30. Unknow Number

192 10 0
                                    

"Hahaha, lu ada ada aja"

Calista tertawa puas sampai-sampai memukul lengan Reza yang duduk disampingnya.

Raka melirik sejenak, lalu bangkit dari duduknya menuju dapur. Membuat Calista mengarahkan sorot matanya, walau hanya sebentar.

"Lagian ngeselin banget, udah dibilang gue gak suka masih aja ditawarin" ujar Reza dengan ekspresi kesal lalu memalingkan mukanya dan tak sengaja melihat kakaknya yang membawa segelas susu di tangannya lalu di simpannya dihadapan Calista

"Gue gak dibikinin?"

Raka mendelik melihat wajah adiknya yang berpura pura seperti manusia perlu perhatian.
"Bikin sendiri"

Reza tertawa kembali mendengar tuturan singkat dari Kakaknya tersebut.

"Minum aja punya gue, nanti gue bikin sendiri" Calista yang mendengar percakapan antara adik dan Kakak tersebut langsung menyodorkan segelas susu yang sempat di buatkan oleh Sang Prince tersebut pada Reza, tanganya tak dapat sampai pada hadapan Reza karena ditahan oleh Raka.

"Buat lu, bukan buat dia" ujar Raka memaksa dan sedikit ada ucapan nadanya yang bersifat kesal, Calista hanya mengangkat kedua bahunya lalu tanpa pikir lagi meminum susu tersebut.

"Cemburuan amat" ledek Reza, membuat Raka menatap tajam kearahnya.

Reza terkekeh, lalu mengecek ponselnya. Lama lama disini ia merasa menjadi penonton bayaran, cukup membuatnya bosan karena sifat Kakaknya yang menyebalkan.

"Gue pergi dulu deh ya, dah Kak Ita" Reza hanya pamit kepada Calista, dan sengaja mengabaikan tatapan tajam yang di berikan oleh Raka

"Gak sopan"

Yap, Calista sedang berada dirumah Raka. Kalau biasanya Raka yang mengunjungi rumahnya, sekarang gantian.

Calista pergi kerumah Raka dengan alasan kangen Bundanya Raka. Tapi alasan tetaplah alasan. Niat sesungguhnya bukan itu.

Calista merenung memikirkan gumaman yang sempat ia dengar setelah Reza pamit. Mengapa bisa dua orang kakak beradik memiliki sifat yang jauh berbanding terbalik seperti ini disaat Raka berperilaku dingin,  tentu saja perilaku Reza yang hangat dan humble. Ketika Raka terlalu serius, Reza hanya berperilaku santai. Ketika Raka sopan, Reza akan menjadi songong. Tapi mereka sama-sama perduli satu sama lain, meskipun Raka memiliki dinding es nya.

Lamunannya terpaksa diberhentikan terlebih dahulu, dikarenakan perutnya yang sudah meraung raung ingin mencerna makanan

"Mau makan"

Raka hanya tersenyum mendengar nada manja yang dikeluarkan oleh gadis yang berada disampingnya, sebelum akhirnya ia hanya mengangguk mengiyakan dan berjalan menuntun Calista menuju ruang makan yang diatas meja makan rumahnya sudah disediakan banyak hidangan yang siap disantap.

"Mau makan apa?" tanya Raka pada Calista.

"Ayamnya aja"

Raka mengambil sepotong ayam goreng diatas piring, lalu menyodorkan kearah Calista yang berada di pinggirnya. Tak lupa ia juga menyendokkan sayur sop baso ke dalam mangkuk dan menyimpannya pula dihadapan Calista.

Calista mendengus, ia hanya ingin makan ayam saja, kenapa pula Raka memaksanya memakan sop. Padahal ia hanya meminta Ayam. Tidak ada kata Sop baso dalam perkataannya.

"Ayamnya doang Ka"

"Sayurnya juga"

"Ayamnya doang ih"

"Biar sehat" ujar Raka santai.

Raka tidak mengambil pusing dengan rengekan rengekan yang diberikan oleh Calista ia tidak menjawab hanya mengambil nasi dan juga lauk pauk untuk dirinya, dan mulai memakan. Membuat Calista hanya mendengus pasrah, ia tidak akan pernah lupa jika ia dan Raka memiliki kepala seperti batu yang keras.

CalistaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang