19. Dena dan Daniel

528 28 9
                                    

Calista segera berlari menyusul Dena, tapi sayang lari Dena terlalu cepat bagi Calista sehingga dia kehilangan jejak Dena.

"Cepet banget sih kek tuyul" desis Calista sambil menengok kearah kanan dan kirinya.

Gocha, matanya dapat menangkap dua curut kesayangannya tengah berjalan beriringan.

"Alvaro! Anggra!" Calista berteriak tak tau tempat, pikirnya bodo amatlah keadaan darurat.

Kedua manusia itu serentak menengok kearah Calista, dengan langkah lebar mereka berdua pun menghampiri Calista.

"Gak usah teriak juga kali Ta, malu lu teh diliatin orang" omel Anggra sambil mendekap mulut Calista dengan gemas.

Calista langsung menggigit tangan Anggra, membuat Anggra menggeram kesakitan.

"Sumpah itu gigi ya" kesal Anggra sambil mengelus-elus tangannya yang masih merasa sakit.

Calista hanya menatap jengah kearah Anggra, lalu menatap serius kearah Alvaro.

"Liat Dena?" tanya Calista.

"Enggak liat tuh. Kenapa?" Alvaro menangkap muka khawatir Calista.

"Ceritanya panjang. Kita cari Dena dulu oke, nanti baru gue ceritain. Kita nyebar" Calista bener-bener udah cemas banget nyari Dena.

Alvaro dan Anggra pun mengangguk setuju, lalu mereka pun mulai berpencar.

***

Anggra menatap Dena yang tengah meninju dan menendang udara kosong disekitarnya. Anggra memantapkan langkahnya, melangkah kearah Dena.

"Na, udah Na" siapa sangka Anggra mengambil resiko yang sangat besar. Ia memeluk tubuh Dena sangat erat, walaupun Dena masih saja memberontak tak mau diam.

"Remuk udah ini badan" batin Anggra lirih.

Anggra masih saja memeluk Dena, meski Dena sedari tadi masih saja tak bisa ditenangkan. Bahkan, beberapa kali tubuhnya mendapatkan tinjuan yang lumayan dari Dena.

"Tenang oke. Lu tenang dulu" Anggra masih berusaha menenangkan Dena dalam pelukannya.

Perlahan Dena mulai tenang, ia tak lagi memberontak. Tapi, ia masih saja menangis tersedu-sedu.

"Nangis aja Na, keluarin semua semau lu. Gue ada disini" tangan Anggra bergerak mengelus surai Dena lembut.

Dena semakin terisak, menumpahkan semuanya didada sahabatnya yang satu ini. Anggra masih saja mendekap tubuh Dena memberi kenyamanan.

Tak berlangsung lama tangis Dena mulai mereda, Dena bahkan sudah lepaskan pelukan Anggra. Anggra menatap kearah Dena memastikan.

"Udah tenang?" tanya Anggra dengan tutur kata lembut.

Dena mengangguk, tangannya bergerak menghapus air mata dari pipinya. Lalu tersenyum kecil kearah Anggra.

"Makasih" lirih Dena.

Anggra tersenyum melihat Dena tersenyum, lalu merangkul bahu Dena.

"Tugas gue Na. Kalo lu butuh telinga buat ngedengerin cerita lu, gue selalu ada Na. Kalo lu butuh bahu buat bersandar saat lu lelah, gue selalu ada Na. Dan juga kalo lu butuh raga buat tempat lu berlindung, gue selalu ada" ucap Anggra menatap dalam Dena.

CalistaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang