22. Kue cubit

514 17 8
                                    

"Jadi semua udah dapat tugasnya masing-masing kan?" tanya Calista sambil menatap sekitarnya.

Semua anggota dalam ruang tersebut mengangguk, pertanda semua sudah mendapat bagiannya masing-masing.

"Kalau kayak gitu tetap semangat dan mohon untuk kerjasamanya." Ucap Calista tampak serius.

"Siap kak"

"Baiklah cukup sampai disini pertemuan kita hari ini, saya harap kalian bisa menjalankan tugasnya dengan baik. Terimakasih" Ucap Calista langsung berdiri dari kursi yang didudukinya rapat tadi, anggota yang lain pun melakukan hal yang sama.

Calista menghela nafas sebentar, lalu tersenyum. Akhirnya selesai, sedari tadi ia ingin segera tidur di kasur empuknya.

"Kak duluan ya. Maaf nih gak bisa nganter, biasa tuh kanjeng ratu udah nunggu di depan. Oh iya, kata Raka rindu"

"Eza udah gede ternyata, santai aja gue masih bisa pulang sendiri kali. Bilang aja ke Raka, Too gitu"

Reza mengacungkan ibu jarinya, lalu berjalan keluar ruangan sambil melambaikan tangannya kearah Calista. Calista membalasnya, lalu merapikan semua dokumen yang ada di hadapannya.

"ITAAA"

Calista mendelik menatap tajam kearah pintu ruangan yang baru terbuka, menampilkan seorang gadis dengan nafas menderu-deru.

"Jangan teriak-teriak Na, gue enggak budeg" omel Calista sambil menatap tajam kearah Dena.

Dena hanya menunjukkan senyumnya. Lalu berjalan kearah Calista.

"Ya maaf. Ayo pulang ih" ucap Dena tanpa penyesalan.

"Kenapa gak bareng sama Alvaro?"

"Gak tau tuh anak ngilang dari tadi, kayaknya sih dia sama salah satu gebetannya deh"

Calista mengangguk, dalam pikirannya juga ia memikirkan tentang itu. Ada ada aja Alvaro.

"Terus kenapa gak bareng Daniel?"

"Pake dibahas segala. Ya dia balik sama Nesya"

"Loh kok?"

"Kan rumahnya searah" ucap Dena dengan suara yang dibuat-buat.

"Oh iya, yaudah kuy ah" ajak Calista.

***

Calista tengah menatap handphone dalam genggamannya dengan berdecak sebal. Dari kemarin, ia terus mengirimkan pesan pada seseorang. Namun sayang, tak kunjung mendapatkan balasan apapun. Padahal ia sudah sangat ingin sekedar mendapat kabar tentang kepulangan sang pemilik wajah datar itu. Ia pun memcari kontak seseorang dan menelepon nomor tersebut.

"Apaan?" suara ketus itu memulai suara terlebih dahulu.

"Kerumah gue dong bareng Varo sama Angga juga" ujar Calista sambil terduduk ditepi kasur.

"Mau ngapain?"

"Banyak tanya ih. Gue sediain seblak sama minuman dingin banyak deh kesukaan lu"

"Deal. Tapi tolong bilang Varo suruh jemput gue sekalian sama Anggra, kuota gue abis"

"Ck. Iya-iya sana siap-siap lu lama kalo lagi dandan"

"Bawel lu" orang disebrang sana mematikan panggilan secara sepihak tanpa mengucapkan pamit seperti kebanyakan orang.

CalistaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang