26. This is the day

187 13 0
                                    

Calista kembali mengecek semua persiapan acaranya sekolah yang akan dimulai dalam hitungan satu jam dari sekarang. Ini sudah kelima kalianya, ia masih saja mengecek takut-takut ada yang ia lupakan. Ia takut jika sifatnya itu merusak semuanya.

"Udah lengkap kok kak, udah semuanya" ini juga suka kelima kalinya Eza mengatakan hal tersebut.

Kali ini Calista tersenyum, lalu berjalan kearah panitia yang bertugas menjaga keamanan.

"Pastiin gak ada kerusuhan atau apapun yang bisa menganggu jalannya acara" ucap Calista tegas, yang diangguki oleh panitia yang memegang bagian keamanan.

"Buat bagian kesehatan, tolong bersiap dipinggir lapang. Kalau ada yang sakit langsung kasih pertolongan pertama atau langsung bawa kedalam aula" Beberapa orang yang merupakan anggota bagian kesehatan hanya menganggukkan kepalanya saja.

"Sisanya tolong fokus pada tugas kalian masing-masing. Tak perlu yang sempurna, asal semuanya berjalan sesuai rencana. Kalian mengerti?"

"Siap mengerti"

"Ok kalau kayak gitu kalian bisa ganti baju kalian sesuai tema kita, tapi inget karna kita panitia kita pake almameter. Kalian mengerti?"

"Siap mengerti"

Ah, Calista benar-benar gugup. Ini adalah hari penentuan, apakah acaranya akan berjalan lancar ditangan Calista atau sebaliknya?

Setelah semua panitia berhambur keluar ruangan, sedangkan Calista langsung mengambil ponselnya untuk menghubungi sahabat karibnya.

"Halo Na" Calista tengah menelpon Dena, ia tak perlu repot-repot keluar kelas hanya untuk mengganti pakaiannya. Ia akan minta Dena untuk membawakan bajunya.

"Hm"

"Udah dimana? Lama banget, pacaran dulu lu?" Sewot Calista, mentang-mentang gak ada Raka, setiap ada yang berduaan dirinya malah sensi.

"Pacaran endasmu. Gue masih dimobil bentar lagi juga nyampe, dianterin mang ujang nih"

Calista mendengar suara di sebrang sana sepertinya sangat kesal, Dena berfikir jika temannya yang satu ini bener-bener minta dimusnahkan jika perlu hari ini juga

"Lah kok?" Bingung juga Calista, Dena punya cemceman tapi tak digunakan dengan baik.

"Bodolah, intinya cepetan bawa baju gue keruang osis"

Tut.. Calista mematikan telponnya secara sepihak, lagi-lagi membuat Dena disebrang sana ingin menghujatnya habis-habisan.

***

Calista dibuat melongo oleh penampilan Dena hari ini, sementara Dena mendelik. Entah keberapa kalinya ia melihat tatap seperti ini, hari ini.

"Yakin mau pake baju itu?" tanya Calista sambil menunjuk kearah baju yang Dena kenakan.

Dena mengangguk lemah. "Ya gimana lagi, emak gue gini amat ya ama anaknya"

Calista nahan ketawa, gak mau kena hajar akhirnya dia memilih untuk segera mengganti bajunya.

Meninggalkan Dena yang masih misuh-misuh sendiri tentang emaknya.

Dering telpon dari ponselnya menghentikan kegiatannya, saat melihat nama yang tertera ia langsung mengangkatnya.

"Dimana?" Suara berat itu menyapanya, untuk sebentar Dena menahan nafas.

Ia berfikir kenapa efeknya masih saja sama? Padahal mereka sudah dekat 2 bulan, menurutnya itu sudah cukup lama.

"Aula. Lu dimana?"

CalistaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang