24. Pakboi

192 11 0
                                    

"Ini ditaro dimana kak?"

"Disimpen di sana dulu aja ya" Calista menunjuk kearah meja dipojok ruangan.

Calista berkeliling melihat semua anggotanya bekerja, sambil sesekali membantu saat beberapa anggotanya kesulitan dalam melakukan seseuatu.

Sembari melirik daftar barang yang dibutuhkan, takut-takut ada yang kelupaan. Di tengah ruangan dia bisa meliha Dena dengan senyum mengembang membantu salah satu anggotanya merapihkan beberapa hiasan, walau masih dengan keadaan mata yang membengkak.

"Sini aku bantu" Calista mengambil beberapa kardus dari tumpukan yang dibawa salah satu temannya.

"Kalo nanti kamu perlu bantuan, panggil aja ya" Dia meletakkan kardus tersebut ditempatnya tersenyum kearah temannya tadi.

"Makasih ya Ta" ucap temannya tadi, Calista mengangguk lalu kembali berkeliling melihat-lihat.

Melirik kearah jam yang menempel di tangannya kanannya, lalu menepuk tangannya cukup keras. Membuat perhatian yang lain beralih kepadanya.

"Kita istirahat dulu, waktunya 10 menit cukupkan?" Tanya Calista disambut teriakan setuju oleh para anggotanya.

Dena berjalan kearahnya, sambil membawa 5 lembar kertas origami ditangannya.

"Gue minta ini ya" Dena mengacungkan kertas origaminya, membuat Calista menganggukkan kepala.

"Oh iya, kata Alvaro ditunggu dipinggir lapang" lanjut Dena yang masih sibuk melipat-lipat kertas.

Calista lagi-lagi mengangguk lalu menarik salah satu tangan Dena agar mengikutinya.

***

Alvaro melambaikan tangannya heboh, membuat Calista yang masih menarik tangan Dena menggeleng.

Calista duduk disebelah Alvaro yang sibuk memamerkan senyumnya pada Calista, membuat Calista binggung.

"Abis diterima adik kelas cantik noh" ucap Anggra yang mengerti keadaan.

"Astaghfirullah, jadi yang keberapa tuh adkel?" tanya Calista sambil menjewer telinga Alvaro gemas, membuat Anggra tertawa keras, sementara Dena masih sibuk dengan acara lipat-melipatnya. Alvaro sendiri udah meringis kesakitan.

"LEPAS ATUH TA IH SAKIT" teriak Alvaro mencoba melepaskan tangan Calista dari telinganya.

"Dia yang keberapa Alvaro?!" Tanya Calista dengan nada tinggi miliknya.

"Cuman yang kelima-- AW SAKIT ITAA"

"Kelima lu bilang cuman, CUMAN" kalimat terakhir Calista teriakan tepat ditelingan Alvaro yang ia jewer.

Dena menghela nafas, menyimpan kertas lipatnya sejenak. Lalu menarik Calista agar menjauh dari Alvaro. Tentu berhasil, mau bagaimana pun tenaga Dena lebih besar daripada Calista.

"Lepas ih. Gue masih belum puas marahin si pakboi ituuu" gemes sendiri Calista tuh sama Alvaro, gak bisa sekali aja gak mainin perasaan.

"Udah gpp lah, yang penting dianya seneng"

"Gue yang gak seneng. Mainin perasaan seenaknya"

Kalau udah kayak gini, giliran Anggra yang turun tangan. Ia menyuruh Alvaro untuk pergi terlebih dahulu.

Walaupun sambil misuh-misuh gak jelas, Alvaro memilih pergi daripada kena amukan macan lagi.

CalistaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang