Kring.. kring..
Tak terasa bel istirahat telah berbunyi, Calista sedari tadi terus membujuk Raka agar mereka bisa kembali kekelas. Raka akhirnya mengalah, tapi dengan satu syarat bahwa Calista harus selalu ada disampingnya.
Sedari tadi Raka tak pernah melepaskan genggaman tangannya dan Calista. Ia bahkan malah lebih mengeratkan genggaman itu. Calista hanya bisa tersenyum kikuk saat ada beberapa siswa melihat secara intens genggaman mereka.
"Gila gue mau dah digenggam kayak gitu sama Raka"
"Gue envy bangett"
"Akhirnya couple gue berlayar"
"Kok Raka bisa sih genggam tangan menjijikan itu"
"Bahaya nih, cabe makin murah kayaknya"
Raka langsung menghentikan langkahnya, ia berbalik kebelakang dan langsung melirik tajam kearah dua siswi yang berbicara buruk tentang Calista. Ia melihat dari atas sampai kebawah, lalu menyeringai.
"Anda kalau mau berbicara atau mengomentari penampilan seseorang, tolong untuk berkaca terlebih dahulu. Lihat, rok Lista lebih besar daripada rok kekecilan anda. Dan baju anak sd yang anda pakai" ucap Raka dingin dan menusuk.
Entah mengapa suasana disana menjadi sangat menakutkan. Mungkin karena aura yang dikeluarkan oleh Raka.
"Ka udah ya" ujar Calista lemah. Ia hanya tak ingin memperpanjang masalah.
Calista terus membujuk Raka agar tidak memperpanjang masalah tersebut, toh Calista sudah biasa juga. Ia sudah kebal dengan omongan omongan sampah semacam itu.
Hati Raka akhirnya luluh oleh bujukan Calista. Ia segera membawa Calista dari tempat tersebut.
"Mau kemana? Bukannya kelas belok kekiri? Kenapa malah kekanan?" tanya Calista binggung.
"Kantin"
"Mau ngapain?"
"Baca buku"
"Kenapa gak dikelas?"
"Ke kantin ya makan lah Calista bukan baca buku"
"Oh"
"Bodoh"
"Kalo bodoh gak bisa peringkat 3 dikelas"
"Siapa?"
"Gue"
"Yang nanya?!"
Raka tertawa puas, ia memang sangat senang menjahili Calista. Wajah Calista yang membuat ia sangat senang.
"Duduk disini. Gue mau beli bubur dulu buat lu" ucap Raka sambil beranjak dari tempatnya.
"Gak mau Ka. Plis gue bukan Dena yang suka banget sama bubur" cegah Calista.
"Ya terus lu mau apa?" tanya Raka sedikit menahan emosi.
"Gue mau ketoprak ya"
"Gila"
"Untungnya masih waras"
"Bentar lagi"
"Bentar lagi apaan hah?!"
"Gak waras" ujar Raka sambil pergi meninggalkan Calista yang sudah siap menyerbu Raka dengan celotehannya.
"RAKA!!!"
Raka hanya bisa tertawa puas, ia sangat senang sekarang. Namun, tiba-tiba cairan merah tanpa permisi keluar dari hidungnya. Dena yang tak sengaja lewat didepannya melihat jelas itu. Ia langsung menarik Raka agar tak terlihat oleh Calista.
KAMU SEDANG MEMBACA
Calista
Teen FictionCalista. Seorang gadis yang bertahun-tahun telah mencintai orang yang sama, jatuh pada orang yang sama, dan terluka oleh orang yang sama. Mencintai dalam diam adalah pilihan baginya. Pilihan untuk tetap bertahan pada zona nyamannya atau melepaskan d...