CHAPTER 25 "Escaping"

21 4 0
                                    

>II<

Kota Rosenburg, Royal Gloriuse
"Terimakasih atas laporannya. Kau boleh pergi sekarang," ujar Cornwallis.

Pria dengan zirah baja itu membungkuk hormat, lalu berbalik dan pergi keluar ruangan.

"Baiklah, saudara-saudara sekalian. Mari kita selamatkan sang ratu," tukas Cornwallis kepada beberapa perwira yang ada di ruangannya itu.

***

Kota Proudenburg, Ibu Kota Royal Gloriuse
Royal Palace

Para ksatria yang memiliki lambang tetesan darah pada zirahnya bersikeras menghentikan tentara-tentara Reich yang mencoba mendobrak masuk, sampai-sampai mereka mengganjal pintu istana dengan segala sesuatu yang berat. Beberapa dari ksatria itu sedang membawa sang ratu menuju jalur evakuasi rahasia di istana.

Kapten Paul, pimimpin RedBlood Knights, bertanggung jawab atas keselamatan sang ratu. Saat ini, dia, beberapa ksatrianya, sang ratu dan pelayannya sedang berada di dapur istana. Dia menekan lukisan besar dan secara ajaib sebuah pintu rahasia muncul dari balik lukisan. Dia membuka pintu itu, lalu ada tangga yang membawa mereka menuju bawah tanah.

Paul, Ratu Luciana, dan yang lainnya pun masuk ke dalam pintu itu. Dalam beberapa menit, pintunya tertutup kembali dan menghilang.

Sekarang mereka sedang menelusuri terowongan bawah tanah yang begitu gelap, hanya oborlah penerang mereka. Isak tangis sang ratu terdengar, para pelayannya berusaha untuk menenangkan sang ratu. Tentu saja hal ini begitu berat bagi Luciana, dia menyaksikan langsung kematian kakaknya--meski dari atas balkoni istana yang cukup jauh dari lokasi pertarungan--, dan dia tidak bisa melakukan apapun untuk menolong kakaknya.

"Tenang saja, Yang Mulia. Tidak akan kubiarkan kematian Putri Ksatria menjadi sia-sia," batin Paul, melirik Luciana yang masih terisak tangis sambil melanjutkan perjalannya.


duaar...'

Pintu istana berhasil diterobos. Pasukan-pasukan Reich segera mengambil barisan dan mulai menembaki setiap orang bersenjata di istana ini. Mereka yang ditembaki tidak bisa melakukan apa-apa selain pasrah akan kematian.

Seorang pria berseragam militer dengan pangkat bintang emas dipundaknya dan sedikit lusuh berjalan di antara barisan-barisan pasukan Reich itu. "Cepat temukan sang ratu!" perintah pria itu, yang kita kenal sebagai ReichMarshall Yunus.

"Baik," jawab semua tentara lalu berpencar ke seluruh penjuru istana.

Lima menit sebelumnya
Yunus dan Adrian saling bertarung. Perkiraan sudah sekitar satu jam lebih mereka bertarung. Hasilnya, Yunus sama sekali tidak terluka hanya saja pakaiannya sedikit kotor, dan Adrian mengalami patah tangan kanan.

"Anak muda. Waktuku sudah habis, sayang sekali rasanya harus berakhir imbang seperti ini," ucap Yunus sambil melihat arlojinya.

"Kalau begitu, mari kita akhiri sekarang!"

"Akhiri? Baiklah. Sampai jumpa," kata Yunus melambaikan tangannya dan pergi menjauhi Adrian.

"Maksudku bukan seperti itu!"

"Sudahlah, nanti di pertempuran selanjutnya kita akan bertarung lagi. Sampai saat itu tiba, kuharap kau tidak mati. Bye bye..."

DER WELT II : REICH KRIEGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang