Calista mengusap wajahnya yang masih terlihat setengah tertidur. Lalu melangkah kedalam kamar mandi, untuk mencuci wajahnya.
Setelah selesai, ia melirik kearah jam dinding dikamarnya. Jam 20.00, matanya langsung melebar, lalu bergegas turun keruang tengah.
Saat diruang tengah, ternyata ada Dena yang memang masih menginap dirumahnya.
"Jangan lari-lari, luka lu belum kering banget itu" geram Dena gemes sendiri.
Calista segera memelankan lajunya, dan mencoba duduk dilantai walau sesekali meringis. Dena langsung beranjak membantu Calista dan malah ikutan meringis.
"Minta bantuan kek"
"Makasih Na" ujar Calista tersenyum singkat.
Menatap kearah tumpukan kertas hasil print-an, heran. Perasaan tadi siang gak ada ini.
"Waktu lu tidur, Raka yang ngerjain laporan lu" ucap Dena menjawab semua pertanyaan dalam benak Calista.
Calista melotot, bergegas mencari ponselnya yang memang ada diatas meja. Mencari nomer Raka dan dengan segera menelepon cowok tersebut.
"Raka" Calista langsung memanggil nama Raka, saat teleponnya diterima.
"Hm"
"Kenapa ngerjain sendiri sih? Kan lu bisa bangunin gue dulu, terus kerjain berdua" Calista terdengar kesal.
"Lu capek"
"Ya lu juga pasti capek Raka. Kesal banget gue, ini juga tugas gue kan?" ujar Calista lagi.
"Gue udah sehat, lu masih sakit"
"Bodoamat" Calista mematikan teleponnya begitu saja.
Kemudian berdecak sebal, membuat Dena menatap Calista malas, lagi.
"Udah bagus dikerjain, malah kesel gitu. Bersyukur atuh" ujar Dena tanpa mentap Calista lagi.
"Ya tapikan dia baru aja keluar dari rumah sakit, belum lagi dia baru aja pulanh dari Singapura" balas Calista sengit.
"Dia bilang udah gak papa Calista, ih bukannya seneng dia balik, malah khawatir berlebihan gitu" bukan Dena kalau hanya diam, tak membalas perkataan Calista.
"Lu mah gak ngerti" Calista mengacak rambutnya frustasi, ah Dena gak ngerti gimana perasaanya saat ini.
"Gue cuman gak mau dia sakit lagi, terus ninggalin gue lagi Na" lanjut Calista dengan sendu.
"Gue gak bakal kemana-mana" ujar Raka yang tengah berdiri tak jauh dari Calista dan Dena.
Membuat Calista mendongkap menatap Raka dengan kedua mata melotot lebar.
"Nih" Raka menyodorkan sebuah bingkisan, yang bisa ditebak isinya pasti martabak.
"Na, ambilin minum ya" Dena mengangguk, ia mengerti Calista dan Raka butuh waktu berdua.
Raka menjulurkan tangannya, Calista menerimanya lalu bangkit. Raka mengajak Calista untuk duduk diatas sofa.
"Kalo lu khawatir, gue udah gak papa Ta" ucap Raka sambil mengusap rambut Calista lembut.
Calista menatap Raka, namun kembali menunduk.
"Inget ya, kalo lu nunduk nanti mahkotanya jatoh" Raka tuh bener-bener udah bisa buat Calista gila.
Entah kenapa, hanya Calista yang bisa membuat Raka senyaman ini.
***
"Ita cepetan atuh, telat ini" teriakan itu ya kalian tau asalnya darimana.
Pasalnya hari ini hari senin, dimana seluruh siswa harus melaksanakan serangkaian upacara rutin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Calista
Teen FictionCalista. Seorang gadis yang bertahun-tahun telah mencintai orang yang sama, jatuh pada orang yang sama, dan terluka oleh orang yang sama. Mencintai dalam diam adalah pilihan baginya. Pilihan untuk tetap bertahan pada zona nyamannya atau melepaskan d...