[Sevia : 22]

24 9 21
                                    

Part 22: Secret

Ruangan sepi, sunyi, senyap. Namun berkat penerangan dari sebuah jendela yang mengarah ke sini, membuat ruangan ini tak terlalu mencekam. Mereka berada di dalam sebuah ruangan tempat konsultasi.

Hari yang semakin malam, bukannya membuat jalanan di depan sana sepi tetapi malah semakin ramai saja. Maklum, jalan besar yang sering dilewati banyak kendaraan. Pantas saja Tante Mega memilih rumah ini untuk berjualan donat. Sudah pasti laris karena sejalur lagi ada pasar tradisional.

Masih di rumah Tante Mega, di dalam sebuah ruangan khusus untuk para tamu khusus.

Boleh percaya dan boleh tidak. Tetapi, percaya atau tidak, harus percaya. Karena kemampuan suami Tante Mega ini berbeda. Suami Tante Mega bernama Om Rohman yang mempunyai kemampuan untuk melihat makhluk tak kasat mata tetapi tidak jelas.

Berdasarkan cerita dari beliau, beliau mempunyai kemampuan melihat makhluk itu tetapi hanya berupa bayangan. Tidak terlalu jelas dan hanya ketika beliau berkonsentrasi penuh. Jika tidak berkonsentrasi penuh, beliau tak akan bisa melihatnya.

Beliau juga bisa berkomunikasi dengan mereka atau bahkan berkomunikasi dengan orang yang sudah meninggal. Almarhum ayahnya selalu merasuki tubuhnya ketika beliau memanggil. Almarhum Mbah Arba, suami Mbah Sarinah orang baik. Selalu memberi tahu apa yang akan menimpa seseorang nantinya.

Mengetahui rencana orang lain, karena Mbah Arba sudah meninggal. Tetapi hanya raganya, jiwanya masih melekat pada Om Rohman.

Mbah Arba juga banyak membantu orang-orang dengan menyembuhkan penyakit beberapa orang yang datang ke sana. Beliau menyembuhkan yang mempunyai penyakit berurusan dengan makhluk halus.

Boleh percaya, karena Mbah Arba juga pernah menyembuhkan seseorang yang mengalami sakit pada kakinya. Kata almarhum yang sedang merasuki tubuh Om Rohman, orang itu kakinya terkena gangguan makhluk halus karena orang itu pernah tak sengaja mengganggu rumah mereka di hutan.

Setelah tiga kali pertemuan dengan Mbah Arba, sakit pada kaki itu sembuh. Padahal sudah berkali-kali ke dokter dan rumah sakit untuk berobat, tetapi malah sembuh dengan tiga pertemuan dari Mbah Arba.

Itu mungkin balasan dari mereka, karena orang itu sudah menggangu rumahnya.

Boleh juga tidak percaya, karena pada dasarnya, orang yang telah mati akan mati. Tidak akan berkeliaran sebagai arwah. Bukankah begitu?

Tetapi kalau memang benar, harus percaya atau tidak dong?

"Ini ada yang menggangu keluargamu, Nduk. Keluargamu akan dipecah belah, mungkin sebuah dendam. Tetapi, kamu diam saja," jawab Mbah Arba setelah Mama bertanya ada apa dengan rumahnya.

"Pecah belah? Siapa Mbah?" tanya Mama.

Mbah Arba bukanlah dukun, bukan juga jin atau pesugihan. Tetapi, ini nyata. Mbah Arba orang Islam, yang selalu menyembuhkan orang lain dengan kalimat-kalimat doa Islam.

"Orang yang membenci kamu dan keluargamu. Orang itu saat ini mempunyai banyak peluang tetapi entah mengapa, mungkin ingin melihat kamu dan anakmu menderita. Setelah itu kalian meminta bantuan kepadanya," jelas Mbah Arba.

Penjelasannya sudah jelas, yang belum jelas adalah siapa orang itu? Bukankah selama ini tidak ada orang mencurigakan yang masuk ke kehidupan mereka. Apakah orang itu adalah tetangga?

"Mbah, kalau boleh tahu siapa ya orangnya? Biar kami bisa waspada jika bertemu." Mama terlihat gemas dengan wajah sayunya. Berpikir, beliau bahkan tidak pernah membuat orang lain benci.

Mama itu orangnya asyik, tidak seperti Caramel yang cueknya naudzubillah. Makanya Mama merasa kalau ia tidak mempunyai masalah dengan orang lain. Baik tetangga, maupun teman di tempat kerja. Ataupun pelanggan.

"Bentar, Mbah masih belum mengetahui jelas siapa orang itu. Yang mbah tahu kalau orang itu mempunyai sesuatu untuk membuat kalian sengsara." Mbah Arba sedari tadi hanya merem di tubuh Om Rohman. Memang sudah ciri khasnya ketika sedang merasuki tubuh anaknya.

"Mbah, tapi orang itu enggak ada niat membuat Mbak Nira dan Caramel sakit kan?" tanya Tante Mega.

Di ruangan itu terdapat Caramel, Mamanya, Tante Mega, dan Samuel. Dan tentu saja tubuh Om Rohman yang dirasuki Mbah Arba.

Menghela napas, Mbah Arba memberi jeda sembari menengok kanan kiri. Mungkin untuk menerawang apakah yang ditanyakan menantunya itu mempunyai jawaban apa.

Mereka menunggu dag dig dug. Pasalnya, hal ini serius. Sampai-sampai, Caramel yang sudah mengantuk dan akan menguap, tidak jadi karena suasana sedang tegang.

"Ada."

Satu kata itu mampu membuat Caramel sesak tiba-tiba. Rasanya, ia ingin menyalahkan diri. Pikirnya, mungkin penyebab orang mempunyai dendam itu adalah ia. Karena sikapnya yang cuek dan tidak pedulian dengan orang lain. Apalagi jika di sekolah.

"Tapi kalian tidak perlu takut, Mbah akan setia menjaga dan menunggu kalian. Mbah tidak akan membiarkan orang itu mengganggu kalian. Kalian itu masih sedarah loh dengan saya."

"Iya, Mbah. Makasih banyak," ucap Mama. Sedih sekaligus terharu karena ada yang bersedia membantunya di saat seperti ini. Tidak salah ia mengajak Caramel ke sini.

Karena hari semakin malam, jam sudah menunjukkan pukul 21.17, setelah Mbah Arba memberi sebotol air suci kepada Nira, mereka pulang. Membawa air itu untuk mereka buang di sekitar rumah. Menghilangkan berbagai macam jin dan setan jahat.

Kata Mbah Arba, air itu harus dibuang malam ini juga. Karena kejahatan sedang mengintai dua orang itu. Makanya, mereka harus lebih waspada lagi.

Pembuangannya dengan melafalkan kalimat syahadat dan beberapa doa Islam lainnya yang sudah dikasih tahu oleh Mbah Arba tadi.

Mereka segera pulang ditemani angin yang berhembus dingin. Kata Mbah Arba tadi, kalau mereka mencium bau wangi seperti kenanga atau melati, itu artinya Mbah Arba sedang berada di dekat mereka. Mengawasi, dan menjaga mereka dari kejahatan yang hendak datang.

Sesampainya di rumah, rumah masih gelap dan ponsel Caramel masih mati. Di saat itu, Caramel teringat kalau dulu Samuel juga memberinya air bening. Persis seperti yang diberikan oleh Mbah Arba.

Itu artinya, Samuel tidak mempunyai niat buruk. Namun, bisa saja tampang menipu mata. Who knows?

*****

Create: 2-5-19.

A Confession #SeviaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang