CHAPTER 15 "Last Time We Met Before War"

36 3 17
                                    

>II<

Kediaman Keluarga Besar Shin
Kota Rionshiti, Ibu kota Hinoizurukuni
Shin Seizuro dan adik kembarnya Shin Riyuji saling berhadapan dengan kuda-kuda dan pedang kayu yang siap diayunkan.

Keduanya menatap dengan tajam. Seizuro mengambil satu langkah ke depan, Riyuji mundur satu langkah.

"Bersiaplah!" Seizuro langsung mengayunkan pedang kayunya, dengan teknik pedang barat Riyuji berhasil menangkis serangan itu.

Riyuji memanfaatkan momen tersebut untuk mundur dan mulai membalas serangan, tapi serangan berhasil ditangkis oleh Seizuro.

Mereka melakukannya berkali-kali, menyerang dan menangkis dengan teknik masing-masing. Seizuro dengan teknik berpedang samurai dan Riyuji dengan teknik berpedang ksatria. Sampai pada akhirnya mereka berhenti ketika seorang gadis setengah vampir yang kehilangan tangan kanannya memanggil nama "Shin" yang membuat keduanya menoleh.

"Ah Niel, kau memanggilku atau Riyuji?" tanya Seizuro menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal.

Niel tertawa ringan, ia lupa bahwa kedua orang dihadapannya ini bermarga Shin, "Oh maaf, Seizuro-sama. Saya memanggil Anda. Ada surat dari shogun untuk Anda." Niel memberikan surat itu, Seizuro menerimanya dan membaca surat tersebut. "Kalau begitu, saya permisi," ucapnya pamit undur diri.

"Oouh... Mototada-shogun memanggilku ke rumahnya. Riyuji, tolong jaga rumah, ada urusan yang harus kuselesaikan," kata Seizuro, melambaikan tangannya ke Riyuji dan pergi ke tempat kudanya berada.

Kediaman Mototada-shogun
Sesampainya di rumah sang shogun, Shin Seizuro dipersilahkan masuk.

Seorang prajurit menuntun Seizuro menuju ruangan Mototada. Pintu dibuka, Shin memasuki ruangan dengan perasaan sedikit berat hati.

"Shin-taisa, silakan duduk," ucap Mototada, dia memanggil pelayannya untuk menyajikan teh hijau.

Shin duduk, tak berapa lama pelayan datang membawakan teh hijau yang diperintahkan.

"Reich sebentar lagi akan menyerang. Perang besar sekali lagi tak terelakkan. Sampai saat itu tiba, aku ingin agar hatimu kokoh dan tak mudah tergoyahkan," kata Mototada, dan Seizuro hanya menjawabnya dengan anggukkan. "Belum terjadi saja sudah membuatku takut," sambungnya.

"Saya berjanji, shogun. Akan membuat mereka menyesal telah mengusik kedamaian negara kita."

*II*

Rapat Agung Perwira Tinggi Einheit Reich.
Gedung Reichstag, Kota Bartlin, Ibu kota Einheit Reich

Semua perwira tinggi berpangkat mayor ke atas dikumpulkan di sebuah ruangan yang sangat luas. Perwira-perwira itu duduk di kursi yang telah dinamai dengan nama mereka masing-masing. Perkiraan ada lima ratus perwira tinggi yang menghadiri rapat ini.

Sebelum rapat dimulai, para perwira sibuk dengan perbincangan mereka masing-masing. Ada yang membuat orang tertawa, membuat orang tegang, bahkan ada yang membuat orang geleng-geleng kepala karena tertidur.

Lordius, dengan pangkat barunya yaitu Brigadier General, berada di kursi perwira barisan depan. Di sebelah L, teman seangkatannya yang merupakan seorang kolonel bernama Ludwig. Mereka berdua berbincang ringan membahas hal-hal sepele seperti mimpi yang dialami semalam dan sebagainya.

DER WELT II : REICH KRIEGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang