"Welcome Singapore" seru Calista dengan senyum mengembang dengan sempurna dibibir tipisnya.
Setelah menempuh perjalanan selama 1 jam 35 menit, akhirnya Calista dan yang lain sampai di negara Singapore.
"Jangan malu-maluin Ta" ujar Alvaro mengusik rambut Calista gemas.
"Gak juga" Calista langsung berjalan mendahului yang lain.
Dena hanya bisa menggeleng melihat kelakuan Calista yang kelewat sok tahu.
"Ta, pintu keluar kearah kanan. Lu kekiri mau ke toilet?" Dena berteriak cukup nyaring, membuat Bunda -ibu Raka- ikut terkekeh mendengarnya.
Calista melebarkan kedua matanya, dirinya sekarang hanya bisa menunduk malu. Sementara yang lain hanya bisa tertawa.
***
"Lista" suara Raka mulai mengiang ditelinga Calista, saat dirinya mulai memasuki sebuah ruangan.
Dapat dilihatnya, Raka tengah berbaring dengan infusan yang menancap pada punggung tangan sebelah kirinya.
Calista berjalan dengan menatap Calista sendu, sementara Raka tersenyum kearah Calista.
"Miss you" ucap Raka saat Calista sudah duduk disebelahnya.
"Too" Calista segera memeluk Raka, tak sampai erat karena ia cukup paham kondisi Raka sekarang.
"Gimana? Udah agak baikan?" tanya Calista setelah melepas pelukannya.
"Lumayan" jawab Raka dengan tangan kanan yang sudah menggenggam erat tangan Calista.
Calista bernafas lega, kemudian tersenyum hangat kearah Raka yang masih setia menatapnya.
"Kalo boleh gue tau, lu sakit apa?"
"Anemia"
Calista terkejut, wait anemia? Hanya anemia saja?
"Anemia?" tanya Calista memastikan.
Raka mengangguk sebagai jawaban, ia sudah tersenyum maklum.
"Sampe ke Singapore? Kenapa gak di Indonesia aja kalo kayak gitu?"
"Lu tau bunda Calista"
Calista cukup paham, lalu mengangguk. Tapi otaknya masih berpikir, anemia? Sampe ke Singapore?
"Gimana keadaan sekolah?" tanya Raka.
Calista tersadar dari pikirannya, lalu menatap Raka dengan tatapan tajam.
"Kok yang lu tanyain keadaan sekolah sih? Bukan keadaan gue?" Calista cemberut.
Membuat Raka mau tak mau dibuat tersenyum karena gemas dengan tingkah lakunya.
"Lu udah disini Calista. Gue udah liat kok keadaan lu baik-baik aja" Raka mencoba menjelaskan dengan sangat sabar.
"Sekolah aman kok, gak ancur" ujar Calista dengan nada menyindir.
Raka mengusik surai hitam Calista dengan gemas. Lalu memandang wajah cantik Calista, lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Calista
Teen FictionCalista. Seorang gadis yang bertahun-tahun telah mencintai orang yang sama, jatuh pada orang yang sama, dan terluka oleh orang yang sama. Mencintai dalam diam adalah pilihan baginya. Pilihan untuk tetap bertahan pada zona nyamannya atau melepaskan d...