CHAPTER 2 "Unexpected"

65 9 0
                                    

->II<-

"Aku sengaja menghadiri pesta ini untuk mengatakan dua hal," Ichsan kembali melanjutkan perkataannya.

Luniana menurunkan pedangnya karena mendengar gertakan Ichsan sebelumnya.

"Pertama, ialah untuk memberitahukan kebenaran ini. Dan kedua, yaitu negosiasi."

"Negosiasi? Setelah membuat adikku terduduk lemas kau masih menginginkan sesuatu!"

"Ya, itu benar, Putri Ksatria Luniana de Gloriuse. Oh, ataukah harus kupanggil dengan Perdana Menteri?"

"Katakan saja apa maumu!"

"Bergabunglah bersamaku di bawah naungan bendera yang satu, yaitu bendera Reich. Bersama kita akan mengamankan dunia dari peristiwa Tharlos lagi. Tenang, Luciana akan tetap menjadi Ratu negara ini, hanya saja kekuatan militer kalian dikendalikan olehku, bendera Gloriuse harus dikibarkan bersebelahan dengan Reich, dan setiap bulannya harus memberikan laporan. Bagaimana? Penawaran yang menarik bukan?"

"Tak tahu diri!" Luniana mengayunkan pedangnya sekuat tenaga kearah Ichsan.

Ichsan menangkis serangan tersebut dengan BlitzSchwert. Ketika dua pedang legendaris itu beradu, efeknya luar biasa. Lantai yang mereka pijak sampai-sampai retak.

"Menyerang seseorang yang tidak siap bukanlah harga diri seorang ksatria, Luniana."

"Aku tak peduli!" Luniana kembali mengayunkan pedangnya, dan kembali ditangkis Ichsan.

"Serangan ini, kuanggap sebagai penolakkan. Bagi kalian para raja dan utusan negara lainnya, tawaran ini berlaku juga untuk kalian."

"Diam kau! Dasar pengkhianat!" Luniana menyerang Ichsan, kali ini Ichsan hanya menghindari serangan.

"Dari awal aku tak berpihak padamu."

"Hentikan, kakak," kata Luciana lirih, air mata menetes perlahan. Luniana segera menghentikannya dan berlari mendekati Luciana.

Ichsan menyarungkan BlitzSchwert dan menatap semua tamu undangan yang terdiri dari para raja dan utusan.

"Bagi kalian yang menerima tawaran ini, maka negara kalian akan kujamin aman seratus persen. Namun, bagi yang menolaknya, terpaksa aku harus melakukan tindakan keras. Aku permisi."

Begitu Ichsan berlalu keluar istana, sekitar lima puluh orang mengikutinya, dan mereka semua adalah tentara Reich yang menyamar menjadi tamu.

Begitu mengejutkan dan tak terduganya hari ini. Pesta ulang tahun yang seharusnya penuh kebahagiaan, berakhir dengan kesedihan. Ditambah lagi, Ichsan yang selama ini mereka terima dan percaya menunjukkan wajah sesungguhnya.

Kematian raja dan ratu, kenaikkan Luciana, kematian Gilbert, perang melawan Tharlos, dan kedatangan Reich merupakan skenario megahnya Ichsan.

Menaruh kepercayaan kepada pria beriris hazel yang kehilangan mata kirinya itu adalah kesalahan besar, kecurigaan Perdana Menteri Gilbert sebelumnya adalah kebenaran.

Luniana menyadari bahwa dirinya sangat bodoh, padahal Ichsan pernah beberapa kali menunjukkan hal mencurigakan, tapi dia tak memedulikannya.

Bersamaan dengan perginya Ichsan, pesta berakhir dengan tidak elite-nya. Satu persatu utusan negara lain pamit untuk membahas masalah tawaran dan ancaman dari Einheit Reich.

Luciana sendiri masih duduk lemas dan menangis, dia tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Luniana hanya bisa mencoba menenangkan Luciana.

Tuan Cornwallis yang merupakan Panglima Jenderal Royal Gloriuse mendekati Luniana, "Saya akan menyiapkan tentara untuk berjaga-jaga. Saat ini, status negara kita adalah siaga tinggi. Pria bernama Ichsan itu menyimpan sifat iblisnya dengan sangat baik."

DER WELT II : REICH KRIEGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang