayak gini, mereka selalu berdebat tentang hal-hal kecil. Aneh tapi ini yang membuat mereka berdua semakin dekat satu sama lainnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Calista
Teen FictionCalista. Seorang gadis yang bertahun-tahun telah mencintai orang yang sama, jatuh pada orang yang sama, dan terluka oleh orang yang sama. Mencintai dalam diam adalah pilihan baginya. Pilihan untuk tetap bertahan pada zona nyamannya atau melepaskan d...