Aroma masakan mengedar ke segala penjuru rumah. Calista sang pemilik rumah pun mengedarkan pandangannya. Berbeda dengan Anggra langsung bergegas pergi ke arah sumber aroma yang menguar sedap.
Dapat dilihatnya seorang gadis yang masih berbalut piyama merah muda ditambah celemek yang melekat pada tubuh pendeknya sedang bergelut dengan peralatan alat memasak di hadapannya.
Anggra mendekatinya, memegang bahu gadis tersebut dari belakang, lalu memiringkan kepalanya guna melihat apa yang tengah dimasak oleh gadis tersebut. Hingga aromanya bisa tercium ketika ia membuka pintu utama rumah ini.
Hal tersebut sontak membuat gadis tersebut mengerjat kaget, dengan gerakan refleksnya ia berbalik dalam satu gerakan. Gadis tersebut menemukan pemuda tampan yang sedang memamerkan senyumannya.
"Ngagetin aja" ucap gadis itu kembali membelakangi Anggra, melanjutkan acara memasaknya.
Anggra memperlebar senyumannya, meletakkan plastik yang sedari tadi ia bawa diatas meja pantry. Lalu mengambil mangkok dan sendok. Dirinya menyibukan diri dengan memindahkan isi dari bawaan yang ia bawa ke dalam mangkok dan sendok itu
"Kenapa pake masak segala?"
Gadis yang sedang menuangkan makanan yang telah di masaknya ke dalam piring hanya mengadahkan kepalanya, dan memasang muka malas
"Buat kalian makan""Kan bisa minta bibi aja, lagian lu masih sakit Dena" Ujar Anggra kesal tetapi tak bisa berbuat apapun.
Dena menggeleng mendengar celotehan dari sahabatnya tersebut. "Gak papa, gue bosen dikamar"
Anggra menghembuskan nafas, lalu berjalan kearah ruang tengah dan menyimpan tasnya disana. Suara orang berlari jelas terdengar dari arah tangga yang menghubungkan lantai dasar dan lantai satu itu.
"Jatoh Ta" peringat Raka yang menyusul Calista yang tengah berlari panik.
Calista tak mengindahkan peringatan yang diberikan Raka, justru dirinya mempercepat larinya.
"Dena gak ada dikamar Rakaaa"Tatapan waswas diberikan oleh Anggra, dirinya membayangkan bagaimana jika terjatuh. Ia hanya bergidik ngeri lalu tangannya menunjuk ke arah Dena berada.
"Ada didapur noh, udah jangan lari-lari gitu. Nanti jatoh mewek lagi lu" ujar Anggra sambil menunjuk kearah dapur.
Calista lalu berlari guna melihatnya langsung, dan benar ia mendapati Dena yang tengah memindahkan masakannya kemeja makan tanpa ingin tau kerusuhan yang sedang di perbuat Calista
Membuat Calista bisa bernafas lega, tak berlangsung lama ia kemudian mendengus kesal
"Ngapain sih didapur? Pake masak segala udah tau lagi sakit juga" omel Calista dengan menjewer sebelah telinga Dena.
Dena yang mendapat jeweran secara tiba tiba pun meringis kesakitan, salah satu tangannya ia gunakan untuk memukul-mukul tangan Calista yang menjewer telinganya, mungkin sekarang telinganya sudah berubah warna.
"ITA SAKIT IH LEPAS" teriak Dena kesakitan. Teriakan yang Dena keluarkan membuat para cowok langsung berlari kearah dapur, memastikan tidak terjadi hal yang tak diinginkan.
Anggra melotot, lalu berlari, melepas tangan Calista yang masih setia menjewer telinga Dena. Berhasil, tangannya langsung mengelus-ngelus telinga Dena yang memerah. Benar saja bukan? Telinganya pasti sudah berubah warna secara singkat.
"Ngapain dilepasin sih Gra? Biarin aja kesakitan padahal mah, lagian bandel banget sih jadi anak. Udah tau lagi sakit, masih aja main masak-masakan didapur"
Raka sedikit tersenyum mendengar celotehan Calista ia lalu menepuk-nepuk pundak Calista guna menenangkan kekesalannya terhadap Dena. Alvaro hanya menonton saja daritadi, padahal tadi lagi seru-serunya, ya kapan lagi coba Dena diomelin kayak gini. Biasanya kan dirinya yang terkena omelan seorang Dena, tak lupa tabokan khasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Calista
Teen FictionCalista. Seorang gadis yang bertahun-tahun telah mencintai orang yang sama, jatuh pada orang yang sama, dan terluka oleh orang yang sama. Mencintai dalam diam adalah pilihan baginya. Pilihan untuk tetap bertahan pada zona nyamannya atau melepaskan d...