CHAPTER 20 "This is not Good Time for Revenge"

28 3 1
                                    

>II<

Kota Rionshiti, Ibu Kota Hinoizurukuni

Mereka maju serentak. Berjalan rapi dalam barisan memanjang. Memenuhi jalanan ibu kota negeri sakura ini.
Drum, terompet, seruling, dimainkan mengiringi gerakan mereka. Lagu kebangsaan adalah penyemangat mereka.

Einheit Reich, mengendalikan kota ini tanpa perlawanan. Semua bentuk kemiliteran kota ini dibekukan, bahkan pengamanannya pun juga. Digantikan dengan kekuatan Pasukan Reich. Reichmilitaer mengamankan kota dan SRS mengamankan istana. Semua aman terkendali.


Shin Seizuro memacu kencang kudanya menyusuri jalanan sepi di kota ini, melewati beberapa tentara yang mencoba menghentikannya, dan kemudian berhenti di depan rumahnya--tentu saja tanpa dibuntuti oleh tentara tadi--.

Bergegas ia turun dari kudanya. Membuka pintu dengan kasar tanpa mengucapkan 'aku pulang', dia pergi menuju kamarnya.

Niel Georgia, gadis setengah vampir yang sekarang bekerja untuk keluarga Shin menyadari kedatangan tuannya itu, dia segera menemui Shin Seizuro untuk melayaninya.

"Seizuro-sama, adakah yang bisa saya lakukan?" tanya Niel gelisah melihat Seizuro yang sedang mencari sesuatu dengan gegabah.

Seizuro tidak menjawabnya, dia masih fokus membongkar kamarnya, mencari barang yang tidak diketahui Niel.

"Ketemu," ujarnya lega, tapi raut wajahnya menunjukkan kemarahan.

Katana. Seizuro mencari katana yang ia sembunyikan di kamarnya. Entah untuk apa katana itu, padahal dia sudah mempunyai katana di pinggangnya.

"Jagalah Riyuji dan rumah ini, Niel. Ada urusan yang harus kuselesaikan." Seizuro menabrak Niel yang berdiri di depan pintu kamar, tanpa mengucapkan maaf sedikitpun dia pergi keluar rumah.

Akan tetapi, seorang pria sempat menghentikan Seizuro dengan keberadaannya. Pria itu adalah Tokugawa yang sudah menunggu di luar rumah Shin.

"Mau kemana, Shin?"

"Bukan urusanmu." Seizuro menghiraukan Tokugawa, dia berjalan ke kudanya.

"Oh? Kau tidak seperti biasanya." Tokugawa menepuk pundak Shin, pria yang menjabat sebagai shogun itu berusaha menenangkannya."

"Kubilang, bukan urusanmu!"

Sebuah pukulan menghantam wajah Shin Seizuro dengan keras hingga hidungnya berdarah, dia terduduk karena pukulan itu.

"Sadarlah, Shin! Sadar! Bukan kau saja yang kehilangan, tapi kita semua merasakannya."

"Kalau begitu, kenapa kau tidak ambil katanamu dan arahkan ke--" Pukulan kedua menghantam wajah Seizuro lagi. Tokugawa mengibaskan tangannya setelah itu.

"Aku melihatnya."

"Apa yang kau lihat?"

"Saat di mana Hikari, kehilangan segalanya."

"Apa?! Lalu, kenapa kau tidak menghentikannya?!"

"Aku ingin, Shin. Tapi tidak bisa. Jumlah mereka terlalu banyak, dan pemimpin mereka memiliki aura mengerikan. Menyerang mereka saat itu hanyalah sebuah kebodohan."

DER WELT II : REICH KRIEGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang