CHAPTER 8 "Cruel?"

44 4 0
                                    

->II<-

Suara sepatu berbunyi secara serentak, kiri-kanan-kiri-kanan, berasal dari dua orang pria berseragam hitam-merah yang menggeret seorang pria lainnya yang babak belur.

Mereka berdua adalah SRS yang membawa Wolven atas perintah sang Kaizer.

Ruangan Kaizer*

Pintu diketuk, sang pemilik ruangan berteriak "masuk"

Kemudian pintu dibuka, dan dua orang SRS itu masuk.

"Maafkan saya karena telah mengganggu Anda, Kaizer."

"Tidak masalah, dudukkan saja dia di sini," kata Ichsan menunjuk sebuah kursi di hadapannya. "Kalian boleh pergi."

"Kami permisi, Kaizer." Mereka berdua menunduk, kemudian berbalik dan pergi meninggalkan ruangan.

Di ruangan ini, di ujung ruangan, seorang pria duduk dengan tangan yang dilipat di depan dadanya. Pria itu mengenakan seragam biru dengan atribut ke-jenderalan yang lengkap, serta lima bintang di pundaknya.
Dia adalah ReichMarshal General Yunus von Einsgatte, atau dikenal dengan sebutan Der Vater(Ayah) dikalangan Reichmilitaer.

Tak hanya Jenderal Yunus, seseorangan berseragam hitam-merah juga ada di ujung ruangan ini.

Dia adalah Oberbehlshaber Richard von WeißSchnee, komandan tertinggi SRS. Pria yang menyeramkan, rambut hitam dengan iris mata merah, dengan bekas luka yang tersebar di wajahnya.

"Kalau tidak salah, dia adalah mantan jenderal Reichmilitaer, bukan? Memalukan sekali," ujar pria menyeramkan ini dengan tatapan yang tajam. "Kau harus mengajari perwiramu sopan santun, Yunus."

Yunus tak membalasnya.

"Itu benar, Yunus. Jika SRS tidak ada, orang seperti dia pasti akan bertambah." Ichsan mengambil sebuah pistol dan menodongkannya ke kepala Wolven, "Aku bisa saja membunuhmu sekarang, Wolven. Tapi kematianmu di sini tidak akan membuatku puas, dan tentu saja tidak akan bisa menjadi pelajar bagi oknum lainnya." "Pengadilan Tingkat Tinggi akan mempertimbangkan hukumanmu. Walaupun sebenarnya, akulah hakimnya."

Yunus berdiri, dan berjalan mendekati Wolven, dia berbisik di telinga Wolven, "Kau tahu seberapa berpengaruhnya perbuatanmu terhadap Reichmilitaer?" Dia bertanya tanpa menginginkan jawaban.

Sang Reichmarshal General berjalan menuju pintu ruangan, "Saya permisi Kaizer." Lalu keluar ruangan. Tepat setelah Yunus keluar, seorang SRS meminta izin memasuki ruangan.

"Masuk," perintah Ichsan.

"Maafkan atas keterlambatan saya, yang mulia," hormat orang SRS ini, dia mengemban pangkat silver di bahu kanan seragamnya.

"Tidak, kau tepat waktu, aku baru saja hendak meminta seseorang memanggilmu. Tapi, yasudahlah. Segera bawa dia ke pengadilan!"

"Baik, Kaizer."

Dua orang SRS masuk, dan membawa Wolven dengan paksa, sang Silver Kommandant permisi undur diri.

"Kalau begitu, saya juga permisi, Kaizer," ujar Richard membungkuk hormat.

"Oh, Richard. Sekalian kau keluar, tolong suruh pelayan untuk membawakan Red Velvet Cake, aku sedang ingin makan kue."

"Baiklah, Kaizer." Richard hormat sekali lagi, dan berlalu keluar ruangan.

Ichsan duduk di kursi dan menuangkan wine pada gelas kaca. "Mieko, aku tahu kau ada di situ."

DER WELT II : REICH KRIEGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang