CHAPTER 39 "Der Sünden Unseres Kaizer"

31 2 12
                                    

>II<

Bongkahan es dingin melayang di udara berbentuk kerucut dengan ujung yang sangat lancip nan tajam. Bongkahan es itu terhunus ke bawah ke arah seorang gadis bertelinga kucing yang sedang berlindung di balik dinding sebuah rumah.

"Keluarlah, Miki! Hadapi aku layaknya menghadapi musuhmu!"

Gadis yang dipanggil sama sekali tak menjawabnya.

Pria yang merapalkan sihir es itu meluncurkan bongkahan esnya menabrak dinding.

Miki keluar dari balik dinding, menciptakan beberapa dinding batu dengan sihirnya seraya terus mencari tempat berlindung yang lebih kokoh.

"Di mana hasil pembelajaranmu selama lebih dari lima tahun ini? Apakah hilang begitu saja?"

Kali ini, pria yang merupakan kaizer Reich itu meluncurkan serangan berupa bola-bola api ke dinding-dinding batu yang dibuat Miki.

"Kau ingin menebarkan senyuman ke seluruh DER WELT bukan? Kalau begitu, lawan aku, hanya itu satu-satunya cara mengakhiri semua ini!"

Sebuah pedang keluar dari tanah di hadapan Ichsan, dia mengambil pedang itu dan melemparnya ke sembarang arah.

"Hentikan, master! Sebelum semuanya terlambat." Akhirnya Miki mengeluarkan suara.

Ichsan yang langsung mengetahui lokasi Miki itu segera berjalan mendekat.

"Semuanya sudah terlambat, Miki. Kau harus melakukannya!" Ichsan merapalkan mantra sihir api dan menghancurkan dinding di hadapannya dengan sebuah bola api. "Apakah hanya ini yang bisa kau lakukan? Menghindari segala seranganku?"

"Wahai elemen angin, hempaskan musuhmu!" rapal Miki, sebuah hembusan angin yang kencang muncul mengarah ke Ichsan dan membuat pria bertopi bicorne itu mundur beberapa langkah. "Wahai elemen cahaya, butakan musuhmu!" Cahaya yang sangat menyilaukan muncul begitu saja, saking silaunya, Ichsan kesulitan untuk melihat sekitar.

Saat cahaya itu mulai redup, Miki sudah berada tepat satu langkah di depan Ichsan. "Maaf, master," gumamnya pelan, lalu melayangkan tinju kanan ke dada Ichsan.

Sayang, pukulannya tidak berhasil karena ditahan Ichsan dengan tangan kanannya. "Aku yang mengajarimu teknik ini, tentu saja aku tahu cara menghentikannya." Ichsan melayangkan tinju kiri.

Dengan cepat Miki menghentakkan kaki menciptakan dinding batu untuk melindungi diri.

Pukulan tangan kiri dari Ichsan menghantam dinding batu buatan Miki hingga hancur.

Miki memanfaatkan momen itu untuk berlari mencari tempat berlindungi dan memikirkan strategi selanjutnya.

"Aku tidak merasakan kekuatan pada pukulan itu? Dan aku yakin kau melakukannya hanya untuk membuatku pingsan," kata Ichsan, menoleh ke kanan dan ke kiri mencari keberadaan Miki. "Ini kali keduanya aku melawan perempuan. Kuharap rakyat Reich tidak mencapku sebagai lelaki kurang ajar." Ichsan menunjuk sebuah dinding, aliran listrik keluar dari telunjuknya dan menghancurkan dinding yang ia tunjuk.

Tak ada tanda dari Miki. Kemana perginya gadis itu?

Dari belakang, angin kencang terhembus ke arah Ichsan, lalu cahaya yang menyilaukan muncul lagi.

Namun kali ini, Ichsan telah memprediksinya.

Ichsan menunjuk kebelakang, aliran listrik menyambar ke arah sana.

Terlihat Miki yang baru saja menghindari serangan tersebut.

"Instingmu bagus, taktikmu sempurna, reflekmu cepat. Namun, perkiraanmu meleset," kata Ichsan mengoreksi kemampuan mantan muridnya itu, atau masih bisa dibilang muridnya. "Itu belum cukup untuk membunuhku!"

DER WELT II : REICH KRIEGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang