PART 1: 3B (Berurusan, Bully, Bencana)
Suara Ralin misuh-misuh terdengar keras sehingga membuat banyak orang menatap ke arah mereka. Caramel tidak percaya apa yang terjadi di depan sana. Padahal ia tadi hanya lewat di samping Ralin dengan pelan. Ia merasa ada yang mendorongnya sehingga ia menyenggol minuman Ralin dan menumpahi seragam cewek cantik itu."Ra, lo apain si Ralin? Hati-hati lo berurusan sama mereka, lo bakal dibully abis-abisan," bisik Pinky di samping telinga Caramel.
Mulut Caramel terbuka sedikit karena merasa khawatir kalau Ralin kenapa-napa. Tetapi tubuhnya tak segera membantu membersihkan seragam Ralin. Caramel memutar bola matanya malas. Ia tadinya memiliki niat untuk membersihkan seragam Ralin. Tetapi niat itu hilang setelah mendengar umpatan buruk cewek itu yang membuat Caramel memanas karena malu.
Seperti melihat sesuatu berwarna putih di tangan Ralin, Caramel yang tadinya menarik tangan Pinky, melepaskannya. Hanya sebentar karena ia langsung buru-buru pergi dari kantin. Ia tidak mau berurusan panjang dengan cewek pembully itu. Dari kejauhan, Caramel masih bisa mendengar pertanyaan seseorang. Caramel menoleh sebentar, kemudian melengos tidak peduli.
"Hei!"
Pinky, sahabat Caramel dari kelas 10, mencolek bahu Caramel. Cewek itu tak menoleh. Ia meneruskan langkahnya ke kelas meskipun Pinky terus saja menowel-nowel bahunya.
"Lo dipanggil tuh, Ra," bisik Pinky.
"Apa sih? Hei tayo apa. Manggil kok nggak jelas." Caramel malah mendumal. Namun kakinya terus melangkah menuju kelas.
"Heh Mocha!"
Caramel sama sekali tidak menoleh. Hingga ia sampai di kelas, cowok itu masih saja membuntuti Caramel. "Gue manggil lo dari tadi," ucap seorang cowok yang merupakan saingannya di kelas ini.
"Kapan?" tanya Caramel.
"Nama lo Mocha, kan?" Cowok itu balik bertanya. Kedua tangannya ia senderkan di meja Caramel sebagai tumpuan. Caramel merasa terintimidasi sehingga ia memundurkan tubuhnya mepet dengan kursi.
Pinky tertawa terbahak-bahak mendengar pertanyaan cowok itu. Dari mana cowok itu tahu kalau nama Caramel adalah Mocha?
"Lo nggak tahu apa sok tahu?" tanya Caramel sarkastis.
"Gue tahu. Nama lo Mocha, dan lo yang udah numpahin minuman ke seragamnya Ralin. Udah gitu nggak mau tanggung jawab lagi." Baru kali ini Caramel tahu ada cowok cerewet. Biasanya sih cowok kebanyakan diam.
"To the point aja lo mau apa? Mau gue bersihin seragamnya cewek lo? Sori aja ya, gue ogah!" tolak Caramel mentah-mentah.
"Lo ogah? Berarti lo berurusan sama gue."
"Trus? Gue harus bilang 'wow' gitu? Emang lo siapa, gue harus takut?"
"Oh lo nggak takut?" Cowok itu semakin mendekatkan wajahnya ke hadapan Caramel. Bahkan Caramel dapat mencium bau parfum aneh cowok itu. Parfumnya tercium seperti melati tetapi tidak terlalu menyengat.
Mendadak pipi Caramel panas. Mungkin wajahnya berubah memerah. Rasa gugup dan risi menyelimuti Caramel. Cewek itu mengalihkan pandangannya sebelum menjawab, "Ng-gak lah. Ngapain takut?"
KAMU SEDANG MEMBACA
A Confession #Sevia
Mystery / Thriller#GenreMisteri #Project1 #GloriousAuthor #SeviaStory Surat misterius, sakit yang tak wajar, dan segala teror lainnya datang tidak hanya kepada gadis cantik cuek itu. Tetapi datang juga pada orang lain yang menyebabkan orang tersebut meninggal karenan...