Terlalu terlambat untuk extra part?
Happy reading kak^^
***
Reno masih sangat mengingat bagaimana Zahra berjuang melawan leukimianya kala itu. Adiknya yang mulai mengurus dan tergantung dengan semua alat rumah sakit itu tidak pernah mengatakan bahwa dia akan menyerah.
Banyak pertanyaan muncul dalam kepala Reno saat mengingat adiknya. Sebenarnya Reno selalu mengingat adiknya itu. Setiap langkah kaki yang Reno ambil selalu membawanya untuk mengingat Zahra yang kini tidak bisa ia raih lagi.
Disaat hubungannya dan Zahra membaik. Mulai ada rasa persaudaraan diantara mereka, Tuhan berkehendak lain. Penyakit mematikan itu dengan lancang berada dalam tubuh Zahra dan membawa adiknya pergi.
Setiap malam Reno selalu tidur di rumah sakit waktu itu. Setiap malam Reno begadang dan menjaga Zahra. Jika anak itu kesakitan atau membutuhkan sesuatu. Akan lebih nyaman jika dirinya yang membantu.
Pernah suatu malam Zahra menangis dalam tidur karena dalam mimpinya ia bertemu dengan kakaknya Laras. Agaknya Zahra terlalu merindukan kakaknya sampai menangis dan paginya dia harus mengalami penurunan kondisi.
Setelah kepergiannya, kehidupan Reno berubah. Reno menolak untuk menginap di rumah ayahnya. Dia dengan sengaja memilih bekerja dan berhenti sekolah. Reno menjauhkan dirinya dari segala hal tentang adiknya.
Pilihan itu nyatanya tidak membuat Reno lebih baik. Ia semakin tenggelam dengan rasa bersalahnya. Jika ibunya tidak menikah dengan ayah Zahra, adiknya tidak akan menderita sampai akhir hidupnya. Jahat sekali, Reno dan ibunya merenggut kebahagiaan dari keluarga itu.
Ibu Susi, Ibunya Listya, Ayah tirinya Alex. Semuanya hancur sejak hari kematian itu. Ayahnya yang semakin sibuk, Ibu Susi yang memilih pergi dengan keluarva barunya meskipun kesedihan juga masih terasa saat mengingat Zahra. Ibunya Listya yang selalu menangis saat melihatnya terperangkap dalam rasa bersalah.
Zahra Mahendra
Nama dibatu nisan itu mengoyak hati Reno sekali lagi, tanpa henti. Dia reflek untuk menggigit bibir bawahnya dan mendongak pada langit. Hatinya menjerit menyalahkan keadaan dan kehidupannya. Ini sudah satu tahun dan tidak ada yang bisa menjadi obat untuk luka mereka.
Setelah menghela nafas begitu dalam dan panjang, Reno merendahkan tubuhnya dan meletakan sebuket bunga yang ia bawa untuk mempercantik pusara adiknya.
Laras Mahendra
Disebelah Zahra ada satu lagi adiknya yang sudah lebih dulu pergi. Reno juga ingat alasan kepergian Laras adalah kehadirannya yang terlalu mengganggu. Laras yang frustasi dan sangat menolak serta membencinya. Ia memilih bunuh diri karena tidak kuat menahan kebencian itu.
Reno juga meletakan sebuket bunga pada makam Laras dan perlahan mengusap nisannya. "Abang minta maaf" singkat saja. Nyatanya Reno belum bisa berucap dengan benar jika dihadapkan pada situasi semunafik ini.
"Laras pasti semakin membenci Abang karena Abang tidak becus jagain Ara. Tapi sekarang Ara udah sama Laras, kan? Abang cuma bisa berharap kalian selalu bahagia disana"
Reno kemudian memutar kepalanya untuk melihat lagi nisan dari adik bungsunya. Zahra...Mahendra.
Sebuah senyuman sendu dengan kesedihan mendalam terukir diwajah Reno. "Kamu jangan nakal kalau lagi sama Kak Laras, ya" tegur Reno dengan suara gemetar.
Reno tidak kuat untuk berada diantara kedua adiknya terlalu lama. Dia memilih pergi tanpa pamit. Dia berjalan cepat sambil menangis terisak.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Sister || End || PROSES TERBIT
General FictionRumah yang seharusnya untuk pulang menjadi tempat yang kubenci...