CHAPTER 35 "Is This The Final?"

19 2 2
                                    

>II<

Acara baku hantam dengan arteleri itu berakhir setelah satu jam dilakukan. Sekarang, Reich memulainya dengan menggerakkan enam batalion menuju benteng di sayap kanan Royal.

Sembari menunggu batalion-batalion itu sampai, Ichsan memerintahkan beberapa howitzer untuk terus menghujani pasukan Royal.

Saat enam batalion infantri itu sampai di sana, pertahanan skala penuh diluncurkan oleh Royal, para pemanah melepas anak-anak panahnya, dan para pasukan berpedang segera berlarian mendekati tentara Reich.

Pasukan Reich mencoba sekeras tenaga untuk menembak jatuh para pemanah sekaligus pasukan berpedang yang berlarian mendekati mereka.

***

Serasa tak mau kalah, Cornwallis memerintahkan lima batalion pasukannya yang ada di benteng tengah untuk lebih dahulu menyerang.

Sementara dengan santainya Reich menunggu kedatangan pasukan Royal itu seraya mencicil mereka dengan ledakan howitzer.

"Tidakkah mereka merasa sia-sia? Melawan kemajuan teknologi industri kita dengan berbekalkan tekad saja," ujar Yunus tergelak.

"Cornwallis seperti kehabisan ide, menggerakkan pasukan berpedang ke arah pasukan bersenapan," balas Richard.

"Kurasa dia akan lebih dahulu kehabisan orang, sebelum kehabisan ide. Hahaha...," timpal Yunus.

Ichsan hanya diam memerhatikan pasukan Royal yang semakin berkurang akibat serangan howitzer jarak jauhnya.

Semakin lama pasukan Royal semakin mendekat semakin berkurang pula jumlahnya, dari lima batalion tadi kira-kira hanya tersisa satu atau dua batalion saja. Dalam barisan rapat dan penuh itu, pasukan Reich mengacungkan senapannya, dalam aba-aba ketiga ribuan peluru besi meluncur cepat menghantam pasukan Royal itu, tidak ada harapan bagi mereka untuk tetap hidup.

Dari tempatnya, sang panglima Royal tak berkutik sama sekali, dia menyadari bahwa caranya yang agresif itu salah.

"Mungkin kita harus menggerakkan kavaleri, panglima," ucap Morgan memberi pendapat.

"Kavaleri?"

"Kesalahan seragan barusan adalah karena pasukan infantri yang maju tanpa dukungan kavaleri. Meriam-meriam dari Reich akan sangat kesulitan mengimbangi kecepatan dari pasukan berkuda."

"Baiklah, itu patut dicoba."

Pasukan berkuda Royal mengusungkan senjatanya kedepan, ada yang membawa pedang dan ada juga yang membawa tombak, pemimpin mereka adalah Morgan sendiri.

"Ayo anak-anakku, tunjukkan pada mereka kekuatan para Royal Scot Greys!" teriak Morgan. Royal Scot Greys adalah pasukan kavaleri elit milik Royal Gloriuse.

Ribuan tapak kaki kuda sudah terdengar dari kejauhan. Howitzer-howitzer Reich mencoba untuk menumbangkan mereka.

Pasukan kavaleri itu berlari menerobos berbagai serangan yang diluncurkan oleh senjata jarak jauh Reich, beberapa di antara mereka gugur karena tidak dapat menghindari ledakkan howitzer itu.

"Kaizer, mereka menggunakan serangan kombinasi," lapor seorang prajurit Reich kepada kaizernya.

"Perintahkan howitzer untuk fokus menyerang infantri mereka!"

"Siap, kaizer." Prajurit itu hormat, lalu pergi ke tempat perwira arteleri berada.

"Ali, perintahkan Kavaleri Elite Najmat Alshahr, Sipahi, untuk menyerang Scot Grey!"

DER WELT II : REICH KRIEGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang