sibling goals (?)

10.9K 665 47
                                    

Surat dari sekolah sudah ayah terima melalui aku beberapa hari setelah aku mengundurkan diri dari olimpiade dan sampai sekarang ayah masih diam, aku masih menunggu kemarahan dan hukumannya.

Kakak apa kabarnya? Ibu bagaimana harinya? Saras? Aku kangen ekskul dan tempat lesku. Sebentar lagi juga kenaikan kelas, ujian tugas praktek, tugas tulis, aku rindu saat aku berjuang membahagiakan keluargaku.

Makan malam di malam minggu. Sore tadi Saras sudah menelfonku untuk mengajaku pergi, tapi karena ayah belum memarahiku, aku belum berani membangkang.

"Abang, gimana kerjaan kamu?" Tanya ayah dengan menjeda makanannya masuk ke mulut.

"Abang baik yah" balasnya dengan tersenyum pada ayah

"Abang, ayah mau abang lanjut sekolah lalu kuliah", seketika kepalaku terangkat dan menatap ayah "Mulai belajar lagi dan berhenti bekerja, ayah yang akan bertanggung jawab untuk kebutuhan kamu nantinya, lagipula ayah juga ga habis fikir kenapa kamu segala kerja"

"Ayah, aku rasa ngga perlu.."

"Reno kamu tanggung jawab ayah, ayah tetap akan melakukan itu, itu juga bukan buat ayah itu buat masa depan kamu" ayah tersenyum menatapnya didepanku.

Aku meletakan sendokku dengan kasar, yang menimbulkan suara nyaring di telinga mereka.

"Zahra kamu semakin tidak sopan setiap hari! Ayah diam sama kamu karena ayah tau kamu akan paham dan bisa belajar dewasa nak, ayah tau kamu marah tapi jika kamu melampiaskannya dengan cara kamu menghancurkan masa depan kamu sendiri itu namanya kamu masih belum bisa membanggakan ayah", ayah berdiri dan berjalan kearahku, dan dengan tarikan paksa ayah di lenganku aku berdiri.

"Sekarang ayah tanya apa mau kamu?" tanya ayah sambil mengguncang kasar tubuhku dihadapannya.

"..."

"Jawab ayah!" sedikit terkejut aku mendengar ayah meninggikan suaranya padahal aku sudah sering bertengkar dengan ayah belakangan ini,"Apa ini caramu menghargai usaha orang tua? Bantu ayah sedikit Zahra, mengertilah bahwa kamu satu-satunya anak perempuan ayah yang bisa ayah banggakan sekarang. Apa yang kamu mau sebenarnya nak?"

Kepalan tanganku mulai nampak di sisi tubuhku. Kebisuan ini tiba-tiba menyerangku ketika aku melihat ayah menatapkundengan kemarahannya.

"Sejak mereka ada Ayah berubah, ayah kasar, Ayah juga selama ini ga berusaha jemput ibu, Ayah ga peduli sama kak Laras, ayah buang kak Laras, sekarang ayah mau menyekolahkan 'anak' ayah itu, jika nanti aku juga korban perkosaan apa ayah akan membuangku juga?!"

"CUKUP ARA!"

Plak!!

Lagi-lagi ditampar ayah.

"Ayah"/"Mas!"

"Ayah ga pernah mau main tangan dan sekasar ini sama Ara, tapi kamu sudah keterlaluan Nak"

"Silahkan ayah kasarin aku yah, biar aku bisa susul Kak Laras di rumah sakit jiwa. Mungkin nanti aku akan lebih saiko di banding kakak karena lebih lama tinggal di neraka ini!"

"ARA!" ayah mengangkat tangan kanannya lagi di hadapanku

"Jangan pukul Ara Ayah!" orang itu berjalan dan berdiri di depanku, berhadapan dengan ayah dan dengan tangan yang seolah melindungiku "Ga akan aku izinkan Ayah tampar adek lagi, cukup ayah!"

"Baik, tapi sebagai gantinya Ara tetap harus menanggung kesalahannya, Ayah ga mau anak-anak ayah jadi pembangkang dan tidak sopan seperti ini!"

"Mas, sudahlah.. "

"Jangan membela kesalahannya Lis!"

"Ara, ayah mau kamu dalam waktu tiga hari memperbaiki kesalahan kamu di sekolah, kamu harus belajar keras untuk nilai kamu, ikut olimpiade itu, dan ayah akan menambahkan jadwal les kamu, ga akan ada hura-hura sampai nilai kamu seperti dulu"

"Adek bukan robot ayah!"

"Itu keputusan ayah Reno, titik!. Ara kamu dengar ayah kan?!"

"Iya Ayah"

Hukuman ini sudah aku dapatkan, sudah kupastikan aku akan gila untuk beberapa minggu kedepan.

Tengah malam aku terbangun karena haus yang begitu menyiksa, cerobohnya aku karena tadi aku lupa minum untuk bertengkar dengan ayah. Sebenarnya aku lelah bertengkar dengan ayah setiap hari.

Langkahku menuju dapur terhenti ketika aku melihat 'abang' keluar dari dapur dan membawa susu coklat.

"Adek, ini abang buatin kamu susu, semoga ini bisa bikin kamu tenang dan mood kamu membaik dek, abang ga tau lagi gimana caranya biar ayah ga ngasih hukuman buat kamu kayak sekarang"

"..."

"Adek kamu denger abang kan?"

"..."

"Abang taruh di kamar kamu ya?"

"Sampai kapanpun jangan berharap aku bersikap manis sama kamu!"

Dia tersenyum, dan meletakan susu coklat itu di meja makan, "Abang ga lupa kok dek, abang inget semua yang kamu omongin tentang abang sama mama, abang terima"

"Abang cuma pengen adek abang bahagia, dan abang akan lakuin apapun supaya itu terwujud"

"..."

"Abang tau kamu belum bisa menerima abang, tapi abang yakin suatu saat kamu bisa terima mama dan Abang, abang tau adik abang bukan anak nakal dan pembangkang. Abang tau Ara masih marah karena ini semua, Abang pengen bisa mengobati luka hati kamu dek, Abang pengen kayak temen-temen abang yang bisa deket sama adiknya, Abang pengen jadi super hero buat Ara sama Laras, tapi sampai sekarang abang ga bisa lakuin apa-apa karena abang ga punya kesempatan. Ara, kasih kesempatan sama abang ya dek, Abang mohon, abang cuma minta kesempatan dari adek itu aja"

"..."

"Pertama kali abang datang ke rumah sama mama, abang seneng banget dek karena impian abang akan terwujud abang akan punya seseorang yang bisa abang lindungi selain mama, abang akan punya adik yang manis dan ceria, Ara sama kak Laras. Sebelum abang kesini abang janji sama diri abang sendiri abang harus bisa melindungi adik abang, tapi abang bodoh, Kak Laras ga bisa abang jaga, abang ga mau ngulangin kesalahan yang sama, Abang akan jaga Ara, abang ga akan biarin siapapun nyakitin Ara"

"..."

"Abang masih punya kesempatan kan dek? Abang ga minta kamu sayang sama abang, abang minta kesempatan dari adek untuk memperbaiki semuanya, kalau adek benci mama, gapapa dek, mama bilang itu karena mama bukan ibu kandung adek jadi mama paham dan abang juga ga nyalahin adek, tapi kamu adik abang dek meskipun ibu kita beda"

"..."

"Abang tau ini rumah adek, dulu pasti adek bahagia sekali sama orang tua adek yang lengkap dan Kak Laras juga, rumah ini rumah kebahagiaan adek, yang buat adek berjuang untuk membahagiakan orang yang adek cinta, sama sekali abang ga bermaksud menghancurkan itu semua, abang juga ga kuat lihat Kak Laras sakit seperti dulu dek, dan abang mau jadiin rumah ini tempat yang bisa ngembaliin senyum adik abang"

"..."

"Abang sayang sama adik abang, Zahra adik abang"

Aku menatapnya, untuk pertama kalinya dia menunjukan apa yang dia rasakan pada kenyataan ini, dalam tatapan itu tak kulihat sedikitpun kebohongan atau niat buruk, airmata yang ku lihat disana. Tanpa sadar airmataku juga jatuh ketika aku melihat ketulusan itu.

---------
Up lagi,

Terimakasih untuk support dan dukungannya.

Sekali lagi jika ada kritik dan saran silahkan langsung di sampaikan.

Mari berteman baik. Tetaplah jaga kesehatan

Souyaa

Little Sister || End || PROSES TERBIT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang