25. Miss him, again

213 12 2
                                    

Motor yang dikendarai Eza berhenti didepan sebuah Kafe, membuat Dena turun dari bonjengan Eza, lalu berdiri disamping Eza.

Eza memoleh, menghela nafas sejenak, lalu membukakan helm yang digunakan Dena.

"Thanks. Langsung balik, jangan ngebut" ucap Dena sambil menepuk-nepuk kepala Eza yang masih ditutupi helm, meski untuk mencapainya ia harus berjinjit.

Maaf kan aku gak tau bahasa Indonesianya apaan, hehe.

Pintu kafe terbuka, menampakkan Dena yang menggunakan jaket merah untuk menutupi seragam yang dikenakannya. Ketika menoleh Dena melihat tangan yang melambai ke arahnya.

Ah itu dia Batin Dena tersenyum.

"Udah lama?" tanya Dena basa-basi lalu melirik kearah meja yang masih kosong, ah Daniel belum memesan apapun.

"Baru dateng juga, oh ini gue nunggu lu biar pesennya bareng aja"

Dena menganggukkan kepalanya berkali-kali, lalu meraih buku menu dihadapannya. Sementara Daniel memanggil salah satu pelayan.

"Milkshake choclate 1, lu?" Dena sungguh tak berniat bahkan tak ada selera untuk makan malam ini.

"Nasi goreng 2 sama air mineral 2" sekarang giliran Daniel yang memesan, pelayan itu mengangguk lalu melengkahkan kakinya pergi. Dena hanya menghela nafas, kemudian menatap Daniel malas. Ia tau maksud perkataan Daniel.

"Gue lagi gak mau makan Niel, kenapa dipesenin nasi goreng?"

"Makan Na, nanti lu sakit"

"Masa gak ngerti arti 'gak mau'" Sepertinya Daniel sedikit memancing emosi Dena

Daniel hanya tersenyum dibuatnya, untung saja Daniel memiliki stok sabarnya masih ada untuk menghadapi Dena yang emosinya labil kayak gini.

"Makan ya, paling enggak 5 suap aja. Tadi kata Anggra, Calista bilang lu belum makan Na"

Dena mengernyitkan dahinya kurang mengerti apa yang dimaksud oleh Daniel.

"Calista atau Anggra?"

"Dua - duanya Na"

Dena menghela napas, lalu mengangguk pasrah. Biarkanlah, untuk saat ini dia sedang tak ada minat untuk berdebat. Hanya saja ia akan membalas perbuatan Calista yang memiliki mulut yang sangat polos itu.

Pesanan mereka pun datang, mereka menyantap pesanan mereka terlebih dahulu. Setelah selesai, barulah mereka membicarakan hal yang perlu dibicarakan.

"Jadi mau ada yang lu jelasin ke gue?" tanya Daniel terlebih dahulu memecah keheningan diantara mereka.

Dena menegakkan duduknya, lalu menatap Daniel ragu-ragu. Ia sedikit terpaku, siapa yang tidak akan jatuh akan pesonanya seorang Daniel? Ah, dirinya sangat gugup untuk saat ini.

"Em--gue gak suka lu deket-deket Nesya. Gue gak suka lu selalu berangkat sekolah bareng dia, gue juga gak suka lu pulang bareng dia"

Daniel hanya mengernyitkan dahinya setelah menyimak apa yang Dena katakan. Berbeda dengan Dena yang mati Matian menghindari tatapan dari seorang Daniel.

"Egoisnya" Daniel sendiri gemas dengan gadis dihadapannya ini, tangannya bahkan sudah tak tahan untuk mencubit kedua pipi Dena.

Dena sendiri cukup tau diri, dia memang egois. Tapi dia berkata sejujurnya tentang apa yang dia rasakan.

Setelah melepaskan kedua tangannya dari pipi Dena, Daniel menghela nafas kemudia menatap Dena lekat.

"Gue bahkan gak masalah lu deket sama Anggra, Alvaro, bahkan tadi lu kesini dianter Eza kan? Padahal gue udah nawarin jemput lu. Tapi gak papa gue ngerti kok"

CalistaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang