CHAPTER 26 "Wake Up"

26 3 0
                                    

>II<

Gadis itu membuka matanya perlahan-lahan, dan mendapati dirinya berada di dalam sebuah ruangan. Tak hanya itu, dia bahkan berada di atas ranjang yang sangat empuk, ditambah lagi langit-langit yang dilihatnya begitu familiar.

"Di mana ini?" batinnya.

Dia memposisikan tubuhnya duduk bersandar pada dipan ranjang. Menoleh ke kanan, melihat lemari pakaian yang benar-benar tak asing lagi. Kemudian menoleh ke kiri, melihat lukisan yang tergantung di dinding, lukisan Raja Alex dan Ratu Patricia, lukisan Ratu Luciana, dan lukisan dirinya.

"Tunggu, ini kamarku? Bukankah tadi aku." Tiba-tiba ia mengingat rasa sakit yang dialaminya ketika BlitzSchwert menikamnya. Dia memegang perutnya, tapi tak menemukan bekas luka apapun. Ia pegang kepalanya, tak ada bekas luka juga. Lalu ia mencoba berdiri, tubuhnya dalam keadaan prima. "Apa yang terjadi sebenarnya?"

Tiba-tiba ada yang mengetuk pintu. Gadis itu segera mencari sesuatu sebagai senjatanya, mengambil kuda-kuda, dan menunggu kemunculan orang yang mengetuk pintu itu.

"Kau sudah bangun, Luniana. Hihihi...," suara perempuan yang terdengar entah di mana.

Luniana, mencari-cari asal suara itu. Namun tak ditemukan di manapun.

Secara mengejutkan, seorang gadis bertelinga kucing dengan seragam hitam-merah SRS muncul tepat di hadapan Luniana.

Luniana tersentak kaget. Saking kagetnya dia terduduk di kasur itu.

"Hihihi... santai saja. Kita sesama gadis harus akrab."

"Kau? Kau Mieko, bukan? Kakaknya Miki. Dan pakaian itu, SRS? Kau seorang Reich."

"Tepat sekali. Hihihi... Aku sekarang bagian dari Reich, Schwarzer Roter Schutz, sang Golden Kommandant."

"Berarti, kau musuhku!" Luniana segera memasang kembali kuda-kudanya.

"Tenanglah, aku tak ingin ada pertarungan," kata Yunus, yang tadi mengetuk pintu dan sekarang telah membukanya. "Kaizer memanggilmu, Mieko."

Mieko memberi hormat ke Yunus dengan senyuman, lalu dia pergi meninggalkan Yunus dan Luniana berduaan di kamar.

"Apa maksudnya ini?" tanya Luniana tak percaya. "Seharusnya aku sudah mati."

"Berterimakasihlah pada Ichsan yang sudah menyelamatkanmu."

"Eh, Ichsan? Berarti, aku tahanannya."

"Mauku sih begitu, tapi dia bilang bahwa kau adalah tamu. Dasar merepotkan."

"Apa yang dia lakukan padaku? Dan kenapa sampai sejauh itu?"

"Baiklah, aku akan menceritakannya...," Yunus menarik sebuah kursi dan meletakkannya di dekat ranjang itu, lalu duduk dan hendak memulai bercerita.

***

Lima hari yang lalu...
"Aku harus menemui Ichsan," batin Yunus, dia segera pergi keluar istana membiarkan pasukannya menjelajahi istana tanpa pemimpin.

DER WELT II : REICH KRIEGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang