->II<-
Entah kegilaan atau kebodohan yang Ichsan rencanakan saat ini. Membuat seluruh negara mendeklarasikan perang terhadapnya? Masa depan seperti apa yang dia inginkan?
"Apa kau yakin, Ichsan?" tanya Yunus bingung.
Saat ini, Yunus sedang berada di ruangan Ichsan.
Ichsan hanya menunjukkan ekspresi heran.
"Semua negara menentang kita, hanya sekutu kita sajalah yang mendukung. Dilihat darimanapun, mustahil perang ini dapat dimenangkan?"
Masih dengan ekspresi heran, Ichsan berdiri dan berjalan mendekati Yunus. Dia mengambil sebuah bidak catur dan meletakkannya di peta Einheit Reich.
"Apa artinya ini?" tanya Yunus.
Ichsan kembali mengambil bidak catur lainnya dan meletakkannya di daerah yang sama. Ada lima buah bidak catur diletakkannya.
"Royal Gloriuse, Hinoizurukuni, Regno di Pasta, Vultur Imperial, Republick of Vin, Windland, dan negara baru bernama Negara Kesatuan Republik Nusantara," ujar Ichsan menyebutkan negara-negara yang menentangnya.
"Lalu, apa? Mereka akan menyerang kita?"
"Benar, Yunus. Tapi, itu hanyalah angan-angan mereka saja."
"Maksudmu?"
"Kekuatan Militer kita akan membuat mereka duduk termenung. Rencanaku ialah menyerang Windland terlebih dahulu, saat itu juga mereka akan meluncurkan serangan mengepung Reich. Sayangnya, mereka tidak akan bisa melakukan hal tersebut. Sudahkah kau mengikuti intruksiku?"
"Ya, Ichsan. Kau menyuruhku untuk meletakkan divisi di tempat-tempat tertentu. Tunggu dulu, jangan bilang kalau itu ..."
"Aha, kau paham juga." Ichsan kembali duduk di kursinya. Dia mengambil sebuah bidak catur lain dan meletakkannya di meja. "Ini adalah mahakarya," ujarnya tersenyum melihat ke arah jendela.
*II*
Proudenburg, Royal Gloriuse
Suasana istana sangat sepi, hanya sedikit pelayan yang lewat, para penjaga yang biasa berpatrolipun tak ada.
Ratu Luciana bekerja dalam diam, dia tidak menunjukkan wajahnya kepada rakyat, menyelesaikan masalah negarapun hanya dikerjakannya di dalam kamar.
Kerajaan ini tidak terpuruk, tapi juga tidak bahagia. Semua orang merasa khawatir akan serangan Einheit Reich.
Jenderal Cornwallis merekrut para relawan untuk memperbanyak jumlah kekuatan militer, berapapun usianya asalkan bisa mengangkat pedang.
Para petani bahkan meninggalkan ladangnya demi melindungi negara, hanya perempuan sajalah yang bekerja untuk menghidupi keluarga mereka.
Pada saat ini, kekuasaan tertinggi dipegang oleh Panglima Jenderal Cornwallis sebagai pengganti ratu dalam masalah pertahanan dan keamanan negara.
Ke mana perginya Luniana? Dia diperintahkan untuk menjadi wakil Cornwallis sekaligus pemantau pelatihan bela negara.
*II*
Luciana's Room, Royal Palace
Kamar gadis biasanya identik dengan peralatan make-up, boneka, dan rapi, tapi kamar Luciana dipenuhi dengan berkas-berkas yang menumpuk. Di dalam kamar ini, Tuan Mog bekerja membantu ratu sebagai asistennya. Sebenarnya, hal yang dilakukan oleh Luciana ini atas perintah Cornwallis yang berkata demi keselamatan Luci sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
DER WELT II : REICH KRIEG
Fantasia[COMPLETED] [Sequel of DER WELT] "Always learn from history!" -Kaizer of Reich [DerProject] Raja Tharlos kalah? yah, itu benar. Apakah dunia aman? Tentu tidak! Raja Tharlos berhasil dikalahkan, kekuatannya tersegel aman dan dijaga dengan ketat. Duni...