20. Oh jadi itu

497 25 3
                                    

"Daniel?" Dena menatap Daniel dengan pandangan lirih, hanya sesaat. Lalu kemudian menatap Daniel datar.

"Ngapain?" tanya Dena berusaha menormalkan suaranya.

"Lu ngapain?" bukannya menjawab, Daniel malah bertanya.

"Kalo orang nanya dijawab, bukan malah nanya balik" cerca Dena sambil memalingkan pandangannya.

Daniel mengangkat bahu acuh, lalu tersenyum kecil kearah Dena.

"Pulang" ucap Daniel memerintah.

Dena menatap Daniel datar, ia sedang tak berniat pulang bersama Daniel.

"Pulang sama gue" ucap Daniel melembut.

Dena menggeleng, mendudukkan diri kembali tanpa memghiraukan Daniel yang menatapnya dingin.

"Pulang sama gue Na" Daniel berusaha sabar, ia tau berurusan sama Dena itu yang pastinya bakal lama.

Dena memejamkan matanya, berusaha menarik nafas dalam-dalam. Ia pengennya sih nolak, tapinya hatinya malah pengen pulang bareng Daniel. Ya mau gimanapun, Dena tetap Dena yang bucinnya minta ampun.

"Gak" singkat dan tegas, emang Dena banget. Tapi percayalah dirinya berharap kalo Daniel bakal terus bujuk dia.

Bocah banget kan? Ya gimana lagi, seganas-ganasnya Dena ia juga bisa kecewa kalo liat cowok yang berpengaruh dalam hidupnya, setelah ayahnya. Itu jalan bareng cewek lain tanpa memperdulikan dia.

Hachim

Dena alergi dingin, ia bisa bersin terus sampai matanya memerah dan malah sampe nangis.

Daniel menatap Dena sekilas, menggapai tangan Dena lalu menyimpan payung dalam genggamannya ke genggaman Dena.

Dena menganggkat alisnya bertanya, apasih yang sebenarnya Daniel bakal lakuin. Daniel melepas jaket yang sedari tadi ia pakai, lalu memakaikannya pada bahu Dena.

"Kalo lu gak mau pulang sama gue gak papa kok"

Sumpah demi apapun, Dena bener-bener gak habis pikir sama Daniel. Gak pekanya tuh ketulungan.

"Asalkan lu harus ambil jaket sama payung itu. Jangan sampe dilepas, gue gak mau alergi lu tambah parah" kalimat terpanjang yang pernah Daniel ucapkan, mungkin.

Dena bahkan hanya mengedipkan matanya beberapa kali, ia benar-benar kaget sama sikapnya Daniel.

"Gue duluan ya" setelah menggucapkan sederet kalimat itu, Daniel berjalan menerjang hujan. Tampak santai, sepertinya ia mengabaikan hujan. Berbeda dengan Dena yang kaget bukan maen.

Dena berlari dengan payung yang Daniel berikan. Syukurlah dirinya masih bisa menyusul Daniel.

Payungnya ia posisikan ditengah-tengah dirinya dan Daniel. Terlihat jelas wajah khawatir yang Dena tampilkan.

"Lu boleh khawatir sama kesehatan gue Niel, tapi gue gak mau kalo sampe lu gak perduli sama kesehatan lu sendiri. Gue gak mau liat lu sakit, gue gak mau Niel" nada bicara Dena melemah, ia sungguh tak habis pikir dengan tingkah Daniel.

***

Tinggalkan Dena dan Daniel, mari kita beralih saat dimana Calista tengah menatap laptop dihadapannya sebal.

"Apa-apaan sih? Kan udah dibilang Reyhan itu temen doang Ka" capek juga Calista kalo ditanyain hubungan dia sama Reyhan.

"Tapi temen gak sedekat itu Calista" bantah Raka disebrang sana dengan santai.

CalistaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang